Jelajah Ekonomi Desa: Parijoto dan Salak Motif Andalan Batik Sekar Idaman Khas Sleman

Jelajah Ekonomi Desa: Parijoto dan Salak Motif Andalan Batik Sekar Idaman Khas Sleman
Ilustrasi. Jumat, 14 April 2023 | 05:53 WIB

Reporter: Bidara Pink

Editor: Sandy Baskoro

KONTAN.CO.ID - PANDOWOHARJO. Di sudut sebuah rumah di Plalangan, Pandowoharjo Sleman, dua perempuan perajin batik asyik mencanting bagian demi bagian kain putih, yang sudah terpola bunga parijoto dan buah salak. Ya, Sleman memang identik dengan parijoto dan salak. 

Para perajin Batik Sekar Idaman berhasil menghadirkan dua ciri khas Sleman tersebut dalam motif batik yang mereka garap. Parijoto adalah tanaman khas yang tumbuh di lereng Gunung Merapi. Buah ini mengandung antioksidan cukup tinggi dan bisa meningkatkan kesuburan. Adapun salak pondoh adalah buah yang menjadi andalan Sleman.

Baca Juga: Jelajah Ekonomi Desa 2023: Kemandirian Ponggok Mengalir dari Mata Air

Sri Arumiyati, pemilik Batik Sekar Idaman, mengaku motif parijoto dan salak menjadi dua motif pertama saat ia merintis usaha batik secara mandiri pada tahun 2018. "Parijoto yang tumbuh di lereng Gunung Merapi dan juga salak adalah motif khas batik Sleman. Saya menjadikannya sebagai modal awal untuk merintis," kata dia kepada Tim KONTAN Jelajah Ekonomi Desa, awal Februari lalu.

Sri tidak punya latar belakang membatik. Dia mengenang, tahun 2013, Kalurahan Pandowoharjo menyelenggarakan pelatihan batik yang dipandu Disperindag Sleman. Anggotanya saat itu ada 20 orang, yang berasal dari Kampung plalangan. 

Baca Juga: Menolak Investor Masuk ke Situ Lengkong

Peserta dilatih selama seminggu, diajarkan warna-warna dasar. "Dari situ kami membentuk kelompok, Batik Ayu Arimbi, kebetulan saya ketuanya. Tahun 2018 saya mencoba untuk mandiri, karena memang pemerintah mengharapkan, dari sekitar 20 anggota, harus ada yang berani mandiri. Saya memberanikan diri untuk mandiri dan mendirikan Batik Sekar Idaman," tutur dia.

Saat mengawali usaha mandiri, selain hanya bermodalkan dua motif batik, Sri belum menerima banyak pesanan. Namun dia berani menarik Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari salah satu bank dengan bunga yang mini. 

Baca Juga: Makin Banyak Peziarah Datang, Ekonomi Desa Panjalu Mengembang

Gayung bersambut. Di tahun pertama merintis usaha, Batik Sekar Idaman mendapatkan pesanan 100 potong kain batik dari salah satu dinas di Kabupaten Sleman.

Dari pesanan itu, Sri membuka lapangan pekerjaan bagi ibu rumah tangga di sekitarnya, untuk membantu produksi batik. Keuntungan dari tiap pesanan ia kumpulkan sedikit demi sedikit untuk menambah motif batik. Hingga kini, Batik Sekar Idaman sudah memiliki 80 motif batik. Sri memang menjual mayoritas batik cap ketimbang batik tulis.

Tak hanya motif parijoto dan salak, ada pula motif kombinasi, motif klasik seperti parang, truntum, sekar jagad dan tambal. Plus mengembangkan motif modern yaitu ciprat, sulur, juga motif bunga-bunga.

Baca Juga: Berkah dari Mengolah Wisata Ziarah dan Sejarah

Batik cap yang menggunakan pewarna sintetis ditawarkan dengan harga Rp 135.000 hingga Rp 250.000. Sedangkan batik cap dengan warna alam mulai dari Rp 125.000. Batik Sekar Idaman juga menyediakan batik tulis dengan harga lebih tinggi, yaitu sekitar Rp 700.000 hingga Rp 800.000. 

Dalam memasarkan batiknya, ia memanfaatkan marketplace dan social commerce, seperti Instagram, Whatsapp, juga Facebook.

Ada juga galeri yang bisa langsung dikunjungi pembeli, yaitu di samping rumah produksi, beberapa butik, hingga sejumlah hotel di Yogyakarta. Selain dari dalam negeri, Batik Sekar Idaman pernah mendapat pelanggan luar negeri, yakni Jerman dan Australia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Tag

Berita Terkait

Jelajah Ekonomi Desa Kontan
Didukung oleh:
BRI
OJK
Barito Pacifik
Bukopin
PLN
BNI
Rukun Raharja
BSI
Cimb Niaga
Telkom
Telkom
XL Axiata
Mandiri
logo astragraphia
logo modalku
tokio marine