KONTAN.CO.ID - GIANYAR. Tanaman kumis kucing, sereh, jahe merah dan tulsi, mudah ditemui di pekarangan-pekarangan rumah warga Desa Peliatan, Ubud, Gianyar, Bali.
Tanaman-tanaman obat ini memang sengaja dibudidayakan di pekarangan warga, sebagai bentuk progam ketahanan pangan masyarakat desa.
Program ini bernama Puspa Aman (Pusat Pangan Alami Mandiri Asri Nyaman). Sebenarnya ini adalah salah satu program yang diinisiasi pemerintah Kabupaten Gianyar melalui Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK).
Desa Peliatan merupakan salah satu desa yang berhasil melakukan program Puspa Aman. Melalui program ini, masyarakat desa didorong untuk meningkatkan pendapatan keluarga atau terealisasinya UP2K (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga).
Ketua Tim Penggerak PKK Ni Nyoman Kawiwati bercerita, lewat program Puspa Aman, tim penggerak PKK mendorong masyarakatnya untuk memanfaatkan tanah pekarangan di area rumah dengan tanaman yang dibutuhkan sehari-hari.
Baca Juga: Strategi Kepala Desa Ponggok Membawa Desa Menuju Kemasyhuran Destinasi Wisata Air
“Ini merupakan salah satu pendukung ketahanan pangan,” ujar Nyoman saat ditemui oleh Tim Jelajah Ekonomi Desa Kontan di Puspa Aman Desa Peliatan, Selasa (23/5) lalu.
Lantaran tak banyak lahan kosong di Desa Peliatan, Nyoman mendorong warga untuk menanam sendiri di rumah. PKK Desa Peliatan menyemai bibit-bibit tanaman dan membagikannya ke para warga.
"Kami menyiapkan bibit di pekarangan Puspa Aman, dan memberikannya gratis ke warga agar bisa ditanam ke pekarangan warga,” sebut Nyoman.
Warga diminta menanam beragam tanaman pangan untuk konsumsi sehari-hari. Misalnya, cabai, terong, dan berbagai sayuran hijau. Selain tananaman yang bisa dikonsumsi untuk makanan sehari-hari, warga juga menanam tanaman obat.
Ternyata, program ini membuahkan hasil positif. Dengan punya tanaman pangan di pekarangan sendiri, warga desa tak kekurangan bahan makanan untuk dikonsumsi. Terlebih ketika harga pangan semakin mahal di era pandemi Covid-19 lalu.
Baca Juga: Tugas BUMDes Lembu Suro Tidak Sekadar Cuan, Tapi Memaksimalkan Manfaat
Tanaman obat juga membuahkan hasil melimpah. Desa Peliatan pun menjalin kerja sama dengan salah satu pengusaha teh herbal. Hasil panen tanaman obat dari pekarangan warga kemudian dipasok sebagai bahan baku pembuatan teh, untuk kemudian produknya di ekspor ke berbagai negara.
Beberapa tanaman yang dipasok antara lain meliputi sereh, kumis kucing, dan pegagan.
“Kalau produksi berlebih sudah pasti ada yang mengambil. Dari hasil penjualan itulah kami belikan bibit konsumsi untuk warga seperlunya. Jadi harapannya konsumsi tidak berlebih, pendapatan datang dari tanaman-tanaman obat ini,” paparnya.
Kerja sama ini sudah berjalan selama kurang lebih dua tahun. Ida menuturkan, dalam satu kali panen, mereka biasa memasok hingga 50kg-60 kg produk, bergantung pada kebutuhan produksi.
Untuk hasil panennya sendiri sebenarnya angkanya bisa dua kali lipat lebih besar ketimbang jumlah produk yang dijual. Namun demikian, pengusaha teh tersebut tidak bisa mengambil semua hasil panennya karena keterbatasan ruang produksi.
Baca Juga: Umpan Pemancing Tuna Membawa Berkah Devisa Bagi Warga Desa Meunasah Asan Aceh Timur
“Contoh sereh terakhir memasok 60kg, baik untuk daun maupun batangnya. Tapi hasil produksi bisa sampai 250kg yang dikumpulkan dari rumah ke rumah dari setiap banjar,” kata Nyoman.
Hasil penjualan dari tanaman obat inilah yang kemudian bisa menjadi pendapatan tambahan bagi warga serta disihkan untuk kas UP2K Desa Peliatan. Nantinya dana tersebut akan dibelikan bibit dan pupuk yang kembali dibagikan gratis untuk tiap warga.
Meskipun nilainya tidak begitu besar, Nyoman mengatakan, program ini menjadi alternatif pendapatan bagi warga desa, terutama ketika pandemi Covid-19 menghantam desa dua tahun ke belakang.
“Dananya (hasil penjualan) itu kalau banyak langsung koordinasi di setiap banjar mau dibagikan ke warga, atau kalau dananya sedikit itu akan dijadikan kas UP2K yang nantinya akan dibelikan bibit,” kata Nyoman
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News