KONTAN.CO.ID -SURABAYA. Di balik setiap hembusan asap yang keluar dari mulut para penikmat rokok, terdapat kisah kerja keras, pengorbanan, dan harapan dari para pelinting yang mengabdikan hidup mereka untuk menghasilkan produk berkualitas.
Salah satunya adalah kisah perjalanan Jarmi, 51 tahun. Perempuan tangguh asal Ponorogo ini mengabdikan dirinya sebagai pelinting Sigaret Kretek Tangan (SKT) selama lebih dari tiga dekade. Kisahnya bermula pada awal 1990- an, saat jalan-jalan ke Surabaya bersama kakaknya.
Jarmi tak pernah menyangka perjalanannya ke Surabaya menjadi awal dirinya menjadi pelinting SKT. “Waktu itu saya cuma ikut kakak ke Surabaya, ingin tahu suasana kota. Tapi, teman kakak saya malah menawarkan pekerjaan di pabrik rokok,” kata Jarmi kepada KONTAN di Surabaya, Selasa (7/1).
Jarmi tidak membawa persiapan apa pun, termasuk dokumen seperti ijazah sekolah. Jarmi juga tidak memiliki pengalaman sebagai pelinting rokok. Dalam kondisi tanpa persiapan apapun, akhirnya ia menerima tawaran tersebut. Proses menjadi pelinting rokok ia lewati tanpa persyaratan yang rumit.
Satu tahap seleksi yang Jarmi ingat, ia hanya dicek kondisi jari jemarinya, apakah berkeringat atau tidak. Sebab, kertas papir rokok sangat sensitif terhadap air dan melinting akan sulit jika kondisi jari pelintingnya mudah berkeringat. Tahun 1994 menjadi tahun pertama Jarmi bekerja. Pengalaman bekerja di hari pertama terasa memberatkan.
Ia kesulitan menyesuaikan ritme dengan pelinting senior yang sudah mahir. Untungnya, pabrik tempatnya bekerja memberikan pelatihan insentif selama tiga bulan. Ia diajarkan cara menjumput tembakau yang akan diproses satu demi satu, sampai cara mengejar target produksi harian.
Baca Juga: Tetap Menyala Jelang Lintingan Terakhir
Sebagai pelinting SKT, Jarmi yang hanya bermodal nekat ini dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang tidak mudah. Setiap hari, ia harus memenuhi target produksi yang ketat.
"Awalnya sulit sekali. Tembakau yang digunakan memiliki tingkat kelembaban yang berbeda-beda, dan saya harus beradaptasi dengan cepat," ujarnya mengenang.
Namun, semangat belajar dan kerja keras membuat Jarmi mampu melewati masamasa sulit. Tidak hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia juga menjadikan pekerjaannya sebagai tempat untuk belajar dan mengembangkan diri. Setiap ada tantangan baru, Jarmi berani menghadapinya. Akan tetapi, Jarmi sempat goyah.
Saat sudah mulai bisa beradaptasi, Jarmi sempat dipindahkan ke unit produksi yang lain. Setiap unit di pabrik memiliki garapan jenis rokok yang tidak sama. Misalnya, ada unit yang menggarap rokok kretek premium, sementara unit lainnya menggarap jenis rokok yang lain.
Material tembakau yang digunakan juga berbeda. Ada jenis rokok yang tembakaunya lebih kering, ada pula yang lebih basah. Meski tidak signifikan, teknik melinting setiap jenis rokok punya perbedaan. Memang betul Jarmi berani mengambil tantangan untuk pindah ke unit produksi yang lain. Tapi, adaptasi yang dijalani tidaklah mudah.
Beberapa hari ia sempat tidak masuk kerja karena merasa tak mampu menjadi pelinting rokok di unit produksi barunya. Namun, suasana guyub di antara para pelinting membuatnya tersentuh. Berbondong-bondong rekan kerjanya terus memberikan perhatian serta dukungan untuknya.
Dari situ, ia merasakan arti kekeluargaan saat bekerja menjadi pelinting rokok. "Di sini, suasananya sangat kekeluargaan. Ketika saya absen beberapa hari, teman-teman kerja dan atasan saya mencari tahu alasan saya. Mereka memberikan dukungan moral yang luar biasa," kenangnya.
Setelah beberapa tahun menjadi pelinting, Jarmi mendapatkan kesempatan untuk naik ke posisi yang lebih tinggi. Berbekal keahlian lain yang ia peroleh saat mengikuti kursus komputer, Jarmin memperoleh tawaran di bagian administrasi kantor.
Baca Juga: Dari Meja Pelinting ke Lapak Usaha
Keputusan ini menjadi titik balik dalam karir Jarmi. Ia diterima sebagai staf administrasi produksi, di mana ia bertugas membuat laporan produksi dan mengelola data. Awalnya Jarmi merasa gugup karena ini hal baru. Tapi, perusahaan memberikan pelatihan dan bimbingan.
Setelah membuktikan kemampuannya di bidang administrasi, ia pun mendapatkan tanggung jawab yang lebih besar. Ia dipercaya menangani proyek-proyek baru, seperti implementasi sistem komputerisasi untuk administrasi karyawan dan proses produksi.
Semua pengalaman yang sudah ia tempuh menjadi fondasi kuat yang membawanya ke posisi supervisor personalia pada tahun-tahun berikutnya. Sebagai supervisor personalia, tugas Jarmi tidak hanya sebatas memastikan kelancaran administrasi, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan mendukung bagi karyawan.
Ia mengemban tugas untuk mendengar dan membantu menyelesaikan keluhan para pelinting rokok, membina lingkungan kerja, mengimplementasikan sistem modernisasi, serta memberikan pelatihan dan pembekalan. Dengan dukungan penuh dari perusahaan, ia pun berkesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi,.
"Saya kuliah sambil bekerja. Atasan saya sangat mendukung, bahkan memberi fl eksibilitas jadwal agar saya bisa menghadiri mata kuliah,” katanya.
Pendidikan ini membuka lebih banyak peluang bagi Jarmi. Ia terlibat dalam berbagai proyek penting, termasuk implementasi sistem komputerisasi untuk administrasi karyawan. Pencapaian yang diraihnya hingga saat ini telah mengubah kehidupan keluarganya.
Dengan penghasilan yang ia peroleh, Jarmi mampu membangun rumah sendiri dan membantu pendidikan adiknya. Ia juga mempersiapkan masa pensiun dengan membuka usaha kos-kosan di dekat pabrik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News