Seni Tak Pernah Mati di Desa Peliatan

Seni Tak Pernah Mati di Desa Peliatan
Ilustrasi. Jumat, 23 Juni 2023 | 08:45 WIB

Reporter: Narita Indrastiti, Vina Elvira

Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - Belasan turis Eropa terlihat terpukau menyaksikan Tari Kecak di pelataran Puri Agung Peliatan, di Desa Peliatan, Gianyar, Bali. Pertunjukan seni tari merupakan salah satu keunggulan khas yang dimiliki Desa Peliatan. Beragam tarian terkenal Bali juga dibuat di desa ini, seperti tari Legong Peliatan.

Kesenian Bali di Desa Peliatan masih lestari hingga kini karena selalu melibatkan generasi muda. Sejumlah sanggar tari pun banyak ditemui di Desa Peliatan. “Anak-anak di sini sudah belajar menari sejak kecil,” ujar Komang, salah satu pelatih tari di Banjar Teges Kanginan, Desa Peliatan.

Karena itu, Desa Peliatan juga memiliki sarana dan prasarana pendukung, seperti museum, galeri dan tempat pementasan seni. Perbekel Desa Peliatan Made Dwi Sutaryantha mengatakan, seni dan budaya menjadi ikon desa yang mendatangkan minat wisatawan.

Dwi mengatakan, sejak dahulu, penghasilan Desa Peliatan berasal dari kesenian. Meski, memang kini sudah mulai bergeser. "Sekarang sudah mengalami transisi. Dulu penghasilan kami adalah dari seni, baik seni tari dan tabuh. Banyak yang ke luar negeri membawa misi seni," ujar Dwi.

Baca Juga: Geliat Seni Patung di Desa Pematung

Kini, mayoritas warga Desa Peliatan bekerja di bidang pariwisata. Meskipun begitu, sebagian besar dari mereka tetap menjadi seniman tari atau lukis.

Pesanan kembali ramai

Tak cuma seni tari, Desa Peliatan juga terkenal sebagai desa pematung, baik patung beton maupun patung kayu. Dalam bidang seni pahat atau ukir, Peliatan memiliki seniman terkenal I Wayan Ayun dan Pande Wayan Neka. Tokoh dan perintis seni peliatan ini telah mendapat anugerah tanda jasa dalam bidang seni budaya seperti Penghargaan Wijaya Kesuma dan Dharma Kesuma.

Memang, saat ini jumlah pengrajin patung di desa ini sudah tidak sebanyak di tempo dulu. Kendati begitu, masih ada sejumlah warga yang tetap menggantungkan hidupnya dari hasil kerajinan patung tersebut. Salah satu warga Peliatan yang sudah menekuni profesi ini sejak 10 tahun lalu adalah Kadek Budiarta.

Bisnis patung ini juga masih memberi cuan lumayan. Kadek mengatakan, dia banyak menerima pesanan pembuatan patung ini dari wilayah Ubud dan sekitarnya. Patung ini banyak digunakan sebagai hiasan di rumah atau villa.

Baca Juga: IKM Logam di Desa Ngingas, Menempa Rezeki dari Keahlian Pande Besi

Proses pembuatan patung beton ini tak sebentar. Rata-rata dibutuhkan waktu satu bulan untuk menyelesaikan satu patung berukuran sedang. Selama menekuni profesi, Kadek tak pernah sepi pesanan.

Pematung bisa membanderol harga jual yang tinggi, sekitar Rp 5,5 juta untuk patung ukuran sedang, yang dikerjakan selama kurang lebih satu bulan.

Pandemi Covid-19 sempat membuat pesanan patung di Desa Peliatan menurun. Namun, kini order sudah mulai ramai kembali.

Menggeliatnya pariwisata di sekitar desa juga membuat orderan patung kembali melonjak. Desa ini juga sukses memperoleh pendapatan dari pajak turis sekitar Rp 5 miliar tahun lalu.

Selain menjadi desa seni yang eksistensinya cukup diperhitungkan, Desa Peliatan juga merupakan salah satu desa berprestasi di Bali. Terbaru, desa ini ditetapkan sebagai Desa Paling Maju di Indonesia tahun 2022 oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).

Dari sepuluh desa dengan penilaian Indeks Desa Membangun (IDM) tertinggi pada tahun 2022, Desa Peliatan menempati posisi pertama, dengan perolehan nilai mencapai IDM 0,9981.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Tag

Berita Terkait

Jelajah Ekonomi Desa Kontan
Didukung oleh:
BRI
OJK
Barito Pacifik
Bukopin
PLN
BNI
Rukun Raharja
BSI
Cimb Niaga
Telkom
Telkom
XL Axiata
Mandiri
logo astragraphia
logo modalku
tokio marine