KONTAN.CO.ID - SURABAYA. Menjadi pekerja di bagian produksi telah dilakoni Rini selama lebih dari tiga dekade. Baginya, bekerja di pabrik rokok sigaret kretek tangan (SKT) bukan hanya soal rutinitas, tapi juga perjalanan hidup yang membawa perubahan besar bagi keluarga dan masa depan anak-anaknya.
Rini memulai kiprahnya sebagai tukang gunting rokok di sebuah pabrik SKT di Surabaya sejak tahun 1992. Berasal dari desa kecil di Wonogiri, Jawa Tengah, ia datang mengadu nasib ke kota besar dengan tekad membantu ekonomi keluarga. Saat itu, ia bahkan tidak memiliki ijazah formal.
Namun, kesempatan datang ketika ayahnya yang seorang pekerja proyek memberinya informasi tentang lowongan pekerjaan di sebuah perusahaan rokok besar.
"Awalnya saya ragu karena belum punya pengalaman, tapi saya memberanikan diri mencoba,” kata Rini saat ditemui KONTAN di Surabaya, Selasa (7/1).
Hari pertama bekerja menjadi tantangan besar. Ia memulai pekerjaannya sebagai penggunting tembakau. Seperti karyawan pada umumnya, pertama masuk tidak mudah, tetapi ia bertekad untuk menguasai pekerjaannya. Ia terus menggali informasi, mencontoh, dan belajar dari para penggunting senior.
Setelah beberapa tahun di bagian tukang gunting, akhirnya ia berpindah ke bagian produksi. Hingga saat ini, profesinya sebagai pekerja di bagian produksi menjadi tulang punggung bagi keluarga. Dengan penghasilan yang diperoleh, ia mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya secara layak.
Tidak hanya itu, perusahaan juga memberikan pelatihan kewirausahaan yang menjadi modal bagi untuk memulai usaha. Ketika pandemi Covid-19 melanda dan suaminya kehilangan pekerjaan, pelatihan tersebut menjadi penyelamat.
Bermula dari dapur rumah, mereka mencoba membuat tahu bakso dengan bahan-bahan sederhana. Awalnya, wanita 47 tahun ini hanya mencoba-coba dengan modal kecil. Tapi siapa sangka, tahu bakso buatannya mendapat respon positif dari tetangga sekitar rumahnya.
Dari situ, ia pun mantap untuk membesarkan bisnis tersebut bersama suaminya. Setelah usaha tahu bakso mulai berjalan, keluarga Rini mendapat dukungan tambahan dari perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya.
“Awalnya kami hanya menjual ke tetangga, tapi kemudian pihak perusahaan meminta kami untuk menyediakan tahu bakso di koperasi. Itu sangat membantu bisnis kami," kisah Rini.
Saat ini, usaha tahu bakso Rini telah berkembang pesat. Dalam sehari, ia mampu memproduksi hingga 200 kemasan tahu bakso dan meningkat hingga 300 kemasan di akhir pekan. Usaha ini juga telah mempekerjakan tujuh orang.
Dengan dua dua sumber penghasilan itu keluarganya, kini, memiliki stabilitas keuangan yang lebih baik. “Saya merasa bersyukur karena usaha ini membantu kami memenuhi kebutuhan keluarga, bahkan lebih dari itu," lanjutnya.
Salah satu hal yang paling membanggakan bagi Rini adalah keberhasilan anaknya dalam bidang pendidikan. Berkat beasiswa perusahaan, anak semata wayangnya berhasil menempuh pendidikan hingga jenjang S1.
"Anak saya mendapatkan beasiswa sejak SD hingga S1. Sekarang dia kuliah S2 di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo," ucap Rini terharu. Selain sukses dalam pendidikan, anak perempuan Rini juga berbakat dalam wirausaha.
Bukan tahu bakso, Rini bersama putrinya juga merintis kue Bola Ubi Kopong dengan nama dagang Bobindut_ di Instagram. Kini usahanya berkembang pesat hingga mampu mempekerjakan enam orang.
Kendati bisnis kulinernya tergolong sukses, hingga saat ini Rini masih setia menekuni profesinya sebagai pelinting SKT. “Semoga industri ini tetap berjaya sehingga bisa terus menjadi tempat bergantung bagi banyak orang,” katanya penuh harap.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News