KONTAN.CO.ID - PANDEGLANG. Provinsi Banten selain dikenal akan satwa badak bercula satunya ternyata juga memiliki satu kawasan yang memproduksi emping. Camilan yang memiliki rasa gurih dan pahit ini memiliki proses yang panjang.
Sebelum di goreng atau diberi bumbu, tahap awal membuat emping adalah menumbuk biji buah melinjo menjadi pipih. Dua atau empat biji melinjo disatukan hingga pipih tipis kemudian di keringkan.
Baca Juga: Pandeglang bersiap menjadi wisata geopark nasional
Pemipihan atau penumbukan biji melinjo di Banten tepatnya Desa Banyuresmi Kecamatan Jiput tak lepas dari peran para wanita khususnya ibu-ibu di sana. Mayoritas para penumbuk biji melinjo sudah menekuni pekerjaannya sejak masih kecil.
"Saya dari dulu kecil, pulang SD langsung numbuk ya, bantu ibu," kenang salah satu penumbuk biji melinjo Mukibah saat ditemui Tim Jelajah Ekonomi Pariwisata KONTAN, di Desa Banyuresmi, Selasa (1/10).
Saban hari Mukibah biasa menumbuk 8 kg, produktivitasnya diakui menurun lantaran usia yang makin senja. Dahulu ia menceritakan bahwa mampu menumbuk 10-15 kilogram sehari.
Uniknya, pekerjaan menumbuk biji melinjo sudah menjadi aktivitas turun-temurun sejak dahulu di desa tersebut. Mukibah menjelaskan kaum laki-laki di desanya akan pergi ke sawah untuk meladang, sedangkan kaum wanita akan menumbuk melinjo di rumah yang kemudian di kumpulkan ke pengepul.
Baca Juga: Pembukaan festival Tanjung Lesung, bukti optimisme bangkit pasca tsunami
Salah satu pebisnis emping di desa tersebut Haji Eli Suhaeli membenarkan bahwa memang di desanya akan banyak ditemui para ibu-ibu yang akan menumbuk melinjo di plataran rumah mereka. "Sudah dari dululah itu memang dilakukan oleh ibu-ibu di sini. Jadi semacam turun-temurun," kata Haji Eli.
Oh iya Desa Banyuresmi juga dapat menjadi tujuan wisatawan mencari oleh-oleh khas Banten jika usai berwisata ke Tanjung Lesung. Lokasinya sekitar satu jam setengah jika ditempuh dengan mobil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News