Jalan Panjang dan Terjal Bauran Energi Terbarukan

Jalan Panjang dan Terjal Bauran Energi Terbarukan
Ilustrasi. PLTS Terapung Cirata: Suasana PLTS Terapung Cirata , JAwa Barat, Kamis (25/7/2024). PLTS seluas 200 hektare ini mampu memproduksi energi hijau berkapasitas 192 Megawatt peak (MWp) untuk menyuplai listrik bagi 50 ribu rumah dan mampu mengurangi emisi karbon sebesar 214 ribu ton per tahun. KONTAN/Baihaki/25/7/2024 Jumat, 02 Agustus 2024 | 16:40 WIB

Reporter: Anna Suci Perwitasari, Pulina Nityakanti

Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - PURWAKARTA. Ada yang beda dengan Waduk Cirata saat ini. Waduk seluas 6.200 hektare di Purwakarta tersebut sekarang tak hanya menyuguhi pemandangan keramba milik nelayan sekitar waduk. Tetapi kini terhampar luas pula panel surya milik PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi (PMSE).

Ya, di Waduk Cirata sekarang sudah beroperasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata. Diresmikan pada 9 November 2023, PLTS Cirata ini menjadi PLTS terbesar di Asia Tenggara dan nomor tiga di dunia. PLTS ini memiliki kapasitas 192 megawatt peak (MWp) dengan produksi keluaran sebesar 145 MW.

Menyandang kata terapung, PLTS ini memang dibangun di atas permukaan Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Pembangunan dan pengembangan PLTS Cirata dilakukan oleh subholding PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), PLN Nusantara Power (PLN NP).

PLN NP berkerja sama dengan Masdar, perusahaan energi asal Uni Emirat Arab (UEA), dalam pembangunan dan pengembangan pembangkit listrik energi hijau ini. Komposisi kepemilikannya yaitu 51% saham dipegang PLN NP dan 49% dipegang Masdar.

Baca Juga: Punya Daya Tarik, Bisnis Energi Hijau Dilirik

Presiden Direktur PMSE Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung Cirata Dimas Kaharudin mengatakan,  pembangkit listrik ramah lingkungan ini bisa menghasilkan 250 gigawatt per hour (GWh) hingga 300 GWh energi listrik selama 1 tahun. Cukup untuk menyuplai kebutuhan listrik hijau 50.000 rumah tangga.

“Ini setara dengan kurang lebih penghematan emisi karbon sebesar 214.000 ton karbon dioksida per tahun,” kata Dimas saat ditemui Tim Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan KONTAN pada 23 Juli 2024 lalu.

PLTS Cirata sepertinya menjadi batu loncatan bagi komitmen pemerintah terhadap transisi pemanfaatan energi fosil ke energi terbarukan (EBT).

Sektor kelistrikan memang menjadi salah satu fokus kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahkan, di awal masa kepemimpinannya, Jokowi mencanangkan program peningkatan kapasitas pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW).

Namun, target tersebut hingga saat ini pun belum tercapai. Sejumlah kendala menjadi batu sandungan bagi rencana tersebut.

Di periode selanjutnya, pemerintah pun mulai melirik energi terbarukan untuk sektor kelistrikan ini. Hal ini dilakukan guna mewujudkan target net zero emission pada tahun 2060.

Untuk mewujudkan rencana tersebut dalam jangka pendek, pemerintah juga memiliki target bauran untuk EBT sebesar 23% di tahun 2025 mendatang.

Namun, jika dilihat dengan kondisi saat ini, target bauran tersebut pun nampaknya sulit tercapai. Mengingat, hingga saat ini, bauran EBT baru ada di kisaran 13%.

Karena itu, pemerintah berniat merevisi target bauran EBT menjadi di kisaran 17%-19% di tahun 2025. Revisi itu bakal berada dalam revisi Kebijakan Energi Nasional (KEN).

Langkah pemerintah menggenjot bauran EBT cukup sulit karena realisasi investasi di sektor EBT di tahun 2024 berpotensi meleset dari target. Lantaran, realisasi investasi EBT di semester I-2024 hanya 21,7% dari target.

"Realisasi investasi hingga Juni mencapai US$ 565 juta," kata Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi kepada KONTAN.

Padahal, Kementerian ESDM membidik target investasi sektor EBT tahun ini bisa mencapai US$ 2,6 miliar.
Strategu PLN

Walau begitu, langkah pemerintah, melalui PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mengakselerasikan pengembangan EBT terus berjalan. Sebagai bentuk nyata, PLN juga sudah menyelesaikan 28 pembangkit listrik EBT baru di tahun lalu.

Baca Juga: Menilik 8 Bulan PLTS Terapung Cirata Beroperasi di Tengah Upaya Transisi Energi Hijau

Salah satu yang paling fenomenal adalah PLTS Terapung Cirata. Dimas Kaharudin mengatakan, PLTS Cirata masih memiliki potensi untuk berkembang.

Mengingat, saat ini wilayah yang digunakan PLTS Terapung Cirata baru 4% dari total luasan Waduk Cirata. Setidaknya, PLTS Cirata bisa menggunakan 20% dari luasan Waduk Cirata yang saat ini mencapai 6.200 hektare.

Selain PLTS Terapung Cirata, PLN juga sudah meresmikan 27 pembangkit EBT lainnya dengan total kapasitas 344 MW.  PLN pun mengaku akan terus menggali potensi sumber daya alam untuk dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, dan berupaya untuk bisa beralih dari energi berbasis fosil ke sumber energi domestik demi memperkuat ketahanan energi

PLN juga telah memiliki skenario pengembangan EBT secara agresif melalui Accelerated Renewable Energy Development (ARED). Skenario ini untuk mengakomodasi penambahan kapasitas pembangkit 75% berbasis EBT dan 25% berbasis gas hingga 2040.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan
Didukung oleh:
Barito Renewble
Pertamina
PLN
KB Bank
Mayapada
BNI
Rukun Raharja
Kementerian PUPR
Bank Syariah Indonesia
Bank BRI
Bank Mandiri
J Trust Bank
Official Airlines:
Barito Renewble