Ngingas Mewarnai Olimpiade Barcelona 1992 Melalui Sandal

Jelajah Ekonomi Desa - Kontan
Ilustrasi. Kepala Desa Ngingas?H. Sami'an (Kemeja putih) dan jajarannya meneriima Tim Kontan yang berkunjung ke Desa Ngingas, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (19/6/2023). Jumat, 16 Juni 2023 | 22:18 WIB

Reporter: Yuwono Triatmodjo

Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Desa Ngingas di Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur, sudah lekat dengan predikat kampung logam. Hingga generasi keempat dan kelima saat ini, usaha industri pengolahan logam berlanjut mendarah daging dan menjadi usaha sebagian besar penduduk Desa Ngingas.

Namun siapa sangka, dulu warga Desa Ngingas juga memiliki sumber pendapatan dari usaha sandal dan sepatu. Bukan kaleng-kaleng, produksi sandal dari Desa Ngingas ini mampu menembus pasar manca negara.

Seperti dikisahkan oleh Affandie, pemilik CV Sandi Karya Tehnik. Pria kelahiran tahun 1962 ini bercerita bahwa pada era tahun 90-an, Ngingas juga memiliki banyak perajin sandal dan sepatu.

Baca Juga: IKM Logam di Desa Ngingas, Menempa Rezeki dari Keahlian Pande Besi

"Ada sekitar 20 perajin di Ngigas Utara dan Ngingas Selatan, ditambah dusun Ambeng-Ambeng," tutur pria yang biasa disapa Pendik ini. Saat itu, produksi sandal dan sepatu masih sangat manual, hanya mesin jahit dan dinamo slep untuk menghaluskan produk sandal dan sepatu.

Pada tahun 1987, Pendik mengaku sudah berkecimpung pada bisnis sandal. Sandal yang dia produksi salah satunya adalah sandal hotel.

Produknya kala itu biasa dijajakan di Pasar Turi Surabaya, Solo dan Yogyakarta. Tak ketinggalan, Bali juga menjadi area pemasaran Pendik dengan produk ukuran besar bagi para turis. Sementara pasar ekspor merupakan pesanan dari eksportir dari Surabaya yang sudah menjadi langganan Pendik.

Di masa kejayaanya saat itu, rata-rata perajin bisa merekrut tenaga kerja hingga 50 orang. Pendik bilang, saat itu jumlah karyawannya mencapai 68 orang.

Saat nilai tukar rupiah saat itu berada di level Rp 2.650/dollar AS, sandal Pendik di pasar lokal dibanderol seharga Rp 35.000 per 20 pasang. Saban bulan, pria yang sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini sudah belajar memproduksi sandal, mampu menghasilkan tidak kurang dari 30.000 pasang sandal.

Baca Juga: Perajin Logam di Desa Ngingas, Terbentur Permodalan dan Bahan Baku

Hingga akhirnya di tahun 1992, Pendik dan kawan-kawan sesama perajin sandal mendapat pesanan dalam partai besar untuk dikirim ke Spanyol, saat hajatan Olimpiade Barcelona. Pendik sendiri memperoleh hingga satu kontainer ukuran ukuran 40 feet. Ukuran sandal yang saat itu dipesan mulai dari 32 hingga 46. "Order via bos di Surabaya," kenangnya.

Produk asal Ngingas, lanjut Pendik, disukai murah dan ringan. Sejumlah merek dipasang pada produk hasil karya perajin, semisal Zico, Kendo, Tama dan Mexico.

Namun, selepas era keemasan perajin sandal Ngingas yang ikut memeriahkan Olimpiade Barcelona melalui kerajinan sandal, kini hal tersebut berbalik 180 derajat.

Banyak perajin bertumbangan karena kalah dengan serbuan produk impor asal China yang harganya jauh lebih murah. Ayah dari enam orang anak itu, menyatakan sulit mempertahankan bisnis tersebut.

Baca Juga: Industri Logam Desa Ngingas Bertahan di Tengah Pandemi dan Tantangan Lingkungan

Hingga akhirnya Pendik memutuskan banting setir menjadi pengusaha logam, seperti pada umumnya warga Ngingas. "Saya kini pengusaha home industri. Membuat pondasi motor perahu/as ketinting dan frame water pump untuk Honda," ujarnya. Pendik mempekerjakan delapan orang karyawan pada bidang usahanya tersebut.

Era kejayaan sandal telah berlalu, menyisakan sedikit saja pelaku yang masih bertahan. Tiada yang pernah menyangka hal tersebut. "Saat masa kejayaan kami, koyok koyok gak iso entek (seakan akan tidak bisa habis)," kenang Pendik.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Jelajah Ekonomi Desa Kontan
Didukung oleh:
BRI
OJK
Barito Pacifik
Bukopin
PLN
BNI
Rukun Raharja
BSI
Cimb Niaga
Telkom
Telkom
XL Axiata
Mandiri
logo astragraphia
logo modalku
tokio marine