KONTAN.CO.ID - LABUAN BAJO. Pemerintah daerah (pemda) Labuan Bajo akan menerapkan digitalisasi untuk wisata di wilayah itu. Kebijakan yang diharapkan rampung dan terealisasi tahun 2020 itu bertujuan demi transparansi data wisatawan seperti jumlah pengunjung dan catatan penjualan tiket.
Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Manggarai Barat Agustinus Rinus menyatakan pemda mencanangkan digitalisasi tersebut demi faktor keamanan. Ia menjelaskan bahwa gagasan itu bermula dari adanya perbedaan data antara pihak Disbudpar dengan pengelola Taman Nasional Komodo (TNK).
Disbudpar mencatat pengunjung di seluruh TNK per Desember 2018 mencapai 120.000 orang, sedangkan pihak TNK mencatat ada 176.000 pengunjung.
Baca Juga: Bukit Cinta, tempat pasangan muda-mudi berburu senja di Labuan Bajo
"Itu baru kunjungan ke pariwisata darat, belum pariwisata laut seperti diving dan snorkeling," ujar Agustinus kepada Tim Jelajah Ekonomi Pariwisata KONTAN di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Labuan Bajo pada pekan lalu.
Menurut Agustinus, saat ini juga banyak kapal wisata yang belum resmi kerjasama dengan pemda. Disbudpar menemukan ada 350 kapal wisata yang berlayar di Labuan Bajo, tetapi baru 56 kapal yang memiliki dokumen lengkap pada tahun lalu.
Namun, setelah Disbudpar melakukan sidak (inspeksi mendadak) selama 10 hari, saat ini sudah ada 200 lebih kapal dengan dokumen lengkap.
Berdasarkan hasil sidak itu, terdapat temuan banyak wisatawan yang tidak membeli tiket untuk diving dan snorkeling.Menurut Agustinus, itu menjadi kerugian bagi pariwisata Labuan Bajo. Sebab, wisatawan hanya membeli tiket untuk kawasan TNK, tetapi mereka juga berwisata di wilayah lain tanpa membayar.
"Padahal, Perda nomor 1 tahun 2018 kami mewajibkan wisatawan juga membeli tiket diving dan snorkeling di luar kawasan TNK. Kalau tidak begitu, kami akan rugi dan tidak dapat apa-apa dari pembangunan pariwisata ini," kata Agustinus.
Kemudian, Disbudpar juga sering mendapat aduan bahwa terjadi perburuan rusa liar di TNK. Hasil survey Disbudpar juga menemukan wisatawan yang datang ke Flores termasuk TNK, 93% melalui rute Bali - Labuan Bajo. Sisanya, 6% melalui Maumere dan 1% melalui Jawa. Sementara, untuk pariwisata laut, mayoritas wisatawan datang dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Baca Juga: Taman Nasional Komodo tidak ditutup, tapi jumlah pengunjungnya dibatasi
Oleh karena itu, pihak pemda ingin menerapkan digitalisasi yang diharapkan wisatawan bisa membeli tiket pariwisata melalui Labuan Bajo.
Agustinus mengatakan mulai tahun depan, tidak ada penjualan tiket di pulau-pulau, melainkan semua penjualan akan satu pintu melalui situs resmi Labuan Bajo. Sehingga wisatawan didorong untuk ke Labuan Bajo terlebih dahulu.
Kebijakan digitalisasi tersebut diharapkan dapat menopang keputusan pemerintah pusat yang menetapkan Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata super prioritas.
Sebelumnya, Presidon Joko Widodo juga mencanangkan menjadikan wisata di Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata premium.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News