Perajin Logam di Desa Ngingas, Terbentur Permodalan dan Bahan Baku

Jelajah Ekonomi Desa - Kontan
Ilustrasi. Sentra Industri Logam di Desa Ngingas, Waru, Sidoarjo?saat liputan Jelajah Ekonomi KONTAN Tol Trans Jawa Jumat, 16 Juni 2023 | 14:34 WIB

Reporter: Noverius Laoli, Yuwono Triatmodjo

Editor: Noverius Laoli

DERU mesin pemotong besi dan suara mesin laser yang tenang menggunting besi menyambut kedatangan tim Jelajah Ekonomi Desa KONTAN, di Desa Ngingas, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur pada Jumat siang (19/6).

Tampak seorang pekerja sibuk menggunting plat besi membentuk bunga-bunga yang akan digunakan sebagai pagar rumah. Sementara yang lain sibuk mencetak besi bulat warna putih menjadi berbentuk stang motor dan aksesoris motor lainnya.

Ditemani kepala Desa Ngingas Sami'an dan Ketua BUMDes Ngingas Makmur Abadi, Zainuddin Arifin dan beberapa staf pemerintahan desa Ngingas lainnya memperkenalkan kerajinan logam di desa tersebut.

Di desa yang dikenal sebagai kampung logam ini, terdapat sebanyak 320 pengusaha logam dan lebih dari 3.000 tenaga kerja. Sebagian besar tenaga kerjanya adalah warga Ngingas.

Baca Juga: Industri Logam Desa Ngingas Bertahan di Tengah Pandemi dan Tantangan Lingkungan

Sami'an bercerita kalau Desa Ngingas sudah turun temurun dikenal sebagai kampung logam. Bahkan saat ini, kerajinan ini sudah diturunkan pada generasi keempat hingga kelima. Kerajinan logam telah menjadi mata pencaharian utama masyarakat Ngingas.

Jika pada generasi terdahulu di era 1930-an, sebelum teknologi berkembang, pengrajin membuat parut, cangkul, dan alat-alat dapur dengan cara tradisional, kini warga Ngingas sudah bisa mengolah plat besi menjadi pagar dengan ukiran bunga-bunga menggunakan mesin laser.

Namun di tengah kemajuan teknologi yang dimiliki perajin logam di Ngingas sejumlah hambatan dan tantangan turut mewarnai salah satu sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Sidoarjo ini. Mulai dari permodalan hingga pembuangan limbah atau limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang digunakan IKM.

Rumah Produksi Aksesoris Otomotif

Sami'an mengatakan, para pelaku usaha di Ngingas sangat membutuhkan modal. Namun karena persyaratan yang ketat, banyak yang sulit mendapatkan pinjaman perbankan. Misalnya persyaratan untuk mendapatkan kredit perbankan harus punya izin usaha. Sementara itu, kerap IKM sulit mendapatkan izin usaha lantaran jarak antara rumah produksi dengan jalan tidak memenuhi persyaratan.

Di Ngingas, banyak perajin logam yang membuka usahanya di rumah yang nyaris tak berjarak dengan jalan. Hal itu terjadi karena keterbatasan lahan.

Baca Juga: Jelajah Ekonomi Kontan (hari ke-5): Perajin di Sidoarjo, Suramadu dan bebek Madura

"Untuk kasus-kasus seperti ini, tolonglah ada perlakuan khusus, persyaratannya diringankan," ujar Samian. Apalagi IKM logam ini telah berkontribusi membuka lapangan pekerjaan. Ketiadaan agunan juga jadi masalah lain dalam memenuhi permodalan ini.

Krisis Bahan Baku

Selain hambatan di permodalan, masalah limbah B3 juga jadi persoalan tersendiri bagi pelaku usaha logam di Ngingas. Bahkan karena persoalan ini, kadang harus berhadapan dengan kepolisian.

Padahal IKM di Ngingas yang jumlah pekerjanya rata-rata tiga hingga 15 orang tak selalu mampu menyediakan kebutuhan pekerja, seperti sarung tangan, kain lap sekali pakai untuk membersihkan besi-besi kotor yang terkena oli mesin dan debu.

Namun sarung tangan dan kain lap yang dipakai berkali-kali termasuk limbah berbahaya yang dilarang pemerintah. Jika pelaku usaha memenuhi standar kelayakan, mereka terbentur dengan modal dan margin keuntungan yang tipis. "Kami berharap sebenarnya ini, limbah B3, ada solusi dari pemerintah," harap Sami'an.

Baca Juga: Pendapatan Asli Desanya Capai Miliaran, Intip 6 Pilar Ekonomi Desa Sekapuk

Tantangan yang tidak kalah berat lainnya adalah ketersediaan bahan baku murah dan berkualitas. Bahan baku menjadi penentu penting dalam kelangsungan usaha logam di Ngingas. Jika bahan bakunya tidak tersedia atau mahal, maka dapat menekan margin keuntungan atau malah membuat mereka rugi karena harga bahan baku dan ongkos produksi lebih mahal dari harga penjualan.

Ketua BUMDes Ngingas Makmur Abadi, Zainudin Arifin, mengatakan hal yang sama. Menurutnya salah satu kendala utama pengrajin logam di Ngingas adalah bahan baku yang murah. Menurutnya kalau tidak mendapatkan bahan baku dengan harga lebih murah, maka biaya produksi bisa lebih tinggi daripada harga jual di pasaran.

Sentra industri kecil dan menengah (IKM) logam di Desa Ngingas

Untuk mengantisipasi kondisi ini, Zainudin mengatakan, banyak IKM yang memanfaatkan tong-tong yang didapatkan dengan harga miring, kemudian dibedah dan diolah sehingga menjadi plat menggunakan mesin press yang hasilnya persis 100% sama dengan plat yang dibeli di toko-toko bangunan.

"Dengan cara seperti ini, kami masih bisa bersaing dengan produk China yang harganya murah," tuturnya.

Hal yang sama juga dikatakan Samsul Anam, pelaku IKM Ngingas. Pemilik Aji Batara Perkasa Mandiri ini mengatakan harga bahan baku dalam negeri lebih mahal dibandingkan dengan di China. "Selisihnya itu ada 30%, saya pernah survei ke China," ujarnya.

Baca Juga: Abdul Halim, Mantan Demonstran dan Eks Nakhoda Sukses Jadikan Sekapuk Desa Miliarder

Samsul mengambil contoh harga rata-rata bahan baku di China jika dirupiahkan sekitar Rp 6.000 per kilogram (kg). Sementara di Indonesia mencapai sekitar Rp 9.500 per kg. Karena itu, harga produk jadi China yang sampai di Indonesia setara dengan harga bahan baku di Tanah Air. Ini menyulitkan mereka untuk bersaing dengan produk China.

Karena itu, Samsul mendorong pemerintah untuk memudahkan persyaratan impor bahan baku logam, terutama bagi IKM agar mendapatkan bahan baku yang lebih murah. Ia menambahkan saat ini terkesan bahan baku dimonopoli pemain besar dan pemodal.

Aji Batara Perkasa Mandiri merupakan salah satu IKM terbesar di Ngingas dengan jumlah karyawan sekitar 80 orang. Aji Batara memproduksi antara lain aksesoris dan spare part motor, jasa cutting plasma yang dapat menghasilkan pagar laser cutting, sekat raungan, kanopi dan lain sebagainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Tag

Berita Terkait

Jelajah Ekonomi Desa Kontan
Didukung oleh:
BRI
OJK
Barito Pacifik
Bukopin
PLN
BNI
Rukun Raharja
BSI
Cimb Niaga
Telkom
Telkom
XL Axiata
Mandiri
logo astragraphia
logo modalku
tokio marine