Ikhtiar Desa Gentengkulon Menyelesaikan Persoalan 10 Ton Sampah Saban Hari

Jelajah Ekonomi Desa - Kontan
Ilustrasi. Area pembuangan sampah Pasar Genteng 1 di Desa Gentengkulon, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi. Kamis, 11 Mei 2023 | 15:02 WIB

Reporter: Ratih Waseso

Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - BANYUWANGI. Sebagai salah satu desa dengan Indeks Desa Membangun (IDM) tertinggi di Indonesia pada 2022 lalu, Desa Gentengkulon masih menghadapi tantangan berupa pengelolaan samaph. 

Saban hari, desa yang berada di Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi, itu menghasilkan sampah hingga 10 ton. Maklum, terdapat dua pasar besar yang berada di Desa Gentengkulon. 

Desa Gentengkulon menjadi lokasi Pasar Genteng 1 dan Pasar Genteng 2. Selain menyuplai kebutuhan pangan untuk wilayah setempat, Pasar Genteng 1 bahkan memasok hasil pertanian ke luar Banyuwangi hingga ke Bali. Tak heran, masalah sampah menjadi tantangan yang harus Desa Gentengkulon hadapi. 

Kepala Desa Gentengkulon Supandi menceritakan, wilayahnya saban hari bisa menghasilkan sekitar 10 ton sampah. Dari jumlah tersebut, sebesar 3,5 ton berasal dari Pasar Genteng 1 sementara sebesar 3 ton dari Pasar Genteng 2. 

Kemudian, sebesar 500 kilogram berasal dari kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Maron. Selebihnya berasal dari sampah rumah tangga dan dari pelaku usaha lainnya. Berdasarkan survei yang telah dilakukan, Supandi mengatakan, setiap rumah tangga menghasilkan 4 ons sampah saban hari. 

Baca Juga: Berkah INSANAK, Ada Internet Gratis, Bantuan Beras & Sunatan Massal Di Desa Sejiram

Menurut Supandi, Desa Gentengkulon sejauh ini baru bisa mengatasi persoalan sampah sekitar 20%-30%. Sampah yang kini sudah dikelola dan diolah merupakan sampah rumah tangga. Misalnya, sampah sisa potongan kain yang diolah menjadi keset maupun kain pel. Kemudian, sampah organik dari rumah tangga yang diolah menjadi pupuk kompos. 

Karena baru 30% yang diolah, artinya masih ada sekitar tujuh ton sampah setiap harinya yang memerlukan penyelesaian. Sampah sebanyak tujuh ton saban hari itulah yang saat ini dibuang ke tempat yang sudah ditentukan oleh pemerintah daerah Banyuwangi. 

"Sementara kita baru bisa memanfaatkan kurang lebih 30% dari sisa sampah segar dari masyarakat. Kita masih bisa mengambil sampah-sampah organik, plastik maupun limbah kain dan bungkus di pengusaha. Yang belum bisa adalah sampah-sampah anorganik dan organik yang ditimbun di pasar-pasar.," kata Supandi kepada Tim Jelajah Ekonomi Desa 2023, Rabu (10/5).

Supandi memiliki rencana untuk memanfaatkan lahan aset desa sebagai tempat pengolahan sampah dari Gentengkulon. Lahan seluas 12.000 meter persegi tersebut terletak jauh dari pemukiman warga sehingga, menurutnya, tidak akan mengganggu kenyamanan masyarakat. 

Rencana tersebut kini sudah diusulkan kepada Bupati Banyuwangi. Supandi berharap, Bupati Banyuwangi bisa menyetujui rencananya untuk menyelesaikan persoalan sampah di Desa Gentengkulon.

Selain itu, Supandi berharap agar Pemerintah Daerah Banyuwangi ikut membantu fasilitas jalan menuju lokasi lahan aset desa tersebut.  Adapun untuk alat pencacah sampah, Desa Gentengkulon sudah memilikinya.

Selain sudah punya alat pencacah, Desa Gentengkulon juga sudah mengadakan pelatihan bagi tim pengolahan sampah melalui kerja sama dengan Norwegia. Tim juga sudah mengikuti pelatihan-pelatihan dengan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) agar Desa Gentengkulon memiliki tim ahli. "Jadi ketika tim ahli itu dibutuhkan sewaktu-waktu itu, kami sudah siap. Kami juga sudah punya alat pencacah sampah," imbuhnya. 

Nantinya, hasil dari pengelolaan dan pengolahan sampah akan dikembalikan kepada masyarakat. Di antaranya dalam bentuk bantuan pembayaran iuran BPJS Kesehatan bagi masyarakat tidak mampu serta pembayaran pajak masyarakat tidak mampu di Desa Gentengkulon. 

Baca Juga: Yang Muda Yang Membangun Desa, Inovasi Pemuda Ubah Desa Sejiram Jadi Berdikari

"Pada akhirnya, hasilnya kami ingin untuk menyelesaikan pembayaran BPJS bagi masyarakat tidak mampu melalui hasil dari pengelolaan sampah. Selesaikan pajak yang dikenakan kepada masyarakat tidak mampu  dari hasil pengolahan sampah," harapnya. 

Program tersebut akan dimasukkan dalam rencana pembangunan jangka menengah desa tahun depan. Sehingga program bisa diteruskan oleh siapa pun nantinya kepala desa yang akan terpilih selanjutnya. 

"Saya ingin sampah itu jadi teman dan rekanan yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat di sini," pungkas Supandi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Tag

Berita Terkait

Jelajah Ekonomi Desa Kontan
Didukung oleh:
BRI
OJK
Barito Pacifik
Bukopin
PLN
BNI
Rukun Raharja
BSI
Cimb Niaga
Telkom
Telkom
XL Axiata
Mandiri
logo astragraphia
logo modalku
tokio marine