Kemilau buah-buah jeruk memantulkan cahaya matahari di ranting pohon yang merunduk, menjadi pertanda musim panen segera tiba. Harapan besar membawa penduduk desa lebih sejahtera kian terang di depan mata.
Awal Juli 2023, musim panen buah jeruk di Desa Wonoagung Kecamatan Pasembon Kabupaten malang, memang telah berakhir. Tetapi buah dari sisa-sisa panen tetap disambut antusias para wisatawan di musim liburan sekolah yang berkunjung di Bukit Ganjaran, Agrowisata kelolaan badan usaha milik desa (BUMDes) Asha Wiyakta milik Desa Wonoagung.
Tahun ini menjadi titik balik BUMDes Asha Wiyakta untuk mulai memanen hasil jerih payah yang mereka tanam sejak 2019 silam. Sebab tahun ini buah jeruk yang dihasilkan juga lebih banyak dari tahun 2022 lalu.
"Tahun 2023 Agrowisata baru kami buka untuk umum pada hari libur saja, Sabtu dan Minggu," kata Suwandi, Direktur BUMDes Asha Wiyakta, saat ditemui Tim KONTAN Jelajah Ekonomi Desa Selasa (4/7). Panen raya jeruk di Agrowisata ini basanya terjadi pada bulan Mei.
Baca Juga: Warga Desa Wonoagung Mengolah Umbi Beracun Untuk Hasilkan Cuan
Agrowisata tidak dibuka tiap hari sembari menunggu kematangan buah jeruk. Waktu satu minggu cukup untuk membuat jeruk lebih matang.
Meskipun bukan pada masa panen raya dalam satu akhir pekan, jumlah pengunjung bisa mencapai 100 orang per hari. Warga tamasya di agrowisata petik jeruk ini memang belum dipungut biaya masuk. Mereka hanya membayar ongkos parkir kendaraan sebesar Rp 5.000 untuk motor dan Rp 10.000 untuk mobil.
"Minimal pengunjung membawa 2 kilogram (kg), per kilo Rp 15.000. Jadi di sini bisa petik sendiri makan sepuasnya, bawa pulang harganya Rp 15.000 per kilogram," kata Suwandi.
Tahun ini, Asha Wiyakta menargetkan produksi jeruk bisa mencapai 5 ton. Ada sekitar 1.200 pohon jeruk di area 1,5 hektare menghasilkan kurang lebih 1 ton jeruk pada tahun lalu. Artinya target tahun ini naik lima kali lipat jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Dengan target produksi tersebut, Bumdes Asha Wiyakta membidik omzet Rp 40 juta dari jeruk. Bahkan, Suwandi berharap bisa mencapai target Rp 80 juta pada tahun depan atau dua kali dari target tahun ini.
Artinya, BUMDes ini bisa mencapai omzet lebih dari modal awal sebesar Rp 70 juta yang berasal dari dana desa di tahun 2019.
Baca Juga: BUMDes Agro Wisata Mencari Investor
Setelah membuka agrowisata berupa petik jeruk di kebun seluas 5 hektare, BUMdes Asha Wiyakta berniat memperluas bisnis di lokasi yang sama. Maklum, wisata petik jeruk hanya memakan sekitar 1,5 hektare lahan dari total 5 hektare lahan kas desa yang mereka kelola.
Untuk mengembangkan bisnis agar lahan makin produktif, BUMDes Asha Wiyakta berniat mencari investor strategis.
Suwandi mengatakan, modal awal BUMDes berasal dari dana desa sebesar Rp 70 juta yang disuntikkan pada tahun 2019. Setelah itu, ada tambahan penyertaan modal dari dana desa setiap tahun.
Mulanya, dia berharap desa bisa memberikan modal hingga Rp 1 miliar dalam lima tahun hingga 2025. Tetapi karena ada pandemi, dana desa terutama dialokasikan untuk penanganan pandemi.
Alhasil, tambahan penyetoran modal jauh meleset dari target awal. Hingga tahun ini, total tambahan penyertaan modal dari desa hanya mencapai sekitar Rp 200 juta. "Tetapi BUMDes mau enggak mau masih butuh modal," kata Suwandi.
Karena itulah, BUMDes Wonoagung ingin menggandeng investor untuk pengembangan bisnis lebih lanjut. Badan usaha desa ini merencanakan sejumlah ekspansi memperluas usaha. Paling dekat, Asha Wiyakta akan membangun kolam renang.
Baca Juga: BUMDes Agro Wisata Mencari Investor
"Harapan kami tahun ini kolam renang itu sudah jadi. Untuk penanaman komoditas lainnya akan kami lakukan sambil jalan dan 2024 kami mulai. Tapi target tahun ini adalah kolam renang," ujar Suwandi.
Adapun investor yang berminat gabung, bisa memilih investasi apa yang ingin dikembangkan oleh BUMDes. Misalnya mereka memilih untuk berinvestasi di kolam renang, maka dia akan mendapatkan hasil dari kolam renang tersebut.
Sebelum roadshow ke luar Suwandi ingin mencari investor lokal dari Wonoagung agar bisa menjadikan perputaran dana internal desa menjadi lebih kencang.
Selain kolam renang, Asha Wiyakta juga merencanakan wahana lain yakni perosotan di lereng perbukitan alias rainbow slide. Selain itu taman edukasi segala tanaman yang ada di Desa Wonoagung.
"Dengan adanya kolam renang nanti bisa ada tambahan pendapatan. Karena di samping ini nanti ada rainbow slide sampai ke bawah, dan ada juga rencana membangun penginapan," terang Edy Istiyono, Kepala Desa Wonoagung.
Rencananya, penginapan akan berlokasi sekitar Bukit Ganjaran ini memiliki pemandangan pegunungan dan perbukitan yang indah. Selain itu, tempat tersebut berada di atas kebun jeruk sekaligus berdekatan dengan kolam renang sehingga bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan agar lebih betah dan menginap.
Pertimbangan lain saat ini masih belum ada penginapan di sekitar Wonoagung hingga Kandangan, bahkan sampai ke wilayah Kediri. Karena itu ada peluang dari tamu yang berkunjung ke Kasembon untuk menginap.
Target awal pembangunan penginapan cukup empat sampai enam kamar. Hitungan awal untuk merealisasikan semua target, setidaknya perlu investasi hingga Rp 5 miliar. "Kalau mengandalkan dana desa ya mungkin baru 10 tahun belum selesai, tapi kalau menggenjot PADes yang lain mungkin 5 tahun selesai," katanya.
Agar ekonomi warga desa menggeliat, Edy berharap investor berasal dari warga desa sendiri baik secara mandiri atau patungan. Dengan begitu warga ikut menjadi pemilik dan menikmati hasilnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News