KONTAN.CO.ID - BANYUWANGI. Pembangunan tol Probolinggo-Banyuwangi diyakini bakal memberikan efek positif bagi bisnis penyeberangan penumpang, logistik, dan bongkar muat bahan-bahan strategis di Banyuwangi. Alhasil, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) dan PT Pelindo Multi Terminal (SPMT) menjadi perusahaan yang mendapat berkah dari keberadaan tol ini ketika sudah tersambung seutuhnya.
Pelabuhan Ketapang Banyuwangi yang dikelola ASDP melayani penyeberangan orang, angkutan penumpang, dan kendaraan logistik ke Pelabuhan Gilimanuk di Bali Barat. Keberadaan tol akan mempermudah akses dan mempersingkat waktu perjalanan ke Banyuwangi dan Bali sehingga berpeluang meningkatkan jumlah wisatawan serta transfer logistik dari Jawa ke Bali, begitu juga sebaliknya.
Sementara itu, Pelabuhan Tanjung Wangi yang dikelola SPMT menjadi titik bongkar muat bahan-bahan strategis dari luar Jawa. Mayoritas barang yang masuk ialah bahan bakar minyak (BBM), pupuk curah maupun kantong, beras impor, kedelai impor, dan semen. Pelabuhan ini juga melayani penyeberangan orang, kendaraan penumpang, serta kendaraan logistik ke Pelabuhan Gili Mas, Lombok menggunakan kapal Ro-Ro.
General Manager PT ASDP Ferry Indonesia (Persero) Cabang Ketapang Syamsudin memprediksi, saat tol Probolinggo-Banyuwangi beroperasi, trafik penyeberangan dapat naik hingga tiga kali lipat dari saat ini, terutama di hari-hari perayaan besar dan libur panjang.
Baca Juga: Menanti Proyek Tol Probowangi Tahap II, yang Akan Melewati Taman Nasional Baluran
Dalam kondisi normal, jumlah kendaraan roda empat dan roda dua yang menyeberang melalui Pelabuhan Ketapang saat ini berkisar antara 5.000-6.000 unit per hari.
Alhasil, jika dihitung dua sisi dengan kendaraan yang berasal dari Pelabuhan Gilimanuk, maka jumlahnya mencapai 11.000-12.000 unit. Nah, di momen Lebaran, Idul Adha, dan tahun baru, jumlah kendaraan dari dua sisi bisa sampai 13.000 unit bahkan 15.000 unit.
Untuk itu, ASDP Cabang Ketapang yang beroperasi 24 jam perlu berbenah untuk menghadapi potensi kenaikan trafik tersebut. Syamsudin sadar ASDP harus mempersiapkan perencanaan dalam menghadapi tingkat kepadatan penumpang, sirkulasi, kecepatan mengurai antrean, termasuk peningkatan infrastruktur dermaga dan sarana penunjang, serta penambahan kapasitas angkut kapal.
“Kami bakal menghitung karena nilai investasinya pasti cukup besar. Laju perkembangan jalan tol ini cepat sekali dan ASDP harus siap,” ungkap Syamsudin saat ditemui di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Kamis (1/8 ).
Seiring dengan adanya potensi kenaikan kunjungan wisata ke Bali berkat adanya tol Probolinggo-Banyuwangi, Syamsudin melihat, permintaan logistik juga akan bertambah. Pasalnya, Jawa masih mendukung logistik di Bali seperti beras, sayur-sayuran, buah-buahan, dan bahan material yang memang dikirimkan melalui Pelabuhan Ketapang.
Branch Manager SPMT Pelabuhan Tanjung Wangi Tony Hendra Cahyadi juga berpendapat, rencana pemerintah untuk menyambungkan Tol Trans Jawa dari Probolinggo hingga Banyuwangi bakal menambah arus wisata dari pulau Jawa ke Lombok. Alhasil, ada potensi peningkatan trafik kendaraan maupun orang yang menggunakan jasa penyeberangan kapal Ro-Ro dari Pelabuhan Tanjung Wangi ke Pelabuhan Gili Mas.
Sepanjang semester 1 2024 saja, trafik kendaaraan yang menyeberang ke Lombok dengan kapal Ro-Ro naik sebesar 50% menjadi sekitar 37.000 unit. Kendaraan berat logistik mendominasi sebesar 59%, disusul kendaraan kecil logistik 10%, dan sisanya kendaraan pribadi. Khusus kendaraan pribadi, kenaikan arus kendaraan semakin terlihat saat perayaan tahun baru, lebaran, dan ketika ada kegiatan besar di Lombok.
Kenaikan juga akan terjadi pada pengiriman bahan-bahan strategis dan logistik dari pulau Jawa ke wilayah timur Indonesia, maupun sebaliknya. Dengan begitu, arus masuk ke wilayah timur Jawa tidak terbatas pada Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya saja, melainkan bisa melalui Pelabuhan Tanjung Wangi.
“Pelindo Multi Terminal pernah bertemu dengan beberapa pelaku logistik. Mereka coba memasukkan kargo dari wilayah Maluku ke pulau Jawa lewat Pelabuhan Tanjung Wangi. Mereka sedang atur bentuk kemasannya, apakah peti kemas atau menggunakan kendaraan logistik sehingga diseberangkan menggunakan kapal Ro-Ro,” tutur Tony.
Melihat potensi ini, Tony berencana untuk meningkatkan fasilitas di Pelabuhan Tanjung Wangi berupa memperbesar ruang tunggu kendaraan, efisiensi lama waktu bongkar muat dari 10 jam menjadi 8 jam, hingga memperkuat konstruksi dermaga. Tony juga tidak menutup kemungkinan adanya penambahan operator kapal Ro-Ro seiring potensi peningkatan arus kendaraan berkat tersambungnya Tol Trans Jawa hingga ke Banyuwangi.
Baca Juga: BPJT Ungkap Nilai Investasi Tol Probolinggo-Banyuwangi
Saat ini, SPMT sedang memperbesar area ruang tunggu kendaraan di pelabuhan agar dapat menampung 200 kendaraan besar dan 30 kendaraan kecil dan sedang, dari sebelumnya hanya 120 truk besar dan tronton. Penambahan ruang ini ditargetkan rampung semester 1 tahun 2025. Ke depannya, SPMT akan menambah lagi ruang tunggu kendaraan yang dapat memuat 100 kendaraan besar.
Tony juga berharap, sebelum tol rampung, pemerintah dapat memperbaiki akses dari jalan tol ke pelabuhan maupun sebaliknya. Pasalnya, kerap kali terjadi kemacetan di jalan non-tol menuju pelabuhan dalam kondisi tertentu yang menganggu produktivitas dan arus kendaran dari dan menuju pelabuhan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News