Mengenal Desa dengan Pergaulan Tingkat ASEAN

Jelajah Ekonomi Desa - Kontan
Ilustrasi. Wisatawan lokal menikmati nuansa alam destinasi wisata Setigi di Desa Sekapuk, Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Kamis (18/5/2023). Jumat, 09 Juni 2023 | 16:27 WIB

Reporter: Noverius Laoli, Yuwono Triatmodjo

Editor: Noverius Laoli

TERDIAM, Abdul Halim saat mendengar sindiran Bupati Gresik dalam sebuah forum koordinasi, bahwa desa yang dipimpinnya menjadi penyumbang nilai buruk bagi Kabupaten Gresik. Kala itu, baru genap dua pekan Abdul Halim menjabat Kepala Desa Sekapuk. Setelah dilantik pada 12 Desember 2017, Abdul Halim belum mengerti apa itu arti Indeks Desa Mandiri (IDM) saat dikritik.

Segudang persoalan harus segera ia tuntaskan Desa Sekapuk, yakni: julukan desa tertinggal, minim jamban, tempat tawuran remaja, daerah banjir, area kumuh dan gunungan sampah. Semuanya pedas dan ia anggap sebagai cambuk.

Hal yang pertama dikerjakan Abdul Halim adalah membereskan data. Setiap keluarga diminta mengumpulkan informasi lengkap, termasuk tentang tingkat pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga. Dari sana, bisa dipetakan dengan detail semua persoalan dan potensi Desa Sekapuk. Hanya setahun berselang, Sekapuk menjadi juara I Best Administrative desa di tingkat Kecamatan.

Baca Juga: Berhasil Keluar dari Desa Tertinggal, Ini 6 Pilar Penopang Ekonomi Desa Sekapuk

Pondasi dasar mengubah keadaan Desa Sekapuk, Abdul Halim tuangkan dalam lima visi misi yang disebut Pancasona atau lima pesona (lihat infografik). Poin pertama adalah membangun kepariwisataan desa, dan inilah yang kelak menjadi resep keberhasilan Sekapuk.

Mengapa pariwisata? Hal ini tak terlepas dari kondisi alam Desa Sekapuk yang gersang, berlatar belakang bukit kapur. Maka tak heran, banyak warga kala itu yang memilih menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI), selain menjadi pembuat batu bata dan buruh di desa. "Saya ingin menciptakan lapangan kerja yang memiliki multiplier effect, yakni pariwisata," tutur Abdul Halim, Senin (15/5).

Ide itu muncul lantaran terdapat makam sejumlah Wali Songo. Sekapuk menjadi lintasan para peziarah makan Sunan Giri dan Sunan Drajat.

Areal bekas tambang batu kapur pun menjadi pilihan Abdul Halim. Hal ini sekaligus menjadi solusi persoalan sampah yang dibuang warga di area itu.

Destinasi Wisata Setigi

Tidak sedikit warga kala itu yang menganggap kepala desanya gila. Menutup area pembuangan sampah di bekas area tambang batu kapur dianggap menyusahkan warga dan target pendapatan Pendapatan Asli Desa (PADes) Rp 1,2 miliar sungguh hal yang tidak masuk akal. Namun Abdul Halim membuktikan itu bisa tercapai.

Target PADes yang besar bukan tanpa alasan. "Saya ingin menghapus penjajahan ekonomi," tukasnya. Menurut Abdul Halim, setiap penduduk yang punya niatan baik, punya kompetensi dan pekerja keras layak mendapat gaji memadai.

Baca Juga: Sungai Bersih di Desa Peliatan, Menghidupkan Tradisi yang Lama Hilang

"Rabbana, atina fid dunya hasanah, wa fil akhirati hasanah. Ini adalah doa seorang muslim untuk mendapat kehidupan yang layak di dunia," kata Abdul Halim. Dia tak habis pikir, gaji seorang Kepala BUMDes saat itu hanya Rp 400.000 per bulan. BMDes yang belum berkembang, menyebabkan minimnya kontribusi bagi Desa Sekapuk. Bahkan, untuk membayar tagihan listrik saat itu pun sangat sulit.

Tanpa ragu Abdul Halim menaikkan gaji Kepala BUMDes menjadi Rp 3,8 juta per bulan dengan sederet komitmen tentunya. Saat itu UMK di Kabupaten Gresik adalah Rp 3,6 juta.

Persoalan klasik yang muncul kemudian adalah pendanaan. Bagaimana cara menutup gaji BUMDes, Aparat Desa dan program Pancasona? Mengandalkan asupan dana desa tentu tidak memadai. Padahal sejak dia menjabat, belum sekalipun dana bantuan, selain dana desa yang sudah diamanatkan UU Desa, masuk ke Sekapuk.

Setelah semua proposal permohoan dana tidak berhasil, Abdul Halim mengambil langkah berani dengan meminjam dana ke perbankan. Perbankan nasional dan BPD pun ternyata sulit mengucurkan pinjaman. Sampai akhirnya, Bank UMKM Jatim mau menyalurkan kredit senilai Rp 500 juta kepada BUMDes Desa Sekapuk dengan jaminan aset-aset pribadi milik Abdul Halim.

Baca Juga: Deklarasikan Diri Sebagai Desa Miliarder, Ini Sumber Kekayaan Desa Sekapuk

Sebagai mantan nakhoda, pendapatan Abdul Halim lebih dari cukup. Saat berdinas dia bisa mengantongi Rp 25 juta saban bulan. Namun akhirnya dia memilih berhenti dan kembali ke Sekapuk, membangun sejumlah usaha demi dekat dengan keluarga.

 

Swadaya masyarakat

 

Mendapat pinjaman bank, strategi pun dijalankan. Masyarakat Sekapuk juga diajak menabung di BUMDes tanpa potongan biaya administrasi satu rupiah pun. "Kami ajak menabung mulai dari Rp 8.000 per hari," kenang Abdul Halim.

Hingga akhirnya, proyek wisata yang sudah dirancang di Sekapuk pun mulai dijalankan dengan anggaran Rp 2,4 miliar untuk membangun wisata Setigi yang merupakan kependekan dari selo (batu), tirto (air) dan giri (bukit).

Abdul Halim kali ini mengajak partisipasi masyarakat untuk berpartisipasi membangun Setigi. Caranya adalah dengan menjadi pemegang saham. Sebanyak 1.000 saham diterbitkan dengan nominal per saham Rp 2,4 juta.

Bersyukur upayanya mendapat dukungan warga yang menyerap 400 saham. Sementara 600 saham lainnya dimiliki oleh BUMDes sebagai pengendali. Masyarakat mendapatkan sertifikat bukti kepemilikan saham Setigi, dengan janji imbal hasil berupa dividen sebesar 10% per tahun.

Baca Juga: Pelancong Desa Wisata Berdatangan Kembali

Tepat 1 Januari 2020, Setigi diresmikan. Perhitungan Abdul Halim tak meleset. Setigi banjir pengunjung, dengan menawarkan bentangan tebing kapur nan eksotik. Para peziarah makan Walisongo dan wisatawan di Jawa Timur banyak yang mampir menikmati keindahan Setigi.

Setigi menjadi sangat populer. Efek domino kunjungan wisatawan tentu dirasakan warga yang menjadi pekerja, menjajakan makanan dan cendera mata.

Iis Nurhayati Sales Marketing Setigi bersama 49 rekannya yang lain sesama pekerja, merasa bersyukur dengan kehadiran tempat wisata ini. Pasca pandemi, sebanyak 500-1.000 orang memadati Setigi kala weekend. Saat libur sekolah, angkanya naik hingga 2.000 pengunjung dengan tiket tanda masuk sebesar Rp 30.000 (weekend) dan Rp 20.000 (weekday).

"Kawan-kawan yang menganggur kini punya pekerjaan," tandasnya. Belum lagi kursus bahasa inggris gratis yang diberikan kepada karyawan dan anak sekolah.

Destinasi Wisata Setigi

Baca Juga: Agrowisata Kebun Pak Inggih, Tanah Bengkok Desa yang Disulap Jadi Tempat Wisata

Sukses dengan Setigi, pada 2 Februari 2022 silam, Sekapuk meresmikan agrowisata Kebun Pak Inggih (KPI) di hamparan lahan bengkok seluas 2,5 hektare. Pak Inggih sendiri merupakan sebutan bagi bapak kepala desa.

Di sini tersedia 17 cottage di hamparan aneka tanaman buah dengan anggaran pembangunan Rp 8,3 miliar. Sama seperti Setigi, kawasan wisata ini juga melibatkan dana swadaya masyarakat. Imbal hasil Setigi dan KPI, BUMDes salurkan kepda pemegang saham melalui rekening PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Ini artinya, literasi keuangan pun menjadi satu bagian efek samping proyek wisata di Desa Sekapuk.

Bersyukur, jerih payah seluruh perangkat desa dan warga telah membuahkan hasil. PADes Desa Sekapuk mencapai angka Rp 7,62 miliar di 2022. Pancasona, telah berhasil seluruhnya terwujud.

Warga lansia dan cacat mendapat santunan rutin. Anak-anak yatim piatu sekolah gratis hingga setingkat SLTA. Anak-anak kursus bahasa inggris gratis.

Atas prestasinya, desa ini dan Abdul Halim banyak mendapat penghargaan. Di antaranya, Juara I Desa Brillian se-Indonesia oleh Kementerian Desa PDTT (Kemendes) dan BRI (lihat infografik).

Abdul Halim sendiri menerima penghargaan Indonesia Leaders Awards 2022 catagory of Most Promissing Leaders Innovation & Performance 2022 oleh Seven Media Asia di tahun 2022 dan Asia Leaders Awards 2023 Category of Visioner Leaders Indonesia di tahun 2023.

Kepala Desa Sekapuk, Gresik, Jawa Timur Abdul halim

Pantas saja bila kemudian Desa Sekapuk terpilih menjadi 1 dari 9 desa yang mewakili Indonesia dalam ASEAN Villages Network (AVN) atau jejaring desa ASEAN. Abdul Halim berbicara dan berbagi pengalaman kepada rekan perwakilan pengelola desa di ASEAN.

"Kalau kami bisa, tentu desa-desa yang lain juga bisa mengubah segala keterbatasan menjadi sebuah pencapaian. Kita harus bangga menjadi orang desa. Membangun desa, sama dengan membangun negara," tutur kepala desa dengan tunggangan dinas mobil Alphard ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Tag

Berita Terkait

Jelajah Ekonomi Desa Kontan
Didukung oleh:
BRI
OJK
Barito Pacifik
Bukopin
PLN
BNI
Rukun Raharja
BSI
Cimb Niaga
Telkom
Telkom
XL Axiata
Mandiri
logo astragraphia
logo modalku
tokio marine