KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keripik sukun menjadi salah satu camilan khas Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Rasanya yang gurih dan renyah menjadi incaran para wisatawan yang berkunjung ke pulau tersebut.
Sekitar sepuluh tahun lalu, pembuat keripik sukun terbilang banyak. Terlebih dengan adanya pemberdayaan pemerintah daerah setempat agar keripik sukun menjadi buah tangan khas Pulau Tidung.
Awalnya, pemberdayaan itu dilakukan dalam bentuk pembinaan dan pemberian bantuan peralatan. Namun, seiring berjalannya waktu, perlahan pembuat keripik sukun di daerah tersebut semakin menyusut.
Baca Juga: Kunjungan turis asing ke Kepulauan Seribu terus meningkat dalam tiga tahun terakhir
"Disini yang masih buat keripik sukun 2 orang," kata Zaitun (60) salah satu pembuat keripik sukun di Pulau Tidung.
Ia mengaku, menurunnya pembuat keripik sukun itu karena kurangnya pasokan buah sukun yang ada di Pulau Tidung. Terlebih, dalam satu tahun, buah sukun hanya panen sebanyak tiga kali dalam setahun.
Tak jarang, untuk mensiasati kurangnya pasokan tersebut, Zaitun membeli buah sukun dari Pulau Pari dan menanam sendiri buah sukun tak jauh dari rumahnya.
Selain itu, Zaitun menilai berkurangnya pembuat keripik sukun di Pulau Tidung karena kurang seriusnya warga setempat menekuni usaha pembuatan keripik sukun.
Baca Juga: Pemprov DKI berupaya perbaiki infrastruktur pariwisata Kepulauan Seribu
Padahal, jika dilihat keripik sukun ini tidak sepi peminat dan mampu menambah penghasilan warga setempat. Zaitun mengaku, pembeli keripik sukun buatannya berasal dari berbagai jenis latar belakang yang berbeda. Mulai dari wisatawan yang berkunjung, aparatur sipil negara (ASN) pemerintah daerah setempat hingga pembeli yang berasal dari pulau lain di Kepulauan Seribu.
"Mereka yang membeli ada yang untuk dikonsumsi sendiri, ada yang untuk dijual kembali," ujar Zaitun.
Ia mencontohkan, salah satu pembeli rutin keripik sukun buatannya merupakan pembeli yang berasal dari Pulau Kelapa. Setiap minggunya, pembeli tersebut membeli sebanyak tujuh puluh bungkus.
"Rasanya pembeli dari Pulau Kelapa ini, mereka beli untuk dijual lagi," ucap Zaitun.
Baca Juga: Kukuh Kumara menyelam di kedalaman 40 meter
Zaitun mengatakan, dalam satu bulan dirinya dapat melakukan kurang lebih enam kali proses penggorengan keripik sukun. Setiap kali menggoreng, Ia membutuhkan kurang lebih 25 sampai 30 buah sukun.
Dari satu kali proses penggorengan itu, Zaitun mampu menghasilkan 100 bungkus keripik sukun dengan berat setiap bungkusnya adalah 100 gram atau 1 ons per bungkus. Ia menjual setiap bungkus keripik sukun tersebut dengan harga Rp 9.000/bungkus.
Baca Juga: Kementerian PUPR gelontorkan Rp 36 miliar untuk pembangunan Kepulauan Seribu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News