Beras Organik, Sehat dan Bebas Pestisida

Beras Organik, Sehat dan Bebas Pestisida
Ilustrasi. Beras khusus seperti beras merah, beras hitam yang di tanam di lahan subur yang ramah lingkungan (2025/05/25). KONTAN/Muradi Selasa, 24 Juni 2025 | 17:18 WIB

Reporter: Dadan M. Ramdan

Editor: Dadan M. Ramdan

KONTAN.CO.ID - Tumpukan karung pupuk di pinggir sawah siap untuk ditabur. Tampak cokelat pekat warna dari pupuk hasil fermentasi dari kotoran hewan (kohe) seperti kambing atau sapi yang umumnya dikenal sebagai pupuk kompos.

Hari menjelang sore, Harminto (32), petani organik dari Desa Somoroto, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, bersiap turun ke petakan sawah yang sudah dibajak. Selain pupuk kompos, beberapa botol pupuk cair organik (POC) siap dituangkan. Tujuannya adalah menambah kesuburan tanah sekaligus mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang padi.

"Saya bertani padi organik dan non-organik juga. Awalnya, tanam padi organik sekitar tahun 2023 lalu di lahan seluas seperempat haktere. Saat ini akan tanam padi organik di lahan seluas 2 ha. Perlakuan untuk tanaman organik harus pakai pupuk kompos dan POC," jelas dia kepada Tim Jelajah Ekonomi Pangan KONTAN, pada akhir Mei 2025.

Menurut Harminto, di lahan tanam tidak boleh menggunakan pupuk kimia dan pestisida atau racun hama, namun semuanya harus organik. "Kalau pupuk kimia atau pestisida dimasukkan, ya enggak jadi organik," tandas dia.

Dari pengalaman Harminto, untuk mengolah lahan seluas 1 hektare secara organik membutuhkan sedikitnya 10 ton pupuk organik padat atau kompos yang telah difermentasi dan 25 liter POC. Aplikasi pupuk organik ini dilakukan sebelum tanam benih atau pada saat olah lahan.
Setelah pupuk masuk lahan, kemudian lahan dikeringkan dari genangan air agar tidak muncul hama seperti keong atau siput yang bisa merusak benih padi di awal tanam. "Untuk aplikasi POC, minimal 10 kali dalam satu kali musim tanam," jelasnya.

Sejatinya, dalam aplikasi pupuk oranik membutuhkan ekstra waktu karena harus di lakukan berulang agar hasilnya optimal. Berbeda dengan penggunaan pupuk kimia dan festisida yang hanya sekali atau dua kali karena kandungan bahan kimianya yang tinggi. Sehingga, jika penggunaan berlebih akan menyebakan dampak negatif yang berbahaya. "Kalau pakai pupuk organik dipastikan aman, semakin banyak pakai pupuk organik bagus untuk tanaman juga lahan. Bisa dibilang ramah lingkungan," terang dia.

Adapun jenis padi yang ditaman secara organik ini antara lain beras merah, beras hitam, beras mentik wangi dan beras mentik susu. Di bandungkan jenis beras pada umumnya, beras organik ini punya kelebihan.
"Tentunya lebih sehat karena bebas bahan kimia. Dari aroma juga lebih wangi juga pulen. Makanya beras organik lebih mahal harganya dari beras biasa," ungkap Harminto.

Untuk kisaran harga beras organik atau beras khusus ini rata-rata di pasaran Rp 19.000-Rp 25.000 per kilogram (kg). Beras organik ini banyak mengisi rak dan etalase sejumlah swalayan dan minimarket juga banyak dijual secara daring. Pasalnya, konsumen beras khusus ini memang kalangan tertentu.
Mengenai produktivitas padi organik, Harminto menjelaskan dalam satu hekataran bisa mencapai panen sebanyak 6-7 ton. Artinya, masih dibawah produktivitas hasil panen padi yang ditanam non-organik.

"Dapat hasil 6 ton dalam sehektare itu juga sudah hasil bagus karena taman secara organik tidak mudah. Makanya tidak begitu banyak petani yang tanam padi secara organik," ujarnya.

Untuk pemasaran, Harminto berujar, dirinya tidak memasrkan senderi karena hasil panen langsung ditarik ke penggilingan padi yang sudah bermitra. Selanjutnya, pihak penggilingan yang mengolah, mendistribusikan dan memasarkannya. "Saya hanya tanam saja sampai panen, sistem bagi hasil," akunya.

Ke depan, Harminto berharap bisa memperluas area tanam padi organik. Hanya saja, tantangan dalam padi organik atau padi khusus ini adalah di pemasaran. "Petani cukup kesulitan memasarkan sendiri karena dari sisi harga kan lebih mahal, makanya perlu kemitraan seperti dengan perusahaan penggilingan padi," imbuhnya.

Kabupaten Ponorogo terus mengembangkan pertanian organik sebagai masa depan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Selain bebas pestisida dan bahan kimia, padi organik diklaim punya nilai jual lebih tinggi. Tak main-main, tahun ini Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Dipertahankan) Kabupaten Ponorogo menyiapkan lahan seluas 3.000 hektare.

Adapun konsep pertanian organik dijalankan secara swakelola melalui pemberdayaan 120 kelompok tani di tingkat kecamatan. Masing-masing kelompok ditargetkan menggarap sekitar 25 hektare sawah. Dana tersebut digunakan untuk pengadaan alat pertanian, bibit unggul, pelatihan pengolahan lahan, hingga pendampingan intensif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Jelajah Ekonomi Pangan
Beras Organik, Sehat dan Bebas Pestisida
Selasa, 24 Juni 2025 | 17:18 WIB
Tantangan Menjaga Swasembada Beras
Selasa, 24 Juni 2025 | 17:01 WIB
Didukung oleh:
Barito Pacifik
Bank BRI
PLN
Bank Mandiri
Bank Mayapada
GWM