KONTAN.CO.ID - Usai mendarat dari pesawat milik jasa penerbangan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), turis dari mancanegara akan langsung disambut oleh karyawan perusahaan transportasi darat milik BUMN. Dengan menggunakan armada darat itu, turis berangkat ke hotel yang juga milik BUMN. Selepas itu, turis berwisata melalui layanan perusahaan pemandu wisata yang juga perusahaan BUMN. Sampai selesai liburan, turis kembali terbang menggunakan pesawat milik BUMN.
Demikianlah gambaran cita-cita pemerintah yang ingin membangun ekosistem bisnis pariwisata lewat pembentukan holding BUMN. Holding ini diharapkan mampu melayani kebutuhan turis dari hulu ke hilir, dan satu pintu. Keinginan ini disampaikan Presiden Jokowi tahun 2020 lalu.
Kini, holding pariwisata segera jadi kenyataan. Pasalnya, sejumlah BUMN yang terkait dengan keinginan Jokowi sudah melakukan serangkaian persiapan dan rencana aksi untuk membentuk holding.
"Saat ini holding pariwisata & pendukung sedang dalam tahap persiapan organisasi, tata kelola dan talenta," ungkap Edwin Hidayat Abdullah, Project Management Office (PMO) Director Aviation and Tourism Holding Co, yang secara khusus ditunjuk oleh Erick Thohir, Menteri BUMN.
Edwin yang juga Wakil Direktur Utama PT Angkasa Pura Tbk (AP II) bilang, mereka juga sedang melakukan valuasi harga masing-masing BUMN yang akan bergabung dalam holding. Secara paralel, mereka akan mempersiapkan rebranding holding agar bisa tancap gas saat mesin holding menyala.
Namun, ada yang berbeda dari holding BUMN lain. Lazimnya di holding, perusahaan yang masuk anggota holding adalah perusahaan sejenis.
Nah, anggota holding pariwisata, bukan perusahaan sejenis, melainkan banyak jenis.
Adapun anggota yang akan bergabung dalam holding pariwisata dan aviasi ini adalah; PT Angkasa Pura I (AP I), PT Angkasa Pura II (AP II), PT Hotel Indonesia Natour (HIN), PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC), PT Sarinah dan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero).
Untuk proses holding, tujuh entitas bisnis ini sudah membuat memorandum of understanding (MoU). Mereka juga menyepakati proses pelaksanaan holding yang dilakukan dalam tiga tahapan. Tahap pertama adalah, penggabungan AP I, AP II, HIN, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko dan PT Sarinah. Tahapan ini ditargetkan rampung kuartal III tahun ini.
Untuk tahap kedua, barulah ITDC bergabung yang diproyeksikan terjadi di kuartal IV-2021. ITDC masuk dalam tahap kedua karena pertimbangan proses penyertaan modal negara (PMN) yang disalurkan ke ITDC. Tahun 2020 lalu, PMN untuk ITDC tercatat Rp 500 miliar. Adapun tahun 2021, ITDC diproyeksikan mendapat PMN senilai Rp 470 miliar.
"Adapun tahap III, barulah bergabung PT Garuda Indonesia Tbk (Persero), setelah restrukturisasi utang-utangnya selesai. Perkiraan dilakukan tahun 2023," kata Edwin. Dengan tahapan ini, Edwin memastikan, Garuda Indonesia belum bisa masuk ke holding sebelum masalah atas utang-utang selesai direstrukturisasi.
Yang menarik dalam pembentukan holding ini adalah, yang jadi pemimpin holding PT Survei Udara Nasional/Penas (Persero). Penas dipilih karena status kepemilikan sahamnya 100% oleh pemerintah. Alasan lain dari pemilihan Penas adalah, perusahaan ini lebih mudah direstrukturisasi, sebab bisnisnya tidak produktif karena tergerus zaman.
Untuk merealisasikan rencana ini, pada 1 Juli lalu nama Penas sudah diganti jadi PT Aviasi Pariwisata Indonesia lewat Peraturan Pemerintah No.72/20021. "PP ini telah ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 1 Juli 2021," ungkap Edwin.
Dalam PP tersebut, Penas secara resmi sudah berubah nama jadi PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero), itu nama holding bagi BUMN pariwisata dan aviasi. Sejumlah tugas telah diamanatkan, mulai dari kegiatan investasi dan konsultasi manajemen pada sektor transportasi, pariwisata, retail, dan sektor lain yang terkait dengan kegiatan usaha pariwisata.
Tergantung pandemi
Tahap demi tahap untuk melahirkan holding pariwisata dan aviasi sudah dilalui. Jika tak ada aral melintang, perusahaan holding pariwisata BUMN dan aviasi ini sudah bisa melakukan aktivitas bisnis tahun ini.
Salah satu anggota holding BUMN adalah HIN, yang selama ini terkenal memiliki banyak hotel di lokasi strategis di Indonesia. "Yang menarik dari konsep holding ini adalah, yang bergabung adalah ekosistem pariwisatanya," kata Iswandi Said, Direktur Utama HIN.
Dengan gabungan ekosistem bisnis pariwisata tersebut, Iswandi optimistis, BUMN bisa memberikan kinerja yang lebih baik secara bisnis khsusunya bagi HIN. "Posisi HIN nanti bisa melakukan kompilasi produk-produk dari BUMN bidang pariwisata ini dalam bentuk paket jasa wisata," jelas Iswandi menceritakan kontribusi HIN dalam holding nantinya.
Iswandi memberikan contoh, untuk berwisata ke Danau Toba, banyak wisatawan harus mendatangi banyak pintu perusahaan agar sampai ke lokasi. Mulai dari pesan tiket pesawat lewat aplikasi, pesan tiket transportasi darat Damri, memesan tiket hotel, hingga mencari layanan tes usap PCR, serta mencari pemandu wisata. Sementara, tak semua wisatawan mau repot melakukan hal tersebut secara mandiri.
Contoh lain yang menjadi perhitungan Iswandi adalah, layanan wisata ke Raja Ampat, Papua yang juga tak maksimal diambil oleh BUMN. Tak banyak BUMN yang bisa berkontribusi ke pengembangan wisata di Raja Ampat. Alhasil, layanan hotel yang di wilayah yang berjuluk Surga Bawah Laut tersebut lebih banyak dinikmati perusahaan perhotelan milik swasta. "Penerbangan milik BUMN sudah dibuka sejak lama, tetapi ekosistem wisata di sana belum tergarap oleh perusahaan BUMN," jelas Iswandi.
Tak hanya Raja Ampat, pembentukan holding diharapkan bisa mendongkrak jumlah wisatawan berkunjung ke lima destinasi wisata superprioritas. Lokasi itu adalah Danau Toba, Candi Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo dan Likupang di Sulawesi Utara. Jika sudah efektif beroperasi, holding diharapkan membuat layanan terintegrasi untuk wisatawan dari hulu sampai hilir.
Bentuknya bisa berupa paket perjalanan, termasuk membuat paket bundling wisata yang dikemas menarik. Holding bisa mengemas layanan jasa dari mulai berangkat ke lokasi, menginap, berkunjung ke lokasi wisata, sampai dengan belanja buah tangan kerajinan.
Namun demikian, rencana ini baru sebatas susunan di atas kertas. Rencana bisa diimplementasikan maksimal jika kondisi penularan covid-19 sudah reda. Dalam hitungan Iswandi, bisnis pariwisata termasuk bisnis yang paling cepat bangkit. "Contoh bulan Juni lalu, okupansi HIN sempat 70% tapi turun lagi karena varian delta bulan Juli," kata dia.
Melihat animo wisatawan, Iswandi masih percaya, sektor pariwisata bisa tumbuh pasca pemerintah memberikan pelonggaran aktivitas sosial. Pilihan berwisata akan jadi kegemaran banyak orang karena selama ini mereka bosan di rumah. "Saat itulah hotel-hotel BUMN hadir, apalagi saat itu banyak hotel swasta yang tutup," katanya.
Apa yang direncanakan pemerintahmengundang keraguan dari Achmad Yunus, pengamat dari BUMN Institute. Menurut Achmad, keinginan layanan wisata terintegrasi itu, sejatinya sudah banyak dilakukan oleh pihak swasta. "Sebaiknya pemerintah jangan berbisnis dengan rakyat, biarkan swasta yang ambil peran itu," kata Achmad.
Ada banyak contoh paket wisata yang dikembangkan agen perjalanan, baik yang paling murah sampai yang paling mahal. Selain swasta, perusahaan BUMN juga ikut mengimplementasikannya. Seperti Garuda Indonesia dengan hotel Aero Wisata. Tapi, bisnis mereka kembang-kempis karena tak ada tamu yang datang.
Maka Achmad menyayangkan jika BUMN justru ikut nimbrung dalam bisnis yang sedang lesu. Achmad menduga, ujung dari rencana holding tersebut adalah PMN, yang berasal dari kantong negara ke holding. "Ini jadi akal-akalan agar bisa membelanjakan uang negara untuk kepentingan BUMN-BUMN tadi," katanya.
Dalam proyeksi Achmad, andai pandemi bisa teratasi dalam waktu dekat, tak serta merta bisnis pariwisata langsung melejit. Pada tahun-tahun pertama, akan banyak orang ragu berwisata dengan alasan kesehatan. Belum lagi kondisi ekonomi masih lesu. “Daya beli turun, dan ini tak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di luar negeri, jadi holding tersebut tak tepat dilakukan saat ini,” ketus Achmad. u