Cuan La Moringa Tak Selebar Daun Kelor

Cuan La Moringa Tak Selebar Daun Kelor
Ilustrasi. Owner La Moringa, Andre Hartanto memaparkan produk-produk makanan dan minuman berbahan daun kelor atau moringa di Resto La Moringa, Kupang. KONTAN/Muradi/2024/08/12 Kamis, 22 Agustus 2024 | 12:50 WIB

Reporter: Dikky Setiawan, Leni Wandira

Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Anda mungkin sudah tak asing lagi mendengar pepatah lawas ini: Dunia tak selebar daun kelor. Pepatah ini memiliki arti dunia tidak sempit seperti ukuran daun kelor yang kecil.

Nah, meski ukurannya kecil, ternyata manfaat daun kelor sangat luas. Tak hanya bisa diolah sebagai masakan sayur, daun kelor juga dapat dijadikan bahan baku aneka jenis kudapan lainnya seperti kue hingga minuman segar.

Salah satu pelaku usaha yang memanfaatkan daun kelor sebagai menu kudapan adalah Andre Hartanto. Bersama sang istri, Andre meramu daun kelor untuk dijadikan aneka camilan. 

Berbekal latar belakang sebagai dokter kandungan, Andre merintis bisnis makanan berbahan dasar daun kelor sejak tahun 2019. Sebelum uji coba produksi, Andre terlebih dulu melakukan riset manfaat yang ada di daun kelor.

Baca Juga: Pengembangan Industri di NTT Terhambat Regulasi dan Minimnya Infrastruktur

Dari hasil riset yang dilakukan, daun kelor memiliki kandungan protein, kalsium, dan zat besi yang tinggi.

"Bahkan, jauh melampaui bahan makanan umum seperti yoghurt, susu, dan pisang," ungkap Andre saat ditemui KONTAN di Restoran La Moringa, di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (9/8). 

Sebagai dokter kandungan, Andre mengaku terobsesi untuk membantu menurunkan tingginya stunting di kotanya, Kupang.

Terlebih, di NTT, pohon kelor bisa ditemukan dengan mudah seperti menemukan pohon pisang di Pulau Jawa. Jika di Jawa kebanyakan kelor tumbuh jadi tumbuhan liar, di NTT daun kelor dibudidayakan. 

Kue lapis

Dus, Andre mulai mencoba memproduksi kue lapis. Awalnya, Andre hanya memasarkan ke lingkungan terdekat, dari teman hingga kerabat.

Tak disangka, kue lapis berbahan daun kelor racikannya mendapatkan respons positif. Sejak itulah, Andre mulai memproduksi massal kue lapis daun kelor, yang dikemas dalam ukuran 500 gram. Produknya diberi merek La Moringa. Ini diambil dari nama latin kelor, yakni Moringa Oleifera.

Andre membanderol kue lapis La Moringa ukuran 500 gram Rp 80.000 per pieces. Ada beberapa varian rasa lapis La Moringa, yakni original, cokelat, dan keju.

Andre juga memproduksi teh celup daun kelor. Teh kelor ini dikemas dalam bungkus plastik ukuran 50 gram dan dibanderol Rp 150.000 per pieces.  

Baca Juga: Menikmati Keindahan Gua Kristal, Surga Tersembunyi di Lahan Pribadi

Selain makanan, Andre juga memproduksi sejumlah produk perawatan tubuh seperti body lotion dan sabun muka berbahan ekstrak daun kelor.

Tak hanya itu, Andre membuka restoran yang semua menunya dipadukan dengan racikan daun kelor. Ada menu olahan daging ayam, olahan daging sapi, gelato, hingga wafel.

Andre enggan menyebut besaran omzet dari usahanya ini. Yang jelas, kata dia, dalam sebulan usahanya membutuhkan bahan baku kelor hingga 100 ton. Daun kelor ini didapatkan dari para petani di NTT.

"Saya membeli daun kelor dari petani berkisar Rp 180.000-Rp 190.000 per kilo gram," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan
Didukung oleh:
Barito Renewble
Pertamina
PLN
KB Bank
Mayapada
BNI
Rukun Raharja
Kementerian PUPR
Bank Syariah Indonesia
Bank BRI
Bank Mandiri
J Trust Bank
Official Airlines:
Barito Renewble