KONTAN.CO.ID - MALANG. Saat berwisata ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), memburu sunrise seakan menjadi agenda wajib bagi wisatawan. Pastinya, apapun akan dilakukan demi melihat semburat jingga muncul dari balik pegunungan Bromo.
Pun demikian dengan Tim Jelajah Ekonomi Pariwisata Bromo. Bangun di tengah malam, mengenakan pakaian tebal (lengkap dengan sarung tangan, syal, dan kupluk), hingga berangkat menuju lokasi yang jaraknya sekitar 2,5 jam dari tempat hotel kami menginap.
Meski banyak spot untuk melihat sunrise di kawasan ini, namun kami menetapkan untuk melihat sunrise dari Puncak Pananjakan. Alasannya, tempat ini merupakan puncak paling tinggi untuk melihat matahari terbit.
Baca Juga: Kawah Bromo ternyata masih banyak menyimpan cerita misterius
Pada akhir tahun lalu, kondisi Puncak Pananjakan masih menyedihkan. Tangga yang mengarah ke Puncak Pananjakan belum jadi. Alhasil, para pelancong yang ingin menanjak ke atas harus melewati batu-batu yang cukup licin dan medan yang sulit. Apalagi belum ada penerangan yang memadai.
Nah, kini, kawasan Puncak Pananjakan mulai bersolek. Untuk menuju puncak, sudah tersedia tangga yang terbuat dari semen kokoh. Tangganya pun landai sehingga tidak cepat membuat lelah. Selain itu, untuk mencapai Puncak Pananjakan, waktu yang dibutuhkan hanya sekitar 15 menit jika berjalan santai.
Setibanya di puncak, wisatawan akan menemukan tribun sepuluh tingkat yang berbentuk setengah lingkaran yang menghadap ke arah timur. Dengan adanya tingkat tersebut, semua wisatawan dipastikan dapat melihat sunrise tanpa terhalang oleh pelancong lainnya.
Baca Juga: Bisnis penyewaan hardtop di Gunung Bromo masih menderu kencang
Angin kencang dan udara dingin yang menusuk menyambut para wisatawan yang mulai berdatangan sejak pukul 03.00 WIB dini hari. Para pelancong dapat memilih tempat sesuai yang diinginkan. Jangan khawatir. Jika membutuhkan alas untuk duduk atau selimut, Anda bisa menyewanya. Tarif sewa alas duduk hanya sebesar Rp 10.000, sementara, tarif sewa selimut sedikit lebih mahal yakni Rp 20.000.
Puncak Pananjakan juga sudah dilengkapi dengan fasilitas yang sangat lengkap. Sebut saja musola dan toilet. Sisihkan uang kecil sekitar Rp 5.000 sebagai uang kebersihan.
Saat menanti matahari terbit di ufuk timur adalah saat-saat yang penuh dengan cobaan. Terutama karena udara dingin yang menusuk. Namun saat matahari mulai menggeliat dari tidurnya, rasa lelah dan dingin seakan hilang. Semua terbayarkan dengan keindahan yang muncul di depan mata. Tak heran banyak wisatawan yang bertepuk tangan menyambut datangnya mentari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News