KONTAN.CO.ID - BELITUNG. Terik matahari tidak menghentikan perajin kapal di Tanjung Kubu, Kabupaten Belitung, menyelesaikan pekerjaannya. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Belitung sebagai nelayan menjadikan usaha pembuatan kapal sebagai peluang ekonomi penduduk di pesisir pantai.
" Pembuatan kapal setiap pantainya pasti ada, Tanjung Kubu ini yang terbesar," terang Suwardi yang sudah memasuki tahun ke lima menjadi pengerajin kapal. Sebelumnya ia bekerja sebagai nelayan, akan tetapi pendapatan sebagai nelayan yng kurang pasti membuatnya beralih menjadi pembuat kapal.
Suwardi menjelaskan, satu kapal setidaknya memakan waktu kurang lebih tiga bulan, tergantung dari ukuran kapal yang dipesan. Biasanya pembuatan kapal dikerjakan secara berkelompok, yang berisikan lima orang pengerajin setiap kelompoknya.
Setidaknya Suwardi bisa menggarap tiga hingga empat buah kapal dalam setahun. Kapal yang dikerjakan pun bermacam-macam mulai dari kapal nelayan hingga kapal kargo. Sejauh ini Suwardi tidak merasakan adanya kesulitan dalam membuat kapal kecuali ketika hujan dan mati listrik. Sebab, proses pembuatan kapal memerlukan listrik seperti pemotongan kayunya.
Baca Juga: Kempar mengendepankan pengembangan Geopark Belitung
Perajin kapal yang lain, Yusrandi, menjelaskan setidaknya satu kapal berukuran 20 GT dijual dengan harga Rp 120 juta hingga Rp 200 juta tergantung kerumitannya. Adapun untuk kapal berukuran 20 GT diperlukan sekitar 18 kubik kayu seruk dan 150 batang kayu akasia.
Kayu seruk dimanfaatkan untuk jadi badan kapal, sementara kayu akasia digunakan untuk kerangka kapal. Diakui Yusrandi, bahan-bahan bisa didapatkan dengan mudah di Belitung. Yusrandi menjelaskan, sebelum memulai pembuatan kapal, kayu-kayu tersebut sebelumnya harus dikeringkan selama dua bulan . Proses ini diperlukan agar kayu tidak renggang, sehingga ketika diolah menjadi badan kapal air tidak bisa meresap.
Di Tanjung Kubu pengerajin hanya membuat badan kapal saja. Untuk mesinnya, pemesan biasanya sudah memiliki mesinnya sendiri. Asal tahu saja, pemesan tidak hanya datang dari Belitung, tetapi juga dari luar pulau seperti Jakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News