KONTAN.CO.ID - REMBANG. Muhammad Ansori tak pernah menyangka dirinya bakal menjadi petani tembakau sukses. Jangankan menjadi petani sukses, pulang menetap di kampung halamannya pun tak terpikir sebelumnya. Maklumlah, ia lama hidup di rantau dengan menjadi supir di luar kota.
Kehidupannya saat itu penuh tantangan, dengan pendapatan yang paspasan. Sampai akirnya tibalah panggilan untuk pulang menetap di kampung halaman. Saat itu sekitar tahun 2016, masyarakat memintanya untuk mencalonkan diri sebagai kepala desa.
“Saat itu, saya merasa kesempatan ini menjadi waktu yang pas untuk kembali dan berkontribusi bagi desa tempat saya dilahirkan,” ujarnya.
Sudah menjadi garis tangannya, ia pun terpilih menjadi kepala Desa Gunem, Rembang, Jawa Tengah. Saat itu, warga desanya sudah mulai mengembangkan komoditas pertanian tembakau sebagai sumber mata pencaharian.
Namun, jumlahnya belum sebanyak sekarang. Dari pengamatannya, taraf ekonomi warga yang sudah terjun ke pertanian tembakau tergolong sejahtera. Pada akhirnya Ansori yang kala itu sudah menjabat kepala desa, akhirnya kepincut untuk turut mencoba peruntungan dari bertani tembakau.
Pria 48 tahun ini mulai bertani tembakau pada tahun 2018. Dengan lahan seluas 4,5 hektare yang dikelolanya— setengah dimiliki sendiri dan setengah lagi disewa—Ansori mampu membuktikan bahwa bertani tembakau dapat menjadi sumber penghidupan yang menjanjikan.
Meski baru memulai lima tahun setelah program kemitraan tembakau hadir di desanya, ia pun berhasil mengikuti kisah sukses para petani tembakau lainnya.
“Hasil dari tembakau lebih memuaskan dibandingkan palawija. Yang penting dikelola dengan benar," kata Ansori saat ditemui KONTAN di Rembang, Jumat (10/1).
Diakui Ansori, program kemitraan yang datang dari salah satu perusahaan tembakau benar-benar membantu petani tembakau di desanya. Selain mendapat pendampingan teknis perihal budidaya, mereka juga banyak mendapat pendampingan tentang cara menggunakan peralatan pertanian yang lebih modern.
Dengan begitu, produktivitas hasil pertanian pun meningkat. Bahkan, lewat program kemitraan ini, petani pemula seperti Ansori tidak perlu khawatir soal modal awal. Segala kebutuhan mulai dari benih, pupuk, hingga alat-alat pertanian disediakan oleh mitra dengan sistem kredit yang dibayar dari hasil panen.
Namun, pilihan untuk bertani tembakau bukanlah tanpa risiko. Tembakau adalah tanaman yang membutuhkan perhatian ekstra, mulai dari proses penyemaian hingga panen. Namun, melalui program pendampingan, Ansori banyak belajar teknik budidaya secara benar, seperti cara penyemaian, pemupukan, dan pengendalian hama.
Ia juga diajarkan cara memanfaatkan alat-alat modern, termasuk penerapan sistem irigasi tetes yang membuat distribusi air dan pupuk lebih efi sien. Dalam waktu singkat, ia menguasai teknik-teknik tersebut dan mulai merasakan hasilnya. Kini, kehidupan ekonomi keluarganya jauh membaik dibandingkan sebelumnya.
Dalam satu musim panen, Ansori mampu mengelola hasil yang tidak hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga menambah aset produktif lainnya. Terbukti kini ia memiliki lima ekor sapi, 34 ekor kambing, dan dua unit sepeda motor. Semua itu diperoleh dari keuntungan bertani tembakau.
Ditopang keuangan yang semakin kuat ia pun mampu menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi, sesuatu yang dulu hanya bisa diimpikannya. Tidak hanya itu, ia bahkan sempat membeli lahan tambahan untuk memperluas area tanam tembakaunya. "Hasil panen tembakau sekarang jadi sumber pendapatan utama keluarga saya," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News