KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Membangkitkan ekonomi dan menyejahterakan masyarakat tidak harus menunggu uluran tangan dari luar. Masyarakat desa bisa bangkit bersama untuk memberdayakan dan mengoptimalkan potensi ekonomi sekitar sehingga keluar dari ketertinggalan.
Berikut ini beberapa desa terpilih yang bisa menjadi inspirasi kebangkitan ekonomi desa, dalam liputan KONTAN Jelajah Ekonomi Desa 2023, yang akan disajikan di Harian KONTAN setiap hari Jumat mulai pekan depan, hingga awal Juni 2023, dan laman www.kontan.co.id, maupun kanal Youtube Kontan TV.
Desa Panjalu di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat menjadi salah satu destinasi tim Jelajah Ekonomi Desa karena mampu merangsek masuk kategori jajaran desa mandiri papan atas. Skor Indeks Desa Membangun (IDM) Desa Panjalu di tahun 2022 mencapai 0,985, tertinggi secara nasional bersama dengan 4 desa lain di Indonesia.
Kunci Desa Panjalu bisa menyodok menjadi desa mandiri dengan peringkat tertinggi adalah kemampuannya memaksimalkan potensi yang ada. Dalam dua tahun terakhir, desa ini giat bebenah dan hasilnya pun mulai terlihat.
Kepada KONTAN, Kepala Desa Panjalu Yuyus Surya Adinegara menceritakan, masyarakat mulai mengoptimalkan potensi wisata alam Situ Lengkong.
Situ dengan ketinggian 730 meter di atas permukaan laut ini merupakan lokasi makam penyebar Islam di tanah Sunda, yaitu Prabu Hariang Kencana. Makam ini yang menjadi magnet wisatawan terutama peziarah baik dari dalam negeri maupun negara.
Saat jumlah wisatawan terus menggeliat, roda perekonomian di desa Panjalu ikut berputar. Warga pun terus berbenah untuk lebih terbuka menerima tamu dari luar dan menyediakan layanan hospitality bagi para pendatang.
Desa Ponggok merupakan desa fenomenal di Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Skor IDM desa Ponggok pada 2022 sebesar 0,8102.
Desa berpenduduk lebih dari 2.200 jiwa terus bertransformasi sejak 2009 dengan sumberdaya alam berjuluk 1001 mata air atau umbul. Ponggok mengandalkan mata air sebagai ikon dan mata pencaharian mayoritas warga.
Ada badan usaha milik desa (BUMDes) Tirta Mandiri yang mengoptimalkan pengelolaan tiga sumber mata air di desa, yakni Umbul Ponggok, Umbul Besuki serta Umbul Sigedhang-Kapilaler Hasilnya pada 2018, BUMDes Tirta Mandiri mampu mengelola dana senilai Rp 16 miliar dari tiga mata air ini.
Penghasilan dari BUMDes mampu menopang program desa. Sederet program desa yang sudah berjalan antara lain 1 rumah 1 sarjana, jaminan kesehatan untuk seluruh warga, dan bantuan sosial lainnya.
Warga juga ikut menikmati dengan berperan sebagai pendukung kegiatan utama BUMDes, seperti sentra ternak ikan untuk menyuplai kebutuhan ikan.
Desa Pandowoharjo berlokasi di Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Nilai skor IDM Pandowoharjo pada 2022 sebesar 0,8475.
KONTAN memilih desa ini karena kemampuan mereka untuk melakukan pemberdayaan ekonomi lokal mulai dari mengelola sampah. Desa ini mendirikan BUMDes Amarta pada 2016 sebagai rumah besar pengembangan ekonomi lokal berbasis pemberdayaan masyarakat. Salah satu unit usaha BUMDes Amarta adalah pengelolaan sampah dari rumah tangga.
Warga ikut terlibat dengan memilah sampah rumah tangga antara sampah organik dan anorganik, hingga memudahkan pembuatan kompos. Hasilnya tidak hanya kompos, kini BUMDes Amarta punya berbagai kegiatan usaha mulai dari tempat rekreasi seperti kolam renang, dan wisata pendidikan dan pelatihan. Amarta juga mengembangkan usaha dengan membangun sentra produksi beras.
Berada di wilayah perbatasan negara dengan Malaysia tak membuat masyarakat Desa Sejiram, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat merasa tertinggal dengan saudara-saudara di Ibukota dan Pulau Jawa.
Desa ini menyadari internet sebagai produk penting untuk tetap terhubung dengan dunia luar. Karena itu, inisiatif membangun jaringan internet membuat desa ini mampu bangkit dari desa tertinggal menjadi desa Mandiri.
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kemiskinan berkurang drastis seiring pertumbuhan ekonomi desa. Secara kasat mata, semakin banyak warga yang memiliki kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat.
Warga yang dulunya banyak bekerja ke luar daerah hingga menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Malaysia pun kini pilih menjadi pebisnis di desa.
Layanan internet desa yang dikelola oleh BUMDes, kini tidak hanya mencukupi kebutuhan warga desa sendiri, tapi juga di distribusikan ke beberapa desa sekitar.
Upaya mengoptimalkan sumberdaya alam sekitar bagi ekonomi desa juga digagas oleh pemuda di Desa Sidomulyo di Kecamatan Silo Kabupaten Jember Jawa Timur. Desa yang berlokasi di kaki Gunung Gumitir ini terus bersolek mengembangkan destinasi wisata dari keindahan alam sejak 2018.
Di tempat ini ada sumber mata air alami bernama Sendang Tirto Gumitir yang dipercaya pernah menjadi petilasan Layang Seto dan Layan Kumitir, anak seorang Patih Kerajaan Majapahit.
Kini ada beberapa destinasi wisata seperti wisata menelusuri sungai menggunakan ban, wisata keindahan hutan alam, dan lain-lain termasuk wisata edukasi berternak domba atau belajar meracik kopi.
Seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan, sektor pendukung pariwisata pun ikut bangkit, mulai dari sentra produksi kopi, kerajinan batik, dan sentra ekonomi mulai tumbuh mekar. Dengan andil pendampingan dari korporasi besar, tempat ini menjadi destinasi wisata dengan layanan masyarakat yang mulai profesional.
Perubahan pola pikir masyarakat yang semula merambah hutan dan menebang pohon menjadi penjaga hutan lestari, menjadi titik balik kebangkitan ekonomi masyarakat di Kawasan Hutan Bujang Raba. Keberadaan hutan di lanskap Bukit Panjang Rantau Bayur yang biasa disebut Bujang Raba di Kecamatan Bathin III Ulu, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi membawa berkah bagi lima dusun yang terdapat di setiap sisi hutan seluas 13.529 hektare.
Lima dusun, sebutan khas pemerintahan desa di Bungo tersebut adalah Dusun Sungai Telang, Dusun Lubuk Beringin (Luber), Dusun Laman Panjang, Dusun Buat, dan Dusun Senamat Ulu.
Berkat pengelolaan hutan desa yang sudah didapat dari lima desa ini, wilayah yang ada di sisi Timur Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) mendapatkan bonus berupa dana jasa lingkungan yang sudah didapat dari lembaga donor di Eropa.
Dana yang kerap disebut dana karbon tersebut sudah diterima kelima desa tersebut sejak 2019 hingga 2023 ini. Rerata tiap desa bisa menerima dana hingga Rp 200 juta saban tahun, sehingga desa bisa mengolahnya untuk memutar ekonomi desa.
Salah satu desa ini juga memanfaatkan aliran sungai untuk dijadikan sebagai pembangkit listrik mikro hidro yang mampu mencukupi kebutuhan listrik bagi warga desa, jauh hari sebelum ada program listrik masuk desa. Warga desa pun mampu menikmati listrik murah yang ramah lingkungan ini.
Tim Jelajah Ekonomi Desa tidak hanya menyambangi desa berbasis agraris. Salah satu desa di kawasan Serambi Mekah yakni Nangroe Aceh Darussalam juga menjadi salah satu tujuan yakni Desa Meunasah Asan, Kecamatan Madat, Kabupaten Aceh Timur. Desa ini bisa bangkit dari ketertinggalan dengan mengoptimalkan potensi desa yakni tambak bandeng.
Bandeng dari tempat ini di ekspor ke Korea dan Jepang. Pengelolaan tambak juga memperhatikan ramah lingkungan dengan menggunakan energi matahari. Hutan bakau di sekitar tambak juga dikelola menjadi tempat menjaga ekosistem laut yang hayati dan eksotik.
Cerita kebangkitan ekonomi desa from zero to hero, juga tergambar dari Desa Sekapuk yang berada di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Tempat ini dulunya merupakan lokasi tempat pembuangan sampah nan kumuh.
Kubangan bekas galian tambang batu kapur, menjadi pemandangan keseharian warga desa yang sebelumnya mayoritas hidup di bawah garis kemiskinan.
Cara pandang warga desa mulai berubah sejak kehadiran Abdul Halim, kepala desa Sekapuk yang menjabat sejak 2017. Ia mampu mengubah tanah kelahirannya yang kumuh, menjadi destinasi wisata bernama Selo Tirto Giri (Setigi).
Hal itu ia lakukan setelah menyulap sekitar 1,5 hektare (ha) bekas tambang kapur menjadi tempat wisata. Abdul memimpin warganya bergotong-royong membersihkan sampah dari desa mereka dan mengutip dana dari penambang batu kapur sebagai pemasukan desa.
Tak heran, berkat jerih payah seluruh warga desa Sekapuk, pada tahun 2021 pendapatan asli daerah mencapai Rp 3,8 miliar dan ditargetkan mencapai Rp 7,8 miliar pada 2022. Desa kumuh itu pun kini telah berganti menjadi desa miliarder.
Di tempat ini KONTAN akan menggelar agenda Kontan Kerja Nyata (KKN) untuk bersama-sama warga mengoptimalkan marketing digital dengan konten-konten kreatif agar lokasi wisata ini lebih dikenal luas oleh masyarakat.
Salah satu inovasi yang inspiratif dari Desa Gentengkulon adalah Sistem Pelayanan Masyarakat Melayani Sendiri yang populer disebut Simas Mandiri. Sistem pelayanan publik yang memanfaatkan teknologi informasi (TI).
Layanan berbasis self-service ini mampu melayani 27 macam pelayanan administrasi masyarakat. Melalui anjungan Simas Mandiri, masyarakat bisa mengurus kebutuhan pelayanan secara mandiri tanpa harus bertemu dengan petugas. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, layanan publik di Desa Gentengkulon bisa diakses secara online.
Di luar inovasi tersebut, kemajuan Desa Gentengkulon juga tak lepas dari potensi ekonomi dengan adanya pasar induk yang berusia cukup tua. Pasar Genteng selama ini menjadi pusat pengepul sayur-mayur. Dari pasar induk tersebut, para pedagang mendistribusikan sayur-mayur ke seluruh pelosok Banyuwangi hingga ke Pulau Bali.
Selain pasar induk, pemberdayaan ekonomi masyarakat terdorong oleh pendirian ruang terbuka hijau (RTH) Maroon. Ruang terbuka yang dikelola BUMDes Gentengkulon itu menjadi pusat kegiatan masyarakat dan tempat bagi ratusan pedagang kecil menjajakan barang dagangannya.
Yang menarik, alih-alih berorientasi profit, pengelolaan RTH Maroon oleh BUMDes Gentengkulon lebih bertujuan untuk menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat.
Di lokasi ini tim KONTAN juga akan menggelar program Kontan Kerja Nyata dengan mengajak masyarakat untuk belajar mengelola sampah dengan efektif termasuk mengelola sampah plastik dengan cara 3M "mengurangi", "menggunakan ulang” dan "mendaur ulang" atau dikenal dengan 3R Reduce, Reuse, and Recycle.
Desa Ngingas selama ini sudah terkenal dengan sebutan Kampung Logam. Maklum, desa di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, ini merupakan sentra industri kecil dan menengah (IKM) logam.
Di desa seluas 189.400 hektare (ha) ini, terdapat sekitar 300 unit usaha yang bergerak di industri logam. Sebagian besar penduduk desa Ngingas bekerja sebagai pengrajin logam maupun pemilik usaha kecil di bidang logam.
Hampir setiap rumah di desa Ngingas memproduksi produk berbahan logam, mulai dari suku cadang kendaraan, alat pertanian, peralatan dapur, hingga tiang lampu penerangan jalan.
Kawasan Ubud di Pulau Bali sudah menjadi salah satu tempat wisata healing yang tenar selama beberapa tahun terakhir. Salah satu tempat di Ubud yang kerap disambangi para turis untuk bersantai dan menikmati berbagai seni khas Bali adalah Desa Peliatan.
Desa yang berjarak sekitar satu setengah jam perjalanan mobil dari Denpasar ini memang menyajikan suasana yang asri dan nyaman untuk bersantai. Desa ini bahkan pernah mendapat gelar sebagai desa paling maju dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
"Dulu desa kami juga kurang indah dan banyak sampah," kenang Made Dwi Sutaryantha, Kepala Desa Peliatan kepada Kontan beberapa waktu lalu.
Bagaimana cerita lengkap dan inspiratif dari desa terpilih ini? Simak liputan tim Kontan Jelajah Ekonomi Desa 2023 setiap hari Jumat hingga Juni mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News