KONTAN.CO.ID - Di sebuah bangunan pabrik, seorang perempuan paruh baya sedang menimbang dan mengemas beras dalam plastik khusus berlabel "Cemoro" berukuran 1 kilogram. Di kemasan plastik berkelir hijau toska itu tertulis: "Beras Asli Ngawi," jenis mentik susu, yang merupakan varietas beras premium.
Di sudut lain, perempuan bertubuh gemuk sibuk mencetak resi pengiriman pemesanan online dengan printer mini yang terhubung ke sebuah laptop. Derit bunyi mesin printer pun terdengar seiring gulungan kertas resi yang sudah tercetak. Aktivitas dua perempuan ini sama sekali tak terganggu dengan bisingnya suara mesin penggilingan gabah di sebelah ruang pengemasan. Empat orang pria memasukkan berkarung-karung gabah ke mesin penggilingan tersebut.
Begitulah sepintas aktivitas di pabrik pengolahan padi milik Koperasi Cemoro di Dusun Brejing, RT 03/RW 05 Desa Cepoko, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, saat Tim Jelajah Ekonomi Pangan KONTAN menyambangi fasilitas pabrik tersebut pada akhir Mei 2025.
Meski bangunan pabrik ini tidak terlalu luas, toh peralatan pengolahan padi milik Koperasi Cemoro terbilang lengkap dan canggih. Ada dua unit mesin penggilingan padi yang terhubung ke mesin pengemasan beras otomastis berbagai ukuran. Pabrik ini juga dilengkapi dengan mesin pengering gabah berbahan bakar palet kayu berkapasitas 5 ton. Alhasil, pengemasan beras menjadi lebih cepat, efisien, dan higienis.
Bukan hanya beras khusus yang diproduksi seperti beras hitam, beras merah, mentik susu, mentik wangi dan beras ketan, Koperasi Cemoro juga mengembangkan produk hilir antara lain nasi uduk siap masak dalam kemasan, sambal cabai merah, hingga nasi singkong. Produk-produk hasil hilirisasi ini lebih banyak dipasarkan di kanal penjualan online dan mengisi rak-rak di sejumlah pasar modern.
Usut punya usut, kemajuan yang diraih Koperasi Cemoro tidak terlepas dari kiprah sang ketua, Listiorini. Perempuan berhijab ini adalah salah satu petani milenial kebanggaan Kabupaten Ngawi. Sejumlah prestasi Koperasi Cemoro berhasil diukir oleh Rini, begitu dia karib disapa. Prestasi itu terpampang dari sejumlah piagam perhargaan di dinding kantor koperasi yang merangkap fasilitas produksi.
Ya, menjadi koperasi produsen yang tangguh, kreatif, inovatif dan berwawasan lingkungan merupakan visi dari Koperasi Cepoko Mulyo Raharjo atau dikenal Koperasi Cemoro. Nah, visi ini mampu menggugah semangat petani bergabung untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. "Saya terlahir di keluarga petani. Bapak ibu petani, nenek moyang juga petani, bukan pelaut, ya. Saya dari kecil memang sudah bertani sampai SMA bersama orangtua. Setelah SMA, saya ke Surabaya meneruskan pendidikan," tutur Rini, mengawali obrolan.
Sepulang dari Surabaya, peraih Juara I Petani Berprestasi Kabupaten Ngawi Tahun 2023 ini kembali beraktivitas bertani di kampung halamannya. "After Covid-19, saya pulang ke desa. Lalu, ikut kegiatan-kegiatan pertanian. Di kelompok tani itu kan sering ada pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan dinas pertanian," ungkap perempuan kelahiran Ngawi, 11 Maret 1987 ini.
Dari kegiatan-kegiatan bersama anggota kelompok tani, Rini akhirnya berinisiatif mendirikan Koperasi Cemoro, pada tahun 2019 silam. Sebelum berbadan hukum koperasi, aktivitas diwadahi dengan Kelompok Tani Manunggal. "Bangunan (pabrik) ini awalnya milik kelompok tani, sekarang dikelola Koperasi Cemoro," ucap Rini, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Wanita Tani HKTI Kabupaten Ngawi ini.
Menurut dia, mayoritas warga desa adalah petani padi dan cabai. Total pengelolaan lahan padi mencapai 84 hektare (ha) dan lahan cabai seluas 40 ha. Pada awalnya, kelompok tani menanam bawang merah, tapi tidak berkembang bagus karena kondisi tanah yang kurang cocok. Lalu, bergeser ke budi daya cabai. Tapi, tantangan budi daya cabai kerap perang harga dengan tengkulak pada saat panen raya.
"Untuk mengantisipasi permainan harga tengkulak, akhirnya kami sepakat bikin koperasi. Produk awal cabai dan olahannya. Cabai kita produksi waktu itu per musim sampai 15 ton, karena di sini kan sentra cabai," terang Rini.
Kemitraan
Seiring berjalannya waktu, koperasi semakin berkembang dan mitra pun bertambah. Terlebih, setelah mendapat bantuan upgrading mesin pengolahan padi dan beras. Menurut Rini, di awal berdiri, koperasi tidak mengolah gabah karena memang mesinnya masih kurang. Mesin yang ada pun perlu upgrade dengan beberapa mesin lainnya. Untuk itu, Koperasi Cemoro meneken kerja sama kemitraan dengan Wilmar Padi. Artinya, gabah dari petani kita lempar ke Wilmar Padi karena belum bisa mengolah sendiri.
"Jadi, di wilayah Ngawi Barat, kami beli gabah ke petani. Sampai saat ini sudah 300 orang petani pada lima kecamatan di Ngawi Barat yang bermitra dengan koperasi. Dulu buangnya mentah, gabah aja," papar Rini.
Kini, Koperasi Cemoro mampu mengolah gabah sendiri sampai produk hilirnya. "Ini kebetulan juga Bank Indonesia Daerah Perwakilan Kediri ke sini. Kita ngobrol, diobservasi dan seterusnya. Akhirnya, dapat fasilitas upgrade mesin pengolahan padi yang realisasinya tahun 2024," tutur Rini. Peningkatan kapasitas pabrik mencakup mesin penggilingan, poles, grading dan mesin pengemasan beras. Sebelum upgrade, mesin kapasitas produksi tidak sampai 1 ton per hari. "Saat ini kapasitas produksi bisa sampai 2,5-3 ton per hari," ujar dia.
Selain bantuan mesin pengolahan gabah dari Bank Indonesia, Koperasi Cemoro difasilitasi mesin pengering padi dari Dinas Pertanian Ngawi. "Jadi model kolaborasinya, antara petani milenial dan kelompok tani. Modelnya bayar tunai untuk pembelian gabah dari petani, lalu proses pengolahan untuk mendapatkan nilai tambah," jelas Rini. Sejatinya, keberhasilan Koperasi Cemoro mengembangkan bisnis dari hulu ke hilir padi tidak terlepas dari strategi yang dijalankan, yakni mengubah sistem bete menjadi besti. "Bete maksudnya beli tebas dan besti adalah beli sistem timbangan," sebut Rini.
Faktnya, sistem tebas juga menjadi persoalan petani di desa pada umumnya. Harga jual hasil panen hanya mengikuti penebas yang menghitung berdasarkan angka taksiran. Dari persoalan tersebut, Rini pun menyadari bahwa Koperasi Cemoro harus mengambil peran penting dalam memperjuangkan hak para petani untuk mendapatkan kepastian harga yang adil dan layak.
Koperasi Cemoro terus mengedukasi petani. Harapannya, petani tidak hanya berhenti sampai gabah di sawah dijual ke tengkulak. Namun bisa menghitung produktivitas pertanian secara akurat dan melakukan analisis usaha tani sebagai bahan evaluasi musim berikutnya. Lewat pendekatan besti, petani mendapatkan transparansi jual-beli gabah. Lebih dari itu, petani punya pilihan menjual ke pihak mana hasil panen dengan harga sesuai kesepakatan. Secara bertahap, pemasaran beras semakin meluas.
Alhasil, petani makin mandiri, kuat di hulu dan maju di hilir. Berkat terobosan bete jadi besti, Rini menyabet Juara Kedua Duta Petani Andalan Jawa Timur 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Terkait
Jelajah Ekonomi Pangan