KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain ulos, ada satu lagi kain yang patut jadi cenderamata khas Sumatera Utara terutama Batak yakni humbang shibori. Ini kain berbagai motif dengan teknik tie-dye atau ikat dan celup yang dalam bahasa Jepang bernama shibori.
Kain khas ini menjadi salah satu hasil kreasi anak muda di Rumah Kreatif yang ada di Kabupaten Humbang, Sumatra Utara. Ini adalah program tanggung jawab sosial Asuransi Sinar Mas yang membina anak muda di wilayah tersebut.
Salah satu peserta, Dia Sinta Fitri Gultom bersama dengan rekan yang lain kini sudah bisa menularkan ilmu yang diajarkan Rumah Kreatif. "Rumah Kreatif baru jalan 2018 dan awal peserta ada 20 orang," kenang Fitri saat ditemui KONTAN, awal Agustus 2019 lalu.
Untuk bisa menghasilkan kain ikat ini, ada beberapa tahapan proses. Misal, mulai dari ragam proses mengikat kait, seperti teknik penampang kayu, jelujur dan ikat karet. Setelah itu, kain dicelup kedalam pewarna dari bahan alami, lalu dijemur dan dicuci.
"Motif yang dihasilkan jadi abstrak dan yang paling favorit itu motif teknik jelujur," jelas Fitri yang menyebut motif jelujur banyak diminati pembeli.
Pengrajin lainnya, Yenni Wibowo Sitohang juga kerap memberi pelatihan ke anak muda di Humbang. Dan hasil kerajinannya kerap dipamerkan hingga ke luar negeri.
Terobosan ini hasil upaya Dumasi MM Samosir, Direktur Asuransi Sinar Mas yang kerap membawa kain dari Humbang ke luar negeri. "Ke pameran di luar negeri, hingga peragaan busana memakai kain humbang shibori," tutur Yenni.
Perajin di Humbang, memang fokus ke pembuatan kain saja. Untuk produk fesyen seperti atasan, jas, alas kaki, tas dan produk lain, dikerjakan di Jakarta.
Yang membuat unik, antara motif satu kain humbang shibori dengan yang lainnya pasti berbeda-beda, meskipun dilakukan dengan teknik celup yang sama. Karena inilah harga kain humbang shibori cukup mahal, sekitar Rp 800.000 per lembar kain ukuran dua meter.
Sayang, para perajin tidak membeberkan soal pendapatan yang didapat dari hasil penjualan kain humbang shibori. Fitri menyebut, dalam sebulan ia bisa membuat sampai 50 lembar kain humbang shibori. "Luna Maya pernah memakai kain ini saat acara peragaan busana di Jakarta," ucap Fitri.
Tampaknya, kekhasan kain tersebut membuat para perajin tidak terlalu sulit untuk memasarkan produk tersebut. Para pembeli kerap berdatangan. Mulai dari para pelancong yang bertandang ke daerah tersebut, hingga penjualan dari online karena para perajin sudah memanfaatkan sarana media sosial.
Melihat hasil ini, para perajin berharap bisa lebih mandiri dalam mengembangkan usaha kain humbang shibori.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News