KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perbankan makin giat meningkatkan portofolio pembiayaan hijau. Tak terkecuali PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).
Hingga Juni 2024, total pembiayaan hijau (portofolio green financing) BSI sudah mencapai Rp 13,4 triliun. Bahkan nilai tersebut sudah melewati target pembiayaan hijau dari perbankan yang memiliki kode emiten BRIS itu di tahun 2024.
"Target pembiayaan hijau di BSI untuk tahun 2024 sebesar Rp 13 triliun," kata Direktur Utama BSI Hery Gunardi kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, dari total pembiayaan hijau BSI tersebut, khusus untuk pembiayaan energi terbarukan mencapai Rp 744,6 miliar.
Walau rajin menggelontorkan pembiayaan hijau, ternyata non performing financing (NPF) untuk sektor ini masih 0%.
"NPF pembiayaan hijau di BSI saat ini adalah 0% atau nihil," ungkap Hery.
Baca Juga: Strategi Bank Syariah Indonesia (BSI) Kembangkan SDM Berkualitas
Walau sudah mencapai target pembiayaan hijau di tahun ini, BSI tetap menggenjot potensi pembiayaan hijau. Hery menyebut, pembiayaan hijau di BSI masih memiliki potensi besar karena didukung 7 faktor.
Pertama, dukungan regulasi dan kebijakan pemerintah. Di mana, pemerintah berkomitmen pada tujuan berkelanjutan (SDGs) dan memiliki berbagai kebijakan yang mendorong keberlanjutan seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca dan peningkatan penggunaan energi terbarukan.
"Selain itu ada regulasi pendukung investasi hijau, termasuk insentif pajak untuk proyek-proyek ramah lingkungan dan subsidi untuk energi terbarukan," jelas dia.
Kedua, keselarasan dengan prinsip syariah. "Produk keuangan syariah seperti sukuk hijau dan murabahah untuk proyek hijau dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mendukung pembiayaan hijau," ungkap Hery.
Ketiga, permintaan pasar yang meningkat. BSI melihat sudah ada kesadaran konsumen tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan semakin meningkat.
Belum lagi, sejumlah perusahaan swasta semakin menyadari pentingnya praktik bisnis yang berkelanjutan dan mencari pembiayaan hijau produk.
Keempat, potensi sumber daya alam. Hery menyebut Indonesia masih memiliki potensi besar dalam energi terbarukan, termasuk tenaga surya, angin, hidro dan biomassa yang membutuhkan pembiayaan hijau untuk pengembangannya.
Kelima, dukungan dari lembaga keuangan internasional. Keenam, potensi sosial dan ekonomi. Ketujuh, kesadaran dan edukasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News