KONTAN.CO.ID - MAGELANG. Semakin tenar menjadi destinasi wisata di Kabupaten Magelang, bukit Punthuk Setumbu mampu mengkat tarah hidup masyarakatnya. Bukit tempat wisatawan bisa menikmati keindahan sinar matahari pagi (sunrise) berlatar Candi Borobudur itu, dikelola secara swadaya oleh masyarakat desa.
Nuryazid, Kepala Desa Kurahan dan juga ketua pengelola Punthuk Setumbu, bercerita bahwa pendapatan pengelolaan kawasan tersebut sampai akhir tahun 2018 telah menyentuh Rp 1,6 miliar. Pendapatan tersebut diperoleh dari kedatangan 105.000 wisatawan dalam negeri dan 17.000 wisatawan mancanegara (wisman) sepanjang tahun 2018.
Dari pendapatan tersebut, selain sudah dapat memberikan masukan tambahan bagi para pekerja yang ada di desa tersebut. "Kami bisa menyisihkan untuk tabungan karyawan, pembangunan masjid, kas desa, perawatan jalan dan penerangan," tutur Nuryazid kepada KONTAN, Kamis (26/9).
Pembagian kerja bagi warga desa pun terbilang cukup merata. Saban hari, setidaknya ada 38 orang yang mengurus Punthuk Setumbu. Mereka perwakilan dari enam Rukun Tetangga (RT) dengan 205 kepala keluarga yang berada di kawasan tersebut.
Setiap orang, secara bergantian akan mendapat jatah bekerja selama 2 pekan di Punthuk Setumbu. "Setiap orang di desa kami, bisa mengantongi pendapatan sebanyak Rp 600.000-Rp 700.000 dalam dua pekan," ujar Nuryazid.
Awalnya, Punthuk Setumbu mulai dikenal setelah ada fotografer dari Borobudur yang mengambil pemandangan matahari terbit (sunrise) dengan latar Candi Borobudur sekitar tahun 2006-2008.
Baca Juga: Pamer foto di Punthuk Setumbu Magelang, wisatawan Amerika bikin iri keluarganya
Foto itu kemudian viral, karena menang dalam salah satu lomba foto yang diadakan KOMPAS. Sejak itu, lebih banyak lagi fotografer dan wisatawan yang berkunjung ke Punthuk Setumbu. Para warga pun mulai menjajakan jasa sebagai guide ke lokasi pengambilan gambar.
Adapun dahulu, warga Punthuk Setumbu sendiri dahulu hanya memakai lokasi tersebut untuk menggembala ternak. Tidak hanya itu, "Sejak dulu, tiap Senin Legi, warga di sini biasa mengadakan selamatan, sedekah bumi, makan ketupat dan tempe bacem bersama seluruh warga desa di puncak," kenang Nuryazid.
Baca Juga: Wisata ke Borobudur kurang afdol jika tidak menyambangi Punthuk Setumbu
Baru saat semakin banyak wisatawan berdatangan, pada tahun 2013 warga dusun sepakat mengelola Punthuk Setumbuh secara bersama-sama. Seiring peningkatan jumlah pengunjung, lanjut Nuryazid, pengelola Punthuk Setumbu menerima bantuan dana dari pemerintah daerah. Dana tersebut lantas dipakai untuk membangun dan memperbaiki sarana dan prasarana di Punthuk Setumbu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News