KONTAN.CO.ID - Tak ada senyum, sapa, bahkan ucapan selamat datang, saat rombongan turis bersandar ke pelabuhan Pulau Sepa, Kepulauan Seribu. Ya, budaya melayani wisatawan belum merasuk ke wilayah ini, lain dengan Pulau Dewata Bali.
Sumber daya manusia yang ada tampak seadanya, sehingga kikuk menerima para tamu yang datang.
Inilah pekerjaan rumah terberat yang harus dibenahi oleh semua pemangku kepentingan untuk membangkitkan wisata Kepulauan Seribu. Dengan latar belakang mayoritas masyarakat nelayan, aspek pelayanan, kerapian, dan keserasian kerap terabaikan.
Abdul Haiv, Seksi Kebudayaan Sudin Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu tak menampik kenyataan ini. Menurut dia, meskipun secara fisik fungsi rumah penduduk di kawasan ini banyak disulap menjadi homestay, tapi secara budaya masyarakat masih belum memiliki jiwa melayani.
Baca Juga: Tingkatkan kunjungan wisatawan, Pemprov DKI gencar selenggarakan festival musik
Untuk itu Sudin Pariwisata rajin menggelar pelatihan hospitality ala pelayanan hotel kepada pemilik penginapan serta mencetak pemandu wisata (guide). "Saat ini penduduk lokal yang jadi pemandu wisata resmi yang terdaftar baru 50 orang," ujarnya.
Pengelola pulau resor juga merasakan minimnya tenaga kerja yang mempunyai keahlian pariwisata dari warga sekitar. Walhasil pengelola resor lebih banyak menyerap pekerja dari luar Kepulauan Seribu.
Baca Juga: Sekitar 95% rumah di Pulau Pramuka gunakan instalasi pengolahan air limbah
I Gusti Bagus Subagya, GM Pulau Putri bilang, itu terjadi lantaran pengelolaan pulau resort profesional, membutuhkan yang sudah terlatih dengan baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News