Potret Gembala Sapi di Lahan Bekas Panen Padi

Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan - Kontan
Ilustrasi. Peternak membawa melepas sapi di area sawah yang usai panen di Desa Desa Raknamo, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Sapi merupakan Sektor Peternakan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang menuhi 10 persen kebutuhan daging terbaik nasional setiap tahun. KONTAN/Muradi/2024/08/10 Selasa, 27 Agustus 2024 | 13:02 WIB

Reporter: Muradi

Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -KUPANG. Bayang sinar matahari masih terlihat tegak lurus ketika Tim Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan KONTAN tiba di lokasi bendungan Raknamo, Senin siang (5/8).

Namun, hawa panas disertai angin kencang mulai menyelimuti area bendungan yang terletak di Desa Raknamo, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu.

Toh, kondisi tersebut tak mengurungkan niat saya untuk merekam suasana bendungan Raknamo dan area sekitarnya dengan menggunakan drone.

Dus, di pelataran depan gedung kantor Unit Pengelola Bendungan (UPB) V Nusa Tenggara II, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), saya mulai menghidupkan mesin drone. 

Melalui remote control, jari jemari saya mulai mengendalikan pesawat nirawak ini untuk merekam video dan foto kawasan bendungan Raknamo.

Baca Juga: Ada Bendungan Raknamo, Hasil Panen Tak Lagi Loyo

Angin masih berembus sangat kencang ketika baling-baling drone mulai bergerak ke angkasa. Sinyal peringatan drone bisa mengalami crash pun terus menyala di layar remote control.

Meski begitu, saya tetap menerbangkan drone. Hasilnya tak sia-sia. Layar kamera drone mulai memperlihatkan tangkapan gambar-gambar foto menakjubkan area bendungan Raknamo.

Selain hamparan lahan pertanian palawija, kamera drone juga menangkap gambar seorang petani yang sedang mengembalakan puluhan ekor sapi di sebuah lahan sawah padi yang sudah mengering.

Sayang, suara bising kamera drone sedikit mengganggu aktivitas sapi yang tengah merumput. Saya jadi tak bisa mengambil gambar foto sesuai keinginan.

Penasaran dengan suasana itu, saya memutuskan untuk menurunkan drone dan mencoba menyambangi langsung lahan sawah yang dipenuhi gerombolan ternak sapi.

Menumpang motor

Dengan berjalan kaki, saya mulai menyusuri jalan menurun menuju lahan sawah yang sudah panen padi pada Juli lalu dan menjadi tempat gembala sapi.

Lokasinya berada persis di punggung bendungan Raknamo. Jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari bendungan. Lumayan jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki, apalagi seorang diri.

Beruntung, saya berpapasan dengan seorang pria warga lokal yang sedang melintas mengendarai sepeda motor. Seperti peribahasa pucuk dicinta ulam pun tiba, saya mencoba meminta bantuan kepada pria setengah baya itu untuk mengantar ke area persawahan. "Bapak mau kemana, bisa antarkan saya kesawah?" tanya saya.

Tanpa pikir panjang, pria itu langsung memutarbalik kendaraannya untuk mengantar saya ke sana. Hanya sekitar 5 menit, saya sudah tiba di area persawahan Desa Rakanamo.

Tak lupa, saya memberikan imbalan uang sebesar Rp 30.000 sebagai ucapan terimakasih kepada pria pengendara motor tadi.  

Saat berada di lokasi, saya melihat hamparan rumput ilalang yang sebagian besar sudah tak hijau lagi alias mengering.

Baca Juga: Seiring Mentari Terbit di Pagi Hari

Maklum, musim kemarau panjang memang sedang melanda hampir semua wilayah di Nusa Tenggara Timur. Tak terkecuali pulau Timor, lokasi Tim Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan KONTAN meliput kegiatan.

Berbeda dengan peternak sapi di pulau Jawa, misalnya, sapi ternak di NTT cenderung dilepas di padang rumput.

Lalu, bagaimana agar sapi milik para peternak tidak tertukar? Berdasarkan pantauan saya, ada beberapa metode yang diterapkan para peternak untuk mengidentifikasi sapi ternaknya. 

Salah satunya, ada peternak yang menuliskan kode atau nama di badan sapi. Selain itu, ada juga peternak yang membelah atau memotong telinga sapi sebagai tanda.

Dengan cara ini, para peternak tidak merasa khawatir kehilangan sapi ternak miliknya. Cara seperti ini juga banyak dilakukan para peternak di daerah penghasil sapi lainnya. 

Asal tahu saja, NTT merupakan salah satu provinsi penghasil sapi potong di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada 2022, populasi sapi potong di NTT mencapai 1.175.615 ekor.

Secara nasional, populasi sapi di NTT menempati urutan ke lima setelah Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Jelajah Ekonomi Infrastruktur Berkelanjutan
Didukung oleh:
Barito Renewble
Pertamina
PLN
KB Bank
Mayapada
BNI
Rukun Raharja
Kementerian PUPR
Bank Syariah Indonesia
Bank BRI
Bank Mandiri
J Trust Bank
Official Airlines:
Barito Renewble