Warga Lokal Ketiban Berkah Pembangunan Kereta Api Trans Sulawesi

Warga Lokal Ketiban Berkah Pembangunan Kereta Api Trans Sulawesi
Ilustrasi. Suasana di Desa Wisata Rammang Rammang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (20/08/2024). KONTAN/Hendra Suhara Selasa, 20 Agustus 2024 | 23:37 WIB

Reporter: Dendi Siswanto

Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Keberadaan kereta api Trans Sulawesi turut membawa berkah bagi masyarakat lokal.

Sejak diresmikan pada Maret 2023 lalu, kereta api pertama di Sulawesi ini dampaknya telah dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar.

Tim Jelajah Infrastruktur Berkelanjutan KONTAN berkesempatan untuk merasakan denyut kereta api pertama di jalur lintasan Makassar-Parepare Provinsu Selatan.

Perjalanan kali ini dimulai dari Stasiun Mandai hingga Stasiun Rammang-Rammang. Tidak jauh dari Stasiun Rammang-Rammang ini terdapat salah satu objek wisata yang sudah mendunia, yakni Kampung Berua yang disebut-sebut sebagai ikon landmark utama dari Kawasan Wisata Rammang-Rammang. 

Baca Juga: Begini Capaian Proyek Infrastruktur Kereta Api dalam Satu Dasawarsa

Kampung ini menyuguhkan pemandangan dan suasana khas pedesaan yang masih begitu asri dan teduh. Rumah masyarakatnya juga masih terbilang sangat tradisional, yakni berupa panggung.

Iwan Dento, aktivis lingkungan di Kawasan Rammang-Rammang mengakui bahwa kehadiran kereta api Trans Sulawesi memang turut berdampak terhadap jumlah kunjungan wisatawan di objek wisata tersebut.

Hanya saja, Iwan tidak menghitung seberapa besar perbandingan peningkatan jumlah wisatawan yang masuk saat sebelum adanya kereta api Trans Sulawesi. Apalagi hadirnya kereta api Trans Sulawesi masih terbilang baru.

Apalagi, kata Iwan, akses dari Stasiun Rammang-Rammang untuk menuju destinasi tersebut masih membutuhkan transportasi lain, sehingga ini masih menjadi kesulitan pengunjung menuju ke tempat tersebut.

Memang, dulu Pemerintah Daerah (Pemda) sempat menyediakan kendaraan gratis uji coba yang selalu menunggu di Stasiun Rammang-Rammang. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama.

"Dulu setiap pagi dia (kendaraan gratis) standby di sana (Stasiun Rammang-Rammang). Sekarang sudah tidak ada," ujar Iwan kepada Tim Jelajah KONTAN, Selasa (20/8).

Mengingat pengunjung wisata Kawasan Rammang-Rammang kebanyakan dari mancanegara, Iwan berharap kereta api tersebut bisa terkoneksi langsung dengan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin agar memudahkan turis asing menuju destinasi unggulan tersebut.

Baca Juga: Potret Pencapaian Pembangunan Sektor Perkeretaapian dalam Satu Dekade

"Sebenarnya konektivitas yang bagus untuk kami itu adalah kereta ini terkoneksi dengan bandara. Itu yang paling enak di kami," katanya.

Apalagi kebanyakan turis asing yang berkunjung tersebut memilih untuk menginap sehingga memberikan dampak terhadap perekonomian daerah, khususnya di sekitar tempat wisata tersebut.

"Sekarang mancanegara yang masuk di kami itu di angka 35%. Sekarang rata-rata pengunjung kami yang bermalam menggunakan homestay 90% nya itu mancanegara. Akses mereka bandara masalahnya," imbuh Iwan.

Sementara itu, Anwar, warga lokal yang berprofesi mengantar wisatawan menggunakan perahu motornya juga ikut merasakan berkah dari banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kampung Berua.

Ia mengaku, penghasilan yang Ia peroleh jauh lebih baik ketimbang profesinya dulu seorang penangkap ikan. Hal tersebut lah yang menjadi alasan dirinya meninggalkan pekerjaan yang lama. Maklum, untuk mengantarkan wisatawan ke Kampung Berua dirinya menerima upah sebesar Rp 250.000 hingga Rp 300.000 per perahu.

Adapun harga sewa perahu untuk 1-4 orang dipatok Rp 200.000 per perahu. Sementara untuk perahu yang muat hingga 7 orang dikenakan biaya Rp 250.000 per perahu.

Sedangkan harga sewa perahu yang bermuatan lebih dari 10 orang dikenakan biaya sebesar Rp 300.000 per perahu. Harga ini sudah termasuk biaya untuk pergi dan pulang.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Hingga Pembenahan Wajah Baru Kereta Api di Indonesia

"Kalau dalam satu minggu bisa dua atau tiga pengantaran," kata Anwar.

Sementara, Marta, yang merupakan warga Kampung Berua sekaligus pemilik warung di kawasan wisata tersebut mengaku bahwa peningkatan jumlah wisatawan turut berdampak terhadap usahanya, khususnya pada saat hari libur tiba.

Wanita yang setiap harinya berjualan makanan dan minuman ini mengatakan bahwa lonjakan wisatawan ini terjadi ketika Kampung Berua melakukan perbaikan fasilitas dari pemerintah maupun Bank Indonesia. Dirinya berharap pemerintah setempat bisa meningkatkan dan semakin memperbaiki fasilitas sehingga bisa menarik wisatawan untuk berkunjung.

"Semoga tambah ramai pengujungnya (ke Kampung Berua) lewat perbaikan fasilitas, karena ini sudah rapuh (jembatan kayu)," kata Marta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Tag

Berita Terkait

Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan
Didukung oleh:
Barito Renewble
Pertamina
PLN
KB Bank
Mayapada
BNI
Rukun Raharja
Kementerian PUPR
Bank Syariah Indonesia
Bank BRI
Bank Mandiri
J Trust Bank
Official Airlines:
Barito Renewble