KONTAN.CO.ID -PANGURURAN. Jika Tapanuli Utara punya kacang sihobuk sebagai camilan khasnya, begitu pula dengan Samosir. Kacang rondam, oleh-oleh yang wajib Anda bawa dari pulau di tengah Danau Toba ini.
Melihat dari dekat prosesnya, tahapan produksi kacang rondam sama seperti kacang sihobuk. Termasuk, menjalani proses perendaman sebelum sangrai. Itu sebabnya, namanya kacang rondam yang berarti rendam.
Baca Juga: Menikmati kopi Samosir sambil menatap alam nan indah
Selain merendam, adapula proses memilah kacang yang dilakukan secara manual. Salah satu pemilah kacang rondam di Samosir adalah Dorminta Purba dan Simanur Boru Naibaho.
Keduanya bekerja di UD Mars yang punya rumah produksi di Desa Pardomuan I, Kecamatan Pangururan. "Sudah sepuluh tahun saya sortir kacang," kata Naibaho kepada Tim KONTAN Jelajah Ekonomi Pariwisata 2019, Jumat (9/8).
Lantaran jam terbang yang sudah tinggi, mereka mampu dengan cekatan memilah, mana kacang kualitas premium dan mana yang tidak. "Feeling saja, biji satu jelek, kulit hitam jelek, sudah terbiasa, sambil mengobrol kami juga sudah tahu ini bagus atau jelek," ujar Purba yang sudah enam tahun bekerja sebagai pemilah kacang.
Sehari, Purba dan Naibaho mendapat Rp 60.000 yang akan mereka terima setiap seminggu sekali. Para pemilah kacang, menurut Purba, mayoritas memang para ibu-ibu.
Baca Juga: Sedot ribuan wisatawan, Samosir gelar festival musik internasional
Di UD Mars sendiri ada enam pemilah kacang. Biasanya, dalam sehari para pekerja mampu menyortir kacang sebanyak satu karung besar ukuran 100 kilogram. "Jam kerja kami, berangkat pukul delapan pagi, nanti balik ke rumah pukul lima sore. Jalan kakilah kami pulang pergi," beber Purba.
Bicara kapan waktunya libur, Purba dan Naibaho kompak menyebutkan, tergantung dari masing-masing pekerja. Alias, mereka berhak menentukan kapan ingin mengambil hari libur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News