Sebagai entitas bisnis hijau, PT Pembangkit Jawa Bali Masdar Solar Energi/PSME (PLTS Terapung Cirata) kian mantap menerapkan strategi keberlanjutan. Baik keberlanjutan dalam bisnis, lingkungan, sosial dan tata kelola.
Respati Adi Katmoyo, Outreach & Stakeholder Manager PLTS Cirata bilang, mereka mempersiapkan empat strategi keberlanjutan dalam menjalankan bisnis energi terbarukan. "Kami memiliki empat fokus utama dalam kegiatan ESG (environment, social and governance)," kata Respati.
Pertama, fokus lingkungan atau environment. Perusahaan PLTS terapung terbesar ke-3 di dunia ini memiliki program penanaman pohon di sekolah. "Kami juga memberikan awareness tentang limbah, dan segregasi sampah," tambah Respati.
Kedua, empowerment atau penguatan ke semua lapisan masyarakat di areal PLTS Cirata beroperasi. Sebelum PLTS dibangun, warga termasuk nelayan diberikan pelatihan pemasangan PLTS. Training juga dilengkapi pembelajaran tentang keamanan. Termasuk pemberian sertifikasi keahlian pemasangan PLTS.
Dari 60 orang yang ikut pelatihan, 52 orang yang berhasil mendapatkan sertifikat kompetensi BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). Respati menyebutkan, penguatan keahlian sekaligus memberdayakan warga di perusahaan. "Kami berpikir, daripada memberikan kompensasi uang, lebih baik melakukan training untuk masyarakat," kata Respati
Alhasil, saat proyek PLTS mulai running, masyarakat lokal memiliki sertifikasi BNSP bisa langsung bekerja di perusahaan. Mereka ikut memasang solar panel yang ada di atas waduk Cirata.
Fokus ketiga dari PLTS Cirata dalam hal ESG adalah, membantu ketersediaan infrastruktur olahraga dan kesehatan bagi warga. Manajemen PLTS Cirata membangun lapangan voli di areal tanah kosong di pemukiman. Lapangan voli itu kemudian menghasilkan atlit yang bertanding antar kecamatan.
Infrastruktur lain yang dibangun adalah sekolah, masjid dan infrastruktur di area operasi PLTS Cirata. Usaha memperkuat keamanan dan hubungan sosial di area lokasi operasi perusahaan penting untuk menjaga hubungan harmonis antara perusahaan dan juga warga.
"Dalam pembangunan, kami tidak pernah memberikan dalam bentuk uang tunai, kami juga melibatkan stakeholder ikut berpartisipasi," tambah Respati. Adapun fokus keempat adalah edukasi/ PLTS Cirata yang memiliki aset PLTS terapung terbesar di Asia yang tentu saja bisa menjadi sumber pengetahuan.
Maka itu, area PLTS Cirata kini menjadi tujuan riset dan studi bagi akademisi. Untuk itu, Respati sudah bekerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi untuk membuat program magang Kampus Merdeka.
Meski demikian, Respati menyadari ada keterbatasan bagi mereka dalam menjalankan praktik ESG. Salah satunya karena mereka terbilang sebagai perusahaan baru.
Selain itu, mereka belum bisa menyimpulkan program berjalan sukses atau tidak, karena butuh waktu dan indikator untuk mengukurnya. "Kami harus hati-hati dalam membuat program ESG. Karena ada beberapa program yang sudah dijalankan ternyata gagal. Maka itu kami harus mencontoh apa yang sudah sukses dilakukan sebelumnya," kata Respati.
Daripada memberikan uang, lebih baik berbagi edukasi yang bermanfaat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News