Melongok Perkembangan Kereta Api Makassar-Parepare Usai Setahun Diresmikan

Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan - Kontan
Ilustrasi. Kereta Api Trans Sulawesi berangkat dari Stasiun Garongkong di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, Kamis (22/08/2024). KONTAN/Hendra Suhara Sabtu, 24 Agustus 2024 | 08:47 WIB

Reporter: Lidya Yuniartha

Editor: Lidya Yuniartha

KONTAN.CO.ID - MAKASSAR.  Proyek pembangunan kereta api terus dikembangkan hingga ke luar Pulau Jawa, salah satunya di Sulawesi Selatan. Kereta Trans Sulawesi menjadi salah satu proyek besar besar pemerintah. Kereta api ini direncanakan akan menyambungkan daerah-daerah di seluruh Pulau Sulawesi.

Proyek Kereta Api Makassar-Parepare menjadi tahap awal dari pengembangan Trans Sulawesi. Kereta api ini masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) sesuai dengan Perpres Nomor 58 tahun 2017, yang mana dibiayai dengan APBN dan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Dibutuhkan waktu pembangunan beberapa tahun sebelum proyek ini diresmikan pengoperasiannya oleh Presiden Joko Widodo pada Maret 2023. Saat diresmikan, rute yang beroperasi baru dari Stasiun Maros hingga Stasiun Garongkong. Namun seiring waktu, stasiun-stasiun yang beroperasi terus bertambah.

“Saat ini yang telah beroperasi ada 11 Stasiun. Sebelumnya kami mengoperasikan 10 stasiun, tetapi dalam rangka 17 Agustus, maka di tanggal 1 Agustus, dalam sehari kini sampai ensm kali perjalanan,” ujar Kepala Balai Pengelola Kereta Api (BPKA) Sulawesi Selatan, Deby Hospital kepada Tim Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan KONTAN, Kamis (22/8).

Menurut Deby,  hingga kini KA Makassar-Parepare sudah mengoperasikan 2 rute perjalanan. Pertama, lintas Stasiun Mandai ke Stasiun Garongkong sepanjang 83 km, dan selanjutnya lintas Stasiun Garongkong ke Stasiun Mangolu sepanjang 60 km.

Baca Juga: Genjot Penumpang, BPKA Sulsel Sosialisasikan Kereta Api Lewat Kearifan Lokal

Lintas Stasiun Mandai ke Stasiun Garongkong atau sebaliknya, masing-masing melayani dua kali perjalanan. Sementara, Stasiun Garongkong ke Stasiun Mandai atau sebaliknya, masing-masing melayani satu kali perjalanan.

Deby mengatakan, penambahan jumlah perjalanan ini sejalan dengan peningkatan antusiasme masyarakat terhadap penggunaan kereta api. “Seiring tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang lebih jasa perkeretaapian ini, kami tambah sampai Stasiun Garongkong ke Stasiun Mangilu,” tambah Deby.

Bukan hanya itu, Deby pun mengatakan hingga kini kereta api ini juga terintegrasi dengan moda transportasi lain. Misalnya, bus Angkutan Kota Dalam Provinssi (AKDP) dan Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP). “Artinya bus ini sudah sangat terintegrasi dengan stasiun-stasiun yang ada,” kata Deby.

Adapun, tingkat keterisian atau load factor Kereta Api Makassar-Parepare menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data BPKA Sulawesi Selatan, okupansi Kereta Api Makassar-Parepare pada periode Januari 2024 hingga Juli 2024 sudah mencapai 71,99% atau sebanyak 164.079 penumpang. Angka ini meningkat dari periode Juni 2023-Desember 2023 yang sebanyak 152.703 penumpang atau sebesar 65,26%.

Meski begitu, tingkat keterisian ini juga tergantung pada beberapa faktor, salah satunya hari libur, baik saat weekend atau musim liburan. “Kalau di masa libur sekolah, liburan tahun baru, liburan lebaran, okupansinya sampai 100%,” kata Deby.

Dia pun mengatakan, hingga saat ini kereta api ini dimanfaatkan berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, pekerja, mahasiswa/pelajar hingga wisatawan. Deby mengakui, banyak masyrakat yang menanfaatkan kereta api ini  untuk berwisata. Apalagi kereta api ini dekat dengan sejumlah destinasi wisata. Namun, ada juga yang memanfaatkannya sebagai opsi transportais utama untuk bekerja atau yang melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Barru, usai menggunakan transportasi udara atau laut.

“Satu hal yang sangat menarik kami temukan di sini adalah bahwa masyarakat Sulawesi Selatan ini punya pengalaman baru dalam bertransportasi. Jadi jasa pelayanan perkeretapian ini mengubah budaya mobilisasi dari masyarakat sekitar,” kata Deby.

Pembangunan kereta api Makassar-Parepare masih terus berlanjut hingga kini. Menurut Deby, pihaknya masih memiliki pekerjaan rumah yakni untuk menyelesaikan pekerjaan multi years contract sebelumnya. Misalnya pembangunan overpass Sapanang. Menurutnya, ini akan mengurangi persimpangan sebidang.

Tak hanya itu, target pembangunan kereta api lainnya saat ini mulai dari pembangunan prasarana perkeretaapian untuk mendukung pengoperasian kereta api lintas Mandai-Palanro, pembangunan jalan akses di Stasiun Mandai, Labakkang, Ma’rang, dan Tanete Rilau. Deby mengatakan, ada jalan akses yang siap tender, meski ada juga yang perlu dikaji lebih intensif. Apalagi, menurutnya, karakteristik tanah di wilayah ini berbeda. 

Baca Juga: Uji Coba Dilakukan, Warga Sudah Bisa Jajal Kereta Api dari Stasiun Mangilu

Selanjutnya, dia juga mengatakan proses pengadaan lahan ke arah Makassar New Port masih berlanjut. Di tahun mendatang, untuk pembangunan kereta api ini, pihaknya akan fokus pada pengadaan lahan ke arah Makassar New Port.

“Pembebasan lahan ke arah Makassar New Port masih berprogress. Harapan kami, setidaknya kita bisa menyelesaikan target-target di tahun ini, sehingga tahun depan targetnya bisa secara simultan kami kerjakan,” ujar Deby.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan
Didukung oleh:
Barito Renewble
Pertamina
PLN
KB Bank
Mayapada
BNI
Rukun Raharja
Kementerian PUPR
Bank Syariah Indonesia
Bank BRI
Bank Mandiri
J Trust Bank
Official Airlines:
Barito Renewble