KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) gencar membangun bandara baru selama 10 tahun kepemimpinannya. Setidaknya terdapat 27 bandara baru yang berdiri selama Jokowi menjabat.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, dalam menentukan masuknya maskapai tertua di Indonesia ini perlu memastikan adanya keuntungan bagi perusahaan.
Baca Juga: Pemkot Singkawang Pastikan Akses Jalan Utama Menuju Bandara Tuntas
“Buat kami itu memastikan terbang ke satu tempat itu harus menguntungkan. Buat kami tidak penting bandara itu baru atau lama, mohon maaf ya, yang penting menguntungkan,” ujarnya saat ditemui KONTAN beberapa waktu lalu.
Irfan menjelaskan, sebagai seorang Dirut dirinya perlu memberikan keuntungan untuk perusahaannya, oleh sebab itu, ketika pemerintah daerah atau pihak swasta yang membangun bandara baru dirinya menekankan adanya penghasilan.
Irfan mengungkapkan salah satu pertimbangan untuk melayani rute penerbangan di bandara baru yakni adanya aspek keekonomian. Untuk itu pihaknya pun berharap rencana pengembangan bandara baru turut melibatkan pihak maskapai.
Baca Juga: Pemkot Singkawang Apresiasi Bantuan CSR untuk Bandara Baru
Ia mencontohkan saat Bandara Kertajati beroperasi, Garuda mecoba untuk rute itu, tapi waktu itu jalan tolnya belum ada. Pertimbangan lainnya bagi maskapai penerbangan adlaah ada atau tidak orang di wilayah itu yang mau menggunakan transportasi udara.
Memang aspek penting lainnya, kata Irfan, adalah terkait infrastruktur bandara itu sendiri untuk memastikan pesawat yang akan mendarat pada bandara baru tersebut memenuhi kriteria jenis pesawat.
“Pesawat kita yang 737 bisa mendarat di sana atau tidak, karena ada beberapa bandara yang belum bisa,” tandasnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Lion Air, Wamildan Tsani Panjaitan menuturkan, pertimbangan pihaknya untuk masuk ke bandara-bandara baru bergantung dari animo masyarakat itu sendiri.
Meski begitu, pihaknya belum bisa membeberkan potensi dari bandara-bandara tersebut pasalnya masih terbilang baru.
“Kita belum bisa lihat karena masih baru itu nanti tergantung dari masyarakat itu sendiri, untuk bandara baru tentu bertahap tidak bisa langsung banyak, tidak bisa. Kalau kita lihat animo masyarakatnya kurang stabil tentunya tidak kita lanjutkan.” tuturnya saat ditemui KONTAN.
Pertimbangan lainnya menurut Wamildan, adalah mengenai tingkat keamanan (safety) bandara baru, maupun persoalan kesiapan pelayanannya.
Baca Juga: Punya Bandara Baru, Pemkot Singkawang Berharap Ekonomi Terkerek
"Kami tidak akan beroperasi kalau level safety-nya tidak masuk sehingga itu menjadi poin utama juga," katanya. Sebab pelayanan bagi masyarakat yang ada di daerah maupun yang menuju ke daerah tersebut sangat penting.
Menurut pengamatan Wamildan diantara sejumlah bandara baru yang dibangun pemerintah, yang terlihat prospek positif adalah Bandara Internasional Yogyakarta, di Kulon Progo Yogyakarta. Sebab, bandara ini merupakan peralihan dari bandara lama yakni Bandara Adisucipto, dan kini telah menampung banyak maskapai. “Penerbangan di YIA sudah banyak,” tandasnya.
Tak ketinggalan, Head of Corporate Secretary & CSR Division PT Citilink Indonesia, Haza Ibnu Rasyad menyatakan, pihaknya terus berkomitmen dalam meningkatkan rute penerbangan ke bandara baru, sejalan dengan program pemerintah dalam meningkatkan konektivitas nusantara.
“Khususnya dalam menyediakan akses transportasi untuk kebutuhan perjalanan masyarakat maupun kegiatan distribusi logistik yang lebih cepat,” katanya kepada KONTAN, Senin (15/7).
Haza menyebutkan, saat ini Citilink telah melayani rata-rata 248 penerbangan dalam sehari ke 48 destinasi dan 81 rute baik rute domestik maupun konektivitas rute internasional.
“Citilink akan terus berfokus terhadap peningkatan pelayanan untuk meningkatkan kenyamanan penumpang selama penerbangan,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News