BPKA Sulsel Targetkan 220.000 Orang Naik KA Makassar-Parepare Tahun Ini

Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan - Kontan
Ilustrasi. Para penumpang kereta api Trans Sulawesi di Stasiun Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (24/08/2024). KONTAN/Hendra Suhara Sabtu, 24 Agustus 2024 | 09:56 WIB

Reporter: Lidya Yuniartha

Editor: Lidya Yuniartha

KONTAN.CO.ID - MAKASSAR. Kereta Api Makassar-Parepare telah diresmikan sejak Maret tahun lalu. Setelah mencatatkan peningkatan penumpang sejak beroperasi, tahun ini, Balai Pengelola Kereta Api (BPKA) Sulawesi Selatan menargetkan ada 220.000 penumpang yang menaiki kereta api ini.

Sejak Januari hingga Juli 2024, jumlah penumpang sudah sekitar 164.000 orang. Artinya, ini telah mencapai sekitar 74,5% dari target tahun ini. Kepala Balai Pengelola Kereta Api (BPKA) Sulawesi Selatan, Deby Hospital mengatakan, target yang ditetapkan ini sejalan dengan pelayanan yang dihadirkan.

“Tentu sampai akhir tahun kami yakin ini akan bertambah. Karena tren tingkat keterisiannya cenderung meningkat. Karenanya, saat ini kami tetap menggalakkan, lewat kampanye atau sosialisasi dari semua aspek,” ujar Deby Tim Jelajah Infrastruktur Ekonomi Berkelanjutan KONTAN, Kamis (22/8).

Menurut Deby, angka penumpang hingga Juli 2024 tersebut pun masih dari 4 kali perjalanan, atau dari penumpang yang naik dan turun dari jalur Stasiun Mandai hingga Stasiun Garongkong. Per 1 Agustus 2024, KA Makassar-Parepare telah melakukan uji coba pengoperasian jalur KA Stasiun Garongkong-Stasiun Mangilu, dengan masing-masing memiliki satu kali perjalanan.

Baca Juga: Melongok Perkembangan Kereta Api Makassar-Parepare Usai Setahun Diresmikan

Deby menerangkan, saat ini tingkat keterisian KA Makassar-Parepare masih tergantung atas beberapa faktor, seperti akhir pekan atau hari liburan. Namun, diharapkan hingga akhir tahun rata-rata tingkat keterisian kereta api ini bisa naik hingga lebih dari 90%.

Deby tak menampik masih ada tantangan yang dihadapi dalam mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi ini. Menurutnya, culture shock merupakan salah satu tantangan, mengingat kereta api merupakan hal yang baru bagi masyarakat Sulawesi Selatan.

“Tentu tantangan pertama pada saat kereta hadir adalah apakah masyarakat sekitar bisa menerima. Mungkin bagi yang pernah naik MRT, LRT, tentu rasannya berbeda. Bayangkan masyarakat yang jangankan kereta listrik, LRT, atau MRT, kereta yang seperti ini saja belum ada. Tentu tantangannya itu adalah budaya masyarakat bertransportasi ke perkeretaapian,” jelas Deby.

Untuk itu, Deby memastikan pihaknya terus memberikan edukasi dan sosialisasi pada masyarakat terkait kereta api ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Tag

Berita Terkait

Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan
Didukung oleh:
Barito Renewble
Pertamina
PLN
KB Bank
Mayapada
BNI
Rukun Raharja
Kementerian PUPR
Bank Syariah Indonesia
Bank BRI
Bank Mandiri
J Trust Bank
Official Airlines:
Barito Renewble