KONTAN.CO.ID - PALEMBANG. Bisnis beras PT Belitang Panen Raya (BPR) bakal makin besar tahun depan. Produsen Beras Raja baru mulai membangun pabrik anyar di Jawa Timur, pekan lalu.
Kalau tidak ada aral melintang, pemasangan mesin di pabrik anyar direncanakan berlangsung pada akhir 2025. “Mungkin di tahun depan pabrik sudah bisa beroperasi,” ujar Kevin saat ditemui KONTAN di pabrik BPR 2, Palembang, Selasa (17/6).
Dengan kehadiran pabrik baru, total kapasitas produksi pabrik beras BPR bisa tembus 800 ton beras per hari. Sebelumnya, BPR telah memiliki 3 pabrik beras yang tersebar di 3 lokasi.
Yang paling besar berlokasi di Kecamatan Kertapati, Kota Palembang, Sumatra Selatan. Kapasitas produksinya mencapai 300-400 ton beras per hari.
Pabrik lainnya yang juga berkapasitas besar berlokasi di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), dengan kapasitas produksinya yang sebesar 300 ton per hari. Pabrik ini juga sekaligus menjadi hub BPR dalam memasok bahan baku berupa beras setengah jadi ke pabrik-pabrik beras BPR lainnya.
Selain 2 pabrik tadi, BPR juga memiliki pabrik beras di Karawang dengan kapasitas produksi 80 ton beras per hari. Sementara itu, pabrik anyar di Jawa Timur direncanakan memiliki kapasitas produksi mulai dari 100 ton per hari.
Kebanyakan dari hasil produksi pabrik-pabrik dipasarkan ke pasar modern alias modern trade, termasuk di antaranya minimarket, restoran, dan hotel. Sekitar 30% lainnya dipasarkan ke penjual tradisional/general trade.
Dalam hitung-hitungan sementara BPR, kebutuhan investasi untuk membangun pabrik Jawa Timur bakal menelan investasi setidaknya Rp 100 miliar. Sebagian pendanaannya bakal juga memanfaatkan pinjaman perbankan.
Bukan tanpa alasan BPR menggelar ekspansi ke Jawa Timur. Kevin bilang, profitabilitas bisnis beras bergantung pada 2 faktor utama: volume penjualan serta ongkos distribusi. Kedua hal tersebut menjadi aspek yang penting, sebab bisnis beras memiliki margin laba bersih yang tidak terlalu besar, bisa di bawah 10%.
Dalam hal ini, ekspansi pabrik ke Jawa Timur diyakini BPR mampu menjawab 2 permasalahan itu. Pertama dengan cara mendongkrak volume penjualan dengan adanya kapasitas tambahan, kedua dengan memangkas jalur distribusi untuk pengiriman ke daerah timur Indonesia.
“Jadi saya mau kirim ke daerah timur, ongkos distribusi tidak terlalu tinggi. Itu yang saya kejar. Jadi saya tidak perlu kirim dari Sumatra Selatan, kirim ke Pulau, ke Lombok, ke Bali. Kan terlalu jauh ongkosnya,” terang Kevin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News