Manisnya cuan budidaya buah manggis Wonoagung. Terbukanya peluang ekspor manggis menjadi durian runtuh bagi para petani manggis, termasuk di Desa Wonoagung, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang. Desa yang terkenal dengan komoditas buah durian dan manggis ini turut merasakan manisnya harga manggis yang diekspor.
“Baru tahu rasanya manis harganya manggis ya tahun ini. Itu harga sampai Rp 40.000 sekilo dari sebelumnya Rp 10.000-Rp 12.000 sekilo,” kata Sudarsono, salah satu pemilik kebun buah di Wonoagung, Selasa (4/7).
Dia menceritakan, para pengepul yang biasanya datang untuk membeli manggis memilih buah yang hampir matang untuk dihargai lebih mahal. Buah grade A yang dihargai Rp 40.000 biasanya dipilih yang masih hijau dengan sedikit tanda yang menunjukkan akan matang.
“Itu dijelaskan sama dia mau dibawa ke luar negeri,” imbuh Darsono.
Jadi, manggis panenan disortir antara yang masih hijau dengan kondisi tanpa catat pada harga Rp 40.000. Sedangkan grade B dihargai sekitar Rp 10.000 per kilogram hingga Rp 15.000 per kilogram, bisa dijual dengan harga hingga sekitar Rp 40.000 per kilogram.
Penyortiran ini masih lebih menguntungkan daripada langsung dijual semua ke pasar dengan harga sama antara Rp 15.000 per kilogram hingga Rp 18.000 per kilogram. Dengan adanya sortir untuk harga yang lebih tinggi, artinya harga rata-rata petani bisa lebih tinggi.
“Setelah itu jadi semangat. Itu saya mau nanem lagi dan sudah beli bibit,” ujar Darsono.
Baca Juga: Desa Wonoagung Genjot Pendapatan Desa dari Pariwisata Hingga Pertanian
Tak tanggung-tanggung, Darsono menyiapkan 100 bibit pohon manggis untuk ditanam. Jumlah ini dua kali lipat daripada pohon manggis yang sudah ditanam sekitar 50 batang.
Dari 50 batang pohon manggis, hasil panen Darsono bisa mencapai sekitar 5 kuintal atawa 100 kilogram untuk sekali panen. Dengan harga rata-rata di kisaran Rp 30.000 saja, total penjualan manggis bisa mencapai Rp 15 juta pada satu kali panen per tahun.
Untuk menanam manggis, Darsono tidak menyiapkan lahan khusus. Di kebun dengan luas lebih dari 10 hektare dia tidak memisahkan lokasi kebun untuk manggis dan durian yang telah lama tumbuh.
Memang, tak hanya manggis, Darsono memiliki sejumlah komoditas buah yang juga dibudidayakan. Paling besar adalah durian. Selain itu, dia memiliki cengkih dan pisang. Sementara untuk salak dipisahkan dari kebun buah lainnya.
Dia memilih buah-buahan dengan umur panjang dan hasil yang berkelanjutan. Bahkan, dia memiliki pohon durian yang ditanam sekitar tahun 1950-an sejak zaman orang tuanya.
“Saya semakin lama semakin tua, ya cari pohon yang umurnya panjang. Kalo enggak gitu nanti siapa yang ngerawat kalo nanem yang butuh perawatan khusus,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News