Seiring Mentari Terbit di Pagi Hari

Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan - Kontan
Ilustrasi. Penumpang saat di dalam pesawat Citilink. KONTAN/Muradi/2024/08/13 Jumat, 23 Agustus 2024 | 13:41 WIB

Reporter: Muradi

Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Hari masih gelap gulita ketika saya siap bergegas menuju bandara udara internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, Minggu (4/8).

Malam itu, usai menyelesaikan tugas pekerjaan kantor, sekitar pukul 23.00 Waktu Indonesia Barat (WIB), saya siap berangkat menuju bandara dari kediaman di kawasan Depok, Jawa Barat. 

Bukan untuk pulang kampung, apalagi berlibur ke luar kota. Lewat program Jelajah Infrastruktur Ekonomi Berkelanjutan KONTAN, malam itu, saya dan tiga orang teman kantor lainnya harus bertugas ke Nusa Tenggara Timur (NTT).

Agendanya adalah meliput proyek-proyek infrastruktur bendungan yang ada di NTT, khususnya di Pulau Timor. Sesuai rencana, kami akan berada di NTT selama satu pekan atau hingga Minggu pagi (11/8).

Beberapa helai pakaian dan kebutuhan lain selama di NTT, telah saya packing di sebuah koper berukuran 24 inci. Transportasi online menjadi sarana saya untuk menuju bandara.

Baca Juga: Sepenggal Kisah di Wilayah Tapal Batas

Setelah pamit kepada istri dan anak, saya langsung masuk ke mobil transportasi online yang sudah menunggu di depan rumah. Perjalanan menuju bandara terbilang lancar, meskipun malam itu kawasan Jakarta diguyur hujan. Hanya butuh waktu sekitar 1 jam, saya sudah tiba di terminal tiga keberangkatan bandara Soekarno-Hatta. 

Di sana, saya sudah ditunggu teman-teman lain dari Tim Jelajah Infrastruktur Ekonomi Berkelanjutan KONTAN. Oh iya, tim kami untuk meliput proyek bendungan NTT terdiri dari empat orang.

Selain saya sebagai fotografer, ada Dikky Setiawan sebagai editor tulis, reporter Leni Wandira dan Wicaksono Daniel Prabowo, videografer tim jelajah. 

Sedianya kami akan menumpang maskapai penerbangan Citilink untuk menuju NTT. Setelah berkumpul, kami langsung masuk ke area konter bandara untuk check in di gate Citilink. Daniel mengambil inisiatif untuk melakukan registrasi tiket penerbangan kami secara online di gate Citilink, sekaligus check in bagasi. 

Setelah check in beres, kami masuk ke ruang tunggu penumpang. Berdasarkan jawdwal penerbangan, pesawat menuju bandara El Tari, Kupang, NTT akan lepas landas pukul 02.00 WIB.

Perjalanan penerbangan

Penerbangan dari Jakarta menuju Kupang membutuhkan waktu tempuh sekitar 3 jam. Karena saat itu jam baru menunjukkan pukul 01.00 WIB, kami sempat membeli minuman kopi kemasan untuk sekadar menghilangkan rasa kantuk.

Waktu yang ditunggu pun datang. Sekitar 01.45 WIB, petugas tiket Citilink mempersilakan para penumpang rute Jakarta-Kupang masuk ke dalam pesawat. 

Sebelum pesawat take off, ada selintas kekhawatiran kami atas gangguan penerbangan akibat cuaca yang sedang tidak bersahabat malam itu. Beruntung, hujan sudah reda saat pesawat akan take off.

Tepat waktu alias tidak ada delay, pesawat Citilink yang membawa kami take off menuju Kupang sekitar pukul 02.10 WIB. Karena cuaca sedang buruk, selepas take off, jalur penerbangan diwarnai turbulance atau guncangan.

Meski merasa tak nyaman, saya mencoba menghilangkan perasaan itu dengan banyak berdoa dan mencoba memejamkan mata untuk tidur. Meski hanya sebentar, saya sempat tertidur di pesawat.  

Sekitar jam empat pagi saya terbangun. Saya pun memalingkan mata ke arah jendela sisi kiri pesawat. Namun, sejauh mata memandang, saya hanya melihat kegelapan di luar jendela.

Baca Juga: Melihat Potensi Ekonomi Kabupaten Timor Tengah Selatan

Boro-boro daratan, pegunungan pun belum terlihat. Sambil menunggu pesawat landing, saya sempat membaca-baca majalah yang terdapat di kursi penumpang.  

Tak berselang lama, saya melihat cahaya sinar matahari bewarna jingga. Padahal, saat itu, waktu yang terlihat di jam tangan saya baru menunjukkan pukul 04.30 WIB. Rupanya, pesawat sudah memasuki wilayah NTT, yang menggunakan waktu Indonesia bagian tengah (WITA). 

Asal tahu saja, ada selisih waktu antara Jakarta dan NTT sekitar 1 jam. Waktu di NTT lebih cepat 1 jam dibanding Jakarta. Jadi saat itu, ketika sinar matahari mulai terlihat, waktu di wilayah NTT sudah pukul 05.30 WITA.

Dus, tidak lama lagi pesawat akan mendarat di Bandara El Tari Kupang.  Awan gelap yang menutup pandangan mata kami sepanjang penerbangan pun akan segera berakhir, seiring mentari terbit di pagi hari.

Benar saja, tak berselang lama, pramugari Citilink mengumumkan bahwa pesawat akan segera landing. Pesawat pun mendarat dengan selamat di Bandara El Tari Kupang pada pukul 06.10 WITA. 

Sang pramugari mengingatkan para penumpang untuk tetap duduk di kursi hingga pesawat benar-benar berhenti. Seorang pramugara Citilink menutup penerbangan kami dengan sebait pantun menggelitik.

"Jika mau membeli jambu, jangan lupa ditawar dahulu. Selamat jalan bapak ibu, semoga sehat selalu."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan
Didukung oleh:
Barito Renewble
Pertamina
PLN
KB Bank
Mayapada
BNI
Rukun Raharja
Kementerian PUPR
Bank Syariah Indonesia
Bank BRI
Bank Mandiri
J Trust Bank
Official Airlines:
Barito Renewble