Menjaga Hutan Tetap Lestari, Pembeli Karbon Mengalirakan Rezeki

Menjaga Hutan Tetap Lestari, Pembeli Karbon Mengalirakan Rezeki
Ilustrasi. Minggu, 28 Mei 2023 | 09:00 WIB

Reporter: Markus Sumartomdjon, Selvi Mayasari

Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - Muara Bungo.  MEMASUKI kawasan dusun penyangga kawasan hutan lindung Bukit Panjang Rantau Bayur alias Bujang Raba di Kecamatan Bathin III Ulu, Kabupaten Bungo, Jambi awal Maret 2023, seolah melihat nuansa hijau royo-royo di segala aspek. Kiri-kanan jalan didapati hutan belukar.

Barisan pohon karet masih tersusun rapi di beberapa area. Terkadang terselip sejumlah pohon durian nan menjulang tinggi. Sesekali, deretan pohon sawit dengan buah tandan sari yang siap panen mencuat di antara semak belukar di sisi jalan.

Udara sejuk terasa sekali di kawasan Dusun Sungai Telang yang hanya punya ketinggian 170 meter di atas permukaan laut. Inilah salah satu dusun, sebutan desa di daerah Bungo yang menjadi penjaga hutan lindung Bujang Raba, di kaki Taman Nasional Bukit Kerinci.

Bersama empat dusun lain, yakni Dusun Lubuk Beringin, Dusun Buat, Dusun Laman Panjang dan Dusun Senamat Ulu, Dusun Sungai Telang sudah diberikan hak pengelolaan hutan lindung desa oleh Kementerian Kehutanan secara bersama-sama sejak 2011.

Kelima desa tersebut mendapat mandat untuk menjaga hutan lindung inti di Bujang Raba seluas 5.336 hektare dari total lanskap Bujang Raba seluas 13.529,5 hektare. Pelan namun pasti, komitmen yang dilakukan oleh masyarakat dan aparat di lima desa itu untuk menjaga hutan dari aksi penebangan dan tetap lestari hingga kini akhirnya membuahkan hasil.

Selain lingkungan alam hutan dan desa terjaga, masyarakat desa di wilayah Bujang Raba sudah bisa tersenyum lebar. Sejak 2019, seluruh masyarakat lima desa Bujang Raba mendapatkan bonus berupa jasa imbal hasil lingkungan yang kerap disebut dana karbon. Ini adalah upah dari hasil menjaga tutupan hutan inti Bujang Raba dan menjadi hasil dana karbon pertama dan satu-satunya di Indonesia.

Hasil jerih payah tersebut tidak terlepas dari peran Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi. Organisasi nirlaba yang berbasis di Jambi ini menjadi pendamping setia masyarakat desa lanskap Bujang Raba sejak mendapatkan hak pengelolaan hutan desa.

Koordinator Program Komunitas Konservasi Indonesia Warsi, Emmy Primadona menjelaskan, penyimpanan karbon di dalam kawasan hutan inilah yang menjadi nilai tambah hutan Bujang Raba. Namun tidak gampang bagi KKI Warsi untuk bisa mendapatkan dana tersebut.

Dia perlu mengetahui potensi penyimpanan karbon yang bisa dihasilkan dari hutan Bujang Raba. Hal lainnya adalah menjual potensi penyimpanan karbon tersebut ke pihak lain atau di pasar karbon yang sudah ada.

Lewat berbagai tahapan, akhirnya KKI Warsi mendapatkan pembeli karbon Bujang Raba. Pembelinya adalah sebuah institusi yang berbasis di Swedia.

Alhasil, masyarakat desa di Bujang Raba mulai mendapatkan berkah dana jasa lingkungan tersebut. Misalnya di tahun 2019 mulai mendapatkan dana karbon sebesar Rp 350 juta. Satu tahun kemudian, jumlahnya meningkat menjadi Rp 1 miliar. Dan tahun berikutnya pun sama. Sedangkan tahun ini, masyarakat desa di Bujang Raba tengah bersiap menerima kucuran dana karbon lagi. "Kalau ditotal, dana imbal karbon ini sudah beberapa miliar rupiah," kata Emmy kepada tim KONTAN.

Dana imbal jasa lingkungan tersebut diberikan secara merata ke lima desa tersebut. Adapun jenis-jenis bantuan sudah dilakukan secara musyawarah dari masing-masing desa. Bentuknya pun beragam. Misalnya ada paket sembako, kebutuhan pembangunan sarana publik dan dana operasional kelompok pengelola hutan desa. Sementara atas permintaan pemuda setempat juga dibangun sarana olahraga dan perlengkapan pengelolaan hutan seperti perangkat GPS, laptop dan printer.

Tidak hanya itu, dana imbal jasa karbon juga digunakan untuk merenovasi masjid di semua desa, yang terlibat menjaga hutan lindung Bujang Raba. "Dengan bantuan ini, cukup membantu perekonomian masyarakat dan pembangunan desa," kata Emmy.

Dana jasa imbal hasil lingkungan ini hanya menyasar program-program yang belum tersentuh oleh bantuan lain yang diberikan oleh pemerintah. Jadi peruntukan dana karbon tersebut tidak ada yang menyasar program infrastruktur yang jadi wewenang pemerintah setempat.

Yang pasti, menurut Jarimi, Ketua Lembaga Pengelolaan Hutan Desa Senamat Ulu, kelima desa mendapatkan masing-masing dana imbal hasil karbon sekitar Rp 200 juta. Uang tersebut dikelola oleh masing-masing lembaga desa. Lantas, sesuai perencanaan peruntukan semula, dana itu dimanfaatkan untuk pembelian paket sembako, santunan anak-anak yatim, sunatan anak-anak, pembangunan sarana publik hingga operasional pengelolaan hutan, juga disalurkan untuk keperluan lainnya. Itu semua tergantung dari kesepakatan masing-masing desa.

Ia pun berkisah, pemberian paket sembako di masa pandemi Covid-19 langsung membuat seluruh warga desa terenyuh. "Terasa sekali manfaatnya untuk masyarakat, paket sembako tersebut cukup menyentuh hati masyarakat," ujar Jarimi.

Merintis Desa Wisata

M Shofwan, Sekretaris Dusun Sungai Telang dan Ketua Forum Komunikasi Hutan Berbasis Masyarakat Bujang Raba menambahkan, program perhutanan sosial alias pelestarian hutan yang sudah dilakukan bertahun-tahun tersebut memang membuahkan hasil. Masyarakat di lima desa tersebut berhasil meningkatkan perekonomian dari menjaga hutan.

Saat tim KONTAN menyambangi kediamannya, Shofwan baru saja menyelesaikan pertemuan. Tema pertemuan warga Dusun Sungai Telang adalah membahas program-program bantuan dari dana karbon pada tahun ini. Dari catatan yang terpampang di papan tulis berwarna putih, jenis program bantuan masih belum banyak berubah dari sebelumnya.

Tapi ada satu satu catatan yang menjadi target warga Sungai Telang berikutnya. Yakni mempersiapkan diri untuk mulai masuk ke area wisata. Keinginan ini tidak terlepas dari area Sungai Telang yang diberkahi curug Batang Kelumbu, yang letaknya tersembunyi di salah satu kaki lanskap Bujang Raba. "Sejak adanya hutan desa sampai saat ini masyarakat sudah merasakan bagaimana sentral wisata orang larinya ke Bujang Raba," kata Shofwan lebih lanjut.

Jika Sungai Telang tengah menyiapkan diri sebagai desa wisata, tidak demikian dengan Desa Lubuk Beringin alias Luber. Di desa inilah terdapat destinasi wisata yang sudah dikenal di area Bungo, yakni Wisata Air Luber yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Luber.

Ini adalah destinasi wisata yang mengandalkan aliran Sungai Telang yang jernih. Di dalam sungai yang sedalam satu setengah meter tersebut terdapat sejumlah ikan Semah, khas daerah tersebut. Ikan ini tergolong jinak saat pengunjung memberi makanan.

Saat musim liburan, tempat wisata ini sangat ramai dikunjungi warga dari luar desa Luber. Untuk wisatawan dari luar desa akan dikenakan tarif masuk Rp 10.000 jika ingin menikmati dan bersantai di Luber. "Wisata Luber ini sering dikunjungi saat hari libur. Saat hari besar nasional, banyak dikunjungi turis dari luar Luber," ungkap Kepala Desa atau Rio Lubuk Beringin, M Jufri.

Husnul Akip, Ketua Bumdes Maju Jaya bilang, Lubuk Beringin berencana mulai mempercantik kawasan wisata Luber tersebut. Mulai dari rencana penambahan pagar pembatas dengan rumah penduduk, penambahan wahana tempat swafoto, hingga menambah fasilitas taman di area lapangan yang hijau. Ia berharap tambahan fasilitas tersebut bisa mendongkrak tingkat kedatangan turis ke Wisata Luber.

Manfaat lain yang tidak kalah penting adalah aliran sungai Batang di Dusun Senamat Ulu yang tanpa henti, dimanfaatkan untuk menciptakan energi ramah lingkungan. Di dusun tersebut sudah berdiri Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) pada akhir 2013. PLTMH itu dibangun dari dana APBD setempat senilai Rp 1,5 miliar dan memiliki kapasitas daya 25.000 watt.

Hingga saat ini seluruh masyarakat di Senamat Ulu sudah bisa menikmati aliran listrik dari PLTMH ini. Masing-masing rumah mendapat jatah listrik sebesar 250 watt dan dikenakan iuran bulanan sebesar Rp 50.000. Keberadaan PLTMH ini membuat pasokan listrik di Senamat Ulu bisa aman di saat listrik PLN padam.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Tag

Berita Terkait

Jelajah Ekonomi Desa Kontan
Didukung oleh:
BRI
OJK
Barito Pacifik
Bukopin
PLN
BNI
Rukun Raharja
BSI
Cimb Niaga
Telkom
Telkom
XL Axiata
Mandiri
logo astragraphia
logo modalku
tokio marine