KONTAN.CO.ID - WANGI-WANGI. Wakatobi Sulawesi Tenggara tidak hanya kaya dengan keindahan alam bawah lautnya saja. Rupanya, gugusan kepulauan yang diapit oleh Laut Banda dan Laut Flores ini juga kaya akan atraksi budaya.
Tim KONTAN Jelajah Ekonomi Pariwisata berkesempatan menyaksikannya. Tepat pada Rabu (20/8) di Pantai Molii Sahatu (Pantai Seratus Mata Air) di desa Patuno Kecamatan Wangi-Wangi Wakatobi berlangsung rangkaian Festival Benteng Tindoi Maleko 2019.
Yakni, prosesi adat Hesofui Bijajari atau Mandi Bidadari. Hesofui Bijajari diilhami dari nama Pantai Molii Sahatu.
Baca Juga: Atraksi ribuan lumba-lumba yang memukau di Wakatobi
Dahulu kala di tempat itu, konon merupakan tempat mandinya para bidadari (bunga-bunga desa). Cerita ini masih dipercaya masyarakat setempat hingga saat ini.
"Dikisahkan gadis cantik di masa lalu masih jarang bertatap muka dengan pemuda. Para pemuda mencoba mencari perhatian para gadis-gadis cantik dengan mengintip mereka sedang mandi," kata Bupati Wakatobi Arhawi.
Prosesi Mandi Bidadari ini diikuti 20 orang gadis dari setiap desa atau kelurahan se-kecamatan Wangi-Wangi. "Mudah-mudahan setelah acara, anak-anak muda langsung melamar gadis-gadis cantik ini," kata Arhawi.
Baca Juga: Pemerintah masih putar otak demi menurunkan harga tiket pesawat
Tak heran jika acara Mandi Bidadari juga menarik minat gadis-gadis dari luar Wakatobi. Sebut saja Puput, gadis cantik asal Kendari ini rela untuk ke Wakatobi demi Mandi Bidadari.
"Saya penasaran dan tertarik ikut Mandi Bidadari. Ini acara adat yang baru dihidupkan kembali setelah sekian lama," paparnya.
Suasana proses Mandi Bidadari begitu meriah. Tampak raut wajah para gadis-gadis cantik Wangi-Wangi begitu sumringah, penuh senyuman.
Semakin sempurna dengan iringan musik gambus tradisional yang dikenal dengan khabanti-bantia yang dibawakan langsung oleh sang maestro La Kamaludin.
Baca Juga: Wakatobi mulai menghidupkan rangkaian kebudayaan Tandei Maleko
Konsep Hesofui Bijajari dalam Festival Benteng Tindoi Maleko 2019, dikemas dalam bentuk Mandi Safar atau dikenal di masyarakat dengan sebutan Hesofui Safara.
Menurut Camat Wangi-wangi Sahibuddin Najib, pihaknya sengaja menghadirkan Hesofui Bijajari untuk menarik minat bagi masyarakat yang hendak berkunjung ke Festival.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News