Bendungan Raknamo Mengalirkan Air ke 320 Hektare Lahan Pertanian

Bendungan Raknamo Mengalirkan Air ke 320 Hektare Lahan Pertanian
Ilustrasi. Di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), hadirnya beberapa proyek bendungan telah menjadi angin segar bagi masyarakat setempat. Salah satu contoh sukses adalah Bendungan Raknamo di Desa Raknamo, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur yang telah selesai dibangun dan mulai memberikan manfaat signifikan kepada masyarakat sekitarnya. KONTAN/Muradi/2024/08/10 Jumat, 16 Agustus 2024 | 08:07 WIB

Reporter: Dikky Setiawan, Leni Wandira

Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -KUPANG. Bendungan Raknamo telah memberikan solusi penting bagi masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam mengatasi kekeringan. Dibangun dengan biaya sekitar Rp 710 miliar, bendungan ini memiliki kapasitas tampung mencapai 14,09 juta meter kubik air. 

Untuk pasokan air, bendungan Raknamo mengandalkan aliran Sungai Noel Puamas. Aliran sungai yang memiliki panjang sekitar 15,70 kilometer (km) ini, mampu menyediakan pasokan air bendungan Raknamo selama musim kemarau yang panjang. Luas DAS sungai Raknamo mencapai 38,34 km persegi.

Menurut Semeuel Aheb, Kepala Unit Pengelola Bendungan (UPB) 5 NT II, kebutuhan akan air di sekitar bendungan Raknamo sangat bervariasi. Mulai dari kebutuhan untuk irigasi pengairan ratusan hektar lahan pertanian hingga kebutuhan air minum.

"Posisi air saat musim hujan sangat berlimpah, tetapi saat musim kemarau kita kekurangan air," kata Semeuel saat ditemui KONTAN di bendungan Raknamo, NTT, Senin (5/8).

Baca Juga: Air Melimpah di Nusa Terindah

Bendungan Raknamo dirancang tidak hanya untuk mengatasi masalah ini tetapi juga untuk memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat sekitar.

Saat ini, bendungan Raknamo telah berhasil mengairi beragam jenis lahan pertanian, seperti padi, jagung, cabai dan berbagai tanaman pangan lainnya. 

Semeuel bilang, secara perencanaa, pasokan air dari bendungan raknamo mampu mengairi area pertanian seluas 841 hektare. Tapi saat ini yang sudah berfungsi pada masa tanam pertama sekitar 320 hektare yang sudah memanfaatkan air dari bendungannya.

Diskusi bersama

Dia menjelaskan, pihaknya bersama dengan petani di desa raknamo akan membuat Rencana Tahunan Operasi Waduk (RTOW).

Dari sanalah para petani akan mendapatkan pasokan air sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan masing-masing. "Kami diskusi bersama petani dan menyampaikan ketersediaan dan persiapan pasokan air bendungan," imbuh Semeuel.

Dari diskusi tersebut, UPB 5 NT II dan masyarakat petani menyepakati jumlah liter perdetik air yang akan disalurkan dari bendungan Raknamo.

Kebutuhan air dari bendungan bergantung luas lahan yang dimiliki petani. Yang pasti, lanjut Semeuel, kebutuhan air untuk lahan padi saat penanaman sekitar satu liter perdetik untuk setiap hektare sawah. 

Baca Juga: Air Bendungan Mulai Mengucur, Lahan Pertanian Semakin Subur

Keberadaan bendungan Raknamo diklaim tidak hanya meningkatkan produktivitas pertanian. Lebih dari itu, juga mengurangi risiko banjir dan menyediakan pasokan air baku yang stabil.

Selain itu, pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang terintegrasi dengan bendungan akan menghasilkan sekitar 0,2 megawatt setiap tahunnya.

Setelah selesai dibangun, manajemen bendungan diserahkan kepada UPB 5 untuk pengelolaan yang efisien dan optimal. Struktur manajemen terbagi menjadi empat divisi, yang masing-masing bertanggung jawab atas pemantauan instrumen bendungan, fungsi irigasi dan air baku, kebersihan lingkungan, serta keamanan dan pengawasan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Tag

Berita Terkait

Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan
Didukung oleh:
Barito Renewble
Pertamina
PLN
KB Bank
Mayapada
BNI
Rukun Raharja
Kementerian PUPR
Bank Syariah Indonesia
Bank BRI
Bank Mandiri
J Trust Bank
Official Airlines:
Barito Renewble