Infrastruktur Kesehatan Indonesia dari Kacamata Pengelola Rumah Sakit Swasta

Infrastruktur Kesehatan Indonesia dari Kacamata Pengelola Rumah Sakit Swasta
Ilustrasi. Pengelola rumah sakit (RS) swasta melihat pemerataan layanan kesehatan masih menjadi tantangan bagi infrastruktur kesehatan di Indonesia. Senin, 16 September 2024 | 16:06 WIB

Reporter: Akmalal Hamdhi

Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pengelola rumah sakit (RS) swasta melihat pemerataan layanan kesehatan masih menjadi tantangan bagi infrastruktur kesehatan di Indonesia. Perlu adanya kerja sama antar pihak supaya fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di Indonesia bisa mencukupi kebutuhan masyarakat hingga pelosok negeri.

Direktur Utama PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) Hasmoro menilai, kondisi infrastuktur kesehatan di Indonesia perkembangannya cukup baik. Ini salah satunya berkat dukungan dari rumah sakit swasta yang semakin banyak hadir di berbagai wilayah Indonesia.

HEAL pun masih sangat terbuka terhadap peluang pembukaan rumah sakit baru di daerah tertentu. Namun, tetap harus didukung oleh seluruh stakeholder akan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya dokter spesialis dan tenaga kesehatan (nakes) lainnya, serta kemudahan dalam pembangunan dan perizinan rumah sakit.

Hasmoro berujar, jumlah dokter spesialis dan tenaga kesehatan yang belum merata menunjukkan bahwa infrastruktur kesehatan di Indonesia masih penuh tantangan, khususnya di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Di samping itu, kebutuhan rumah sakit dan juga fasilitas penunjang layanan kesehatan lainnya belum sebanding dengan besarnya jumlah warga Indonesia.

“Dukungan dalam penyediaan obat-obatan dan logistik juga diharapkan dipermudah khususnya di daerah tertentu, sehingga pembiayaan tidak menjadi tinggi,” kata Hasmoro kepada Kontan.co.id, belum lama ini.

Baca Juga: Inilah Transformasi Sistem Kesehatan Di Era Jokowi Untuk Layanan Kesehatan Masyarakat

Direktur dan CEO PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY) Leona A Karnali memandang, perkembangan infrastruktur kesehatan terutama ketersediaan rumah sakit di Indonesia telah berkembang pesat. Walau tak dipungkiri, infrastruktur kesehatan masih belum merata ke seluruh daerah tanah air.

“Memang betul pelayanan rumah sakit masih belum merata, tetapi sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya,” ungkap Leona saat dihubungi Kontan.co.id.

Leona mencermati, perkembangan infrastruktur kesehatan di Indonesia dalam 10 tahun terakhir ini, tidak terlepas dari adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program yang dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tersebut telah membuka akses pelayanan kesehatan ke masyarakat secara luas.

Sementara itu, masalah kurangnya dokter spesialis perlahan mulai diatasi dalam 1-2 tahun terakhir. PRAY sebagai pengelola Primaya Hospital melihat bahwa nakes di Indonesia bakal lebih merata seiring kebijakan baru turunan omnibus law terutama mengenai Surat izin praktik (SIP) dan surat tanda registrasi (STR).

Ke depannya, tenaga kesehatan di Indonesia juga akan tersebar ke pelosok nusantara berkat adanya pendidikan dokter dari university based menjadi hospital based. Seperti diketahui, pemerintah pada Mei 2024 lalu memperkenalkan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Berbasis Rumah Sakit Pendidikan Penyelenggara Utama (RSP-PU) alias Hospital Based.

‘’Nakes terutama dokter spesialis memang menjadi tantangan terutama di daerah yang tidak memiliki fakultas kedokteran atau bukan penghasil dokter spesialis,’’ imbuh Leona.

Namun demikian, dalam waktu 1-2 tahun ke depan, PRAY masih ingin fokus memaksimalkan kehadiran di kota Jakarta yakni Jakarta Pusat, Jakarta Utara, dan Jakarta Selatan. Adapun PRAY berawal dari rumah sakit Primaya yang berlokasi di Jakarta, Tangerang dan Bekasi, serta mulai hadir di luar Jakarta seperti Makassar dan Sulawesi.

Leona menuturkan, ongkos logistik masih jadi hambatan bagi pengelola rumah sakit khususnya pihak swasta untuk ekspansi ke daerah yang jauh dari kota besar. Biaya pengangkutan akan semakin mahal dan perlu persediaan (inventory) dengan perputaran yang lebih panjang karena waktu pengiriman yang bakal lebih lama.

PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME) turut melihat bahwa pemerataan fasilitas layanan kesehatan dan tenaga medis memang tetap menjadi tantangan besar infrastruktur Kesehatan yang terus diupayakan sampai saat ini.

Sekretaris Perusahaan SAME, Rahmiyati Yahya menyebutkan, pemerataan infrastruktur kesehatan memang tidak mudah karena mengingat terdapat setidaknya 279 juta penduduk Indonesia yang belum sepadan dengan jumlah tenaga medis dan fasilitas kesehatan yang ada saat ini. Sehingga, penyebaran layanan kesehatan di Indonesia tetap harus dipantau dan ditingkatkan.

Sebagaimana dicatat oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), data terkini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 3.133 rumah sakit dan 10.292 puskesmas. Dari jumlah tersebut, rumah sakit lebih banyak terkonsentrasi di pulau Jawa dan masih sedikit di daerah lainnya seperti Maluku dan Kalimantan.

Terlepas dari ketersediaan layanan Kesehatan yang belum memadai, SAME menilai infrastruktur kesehatan di Indonesia telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah telah berupaya untuk membangun dan memperbaiki fasilitas puskesmas, posyandu, dan rumah sakit di daerah-daerah tertentu.

Baca Juga: Infrastruktur Kesehatan Dipacu, Agar Tak Tumbang Jika Ada Pandemi Baru

Jika dibandingkan tahun 2014, infrastruktur kesehatan di Indonesia telah berkembang signifikan. Kemenkes mencatat jumlah rumah sakit di Indonesia berjumlah 2.406 unit yang terdiri dari 1.855 unit RS umum dan 551 unit RS khusus. Sedangkan, jumlah puskesmas di Indonesia tahun 2014 sebanyak 9.731 unit.

Selain itu, lanjut Rahmiyati, pemerintah juga mereformasi regulasi untuk memperbaiki standar pelayanan kesehatan di Indonesia. Melalui BPJS, rumah sakit di seluruh Indonesia telah meningkatkan kualitas program jaminan kesehatan, sehingga dapat diakses dengan lebih mudah oleh masyarakat.

“Secara khusus berdasarkan UU Cipta Kerja, UU Kesehatan, dan peraturan pelaksananya, pemerintah juga telah menerapkan ketentuan baru yang wajib dipenuhi pelaku kegiatan usaha rumah sakit, tenaga kesehatan, dan pihak-pihak terkait dalam industri kesehatan,” ujar Rahmiyati kepada Kontan.co.id.

Rahmiyati menyebutkan, SAME pada prinsipnya membuka peluang untuk bersinergi dengan rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki potensi untuk menambah jangkauan usaha bagi SAME. Namun, SAME saat ini masih fokus pada peningkatan layanan rumah sakit di bawah nama EMC Healthcare.

Emiten grup Emtek ini berupaya meningkatkan standar dan kualitas pelayanan dengan bertransformasi menjadi rumah sakit digital, melalui sistem informasi yang terintegrasi. Serta dengan memperoleh akreditasi rumah sakit yang diakui secara nasional (KARS) dan internasional (Joint Commission International).

“Konsentrasi SAME saat ini fokus pada peningkatan kualitas pelayanan, pengembangan sarana/prasarana, dan penguatan sinergi di unit-unit rumah sakit yang bernaung di bawah nama EMC Healthcare,” tutur Rahmiyati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan
Didukung oleh:
Barito Renewble
Pertamina
PLN
KB Bank
Mayapada
BNI
Rukun Raharja
Kementerian PUPR
Bank Syariah Indonesia
Bank BRI
Bank Mandiri
J Trust Bank
Official Airlines:
Barito Renewble