KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak pihak terlibat untuk memastikan ketahanan pangan di dalam negeri. Dari sisi pembiayaan, sejumlah bank di Tanah Air siap mendukung pembiayaan ke sektor pertanian.
Pembiayaan yang sudah disalurkan ke sektor pertanian cukup signifikan. Bank Negara Indonesia (BNI) misalnya, memiliki portofolio di sektor ini sebesar Rp 7,43 triliun per Maret 2025.
Sekretaris Perusahaan BNI Okki Rushartomo menyebut, pertumbuhan penyaluran kredit BNI ke sektor pertanian menunjukkan tren positif. “Dalam lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) stabil dan berkelanjutan. Total debitur yang dibiayai telah mencapai 47.791 per 31 Mei 2025,” ungkapnya.
Kredit pertanian BNI hadir dalam berbagai bentuk, mulai dari kredit usaha rakyat (KUR) hingga skema BNI Wirausaha (BWU), yang dirancang untuk kebutuhan investasi dan modal kerja, termasuk pembelian alat mesin pertanian (alsintan).
Okki bilang, plafon kredit dan bunga yang ditawarkan BNI beragam. Untuk KUR, suku bunga mengikuti ketentuan program pemerintah dengan skema berjenjang, antara 6%-9%. Sementara rata-rata bunga kredit komersial sekitar 11%-12% per tahun.
BNI menyalurkan kredit pertanian melalui kantor cabang dan agen BNI46. Untuk bisa mengakses kredit ini, debitur umumnya harus pelaku UMKM yang tidak sedang menerima kredit produktif serupa dari lembaga lain.
Sementara syarat untuk perorangan adalah wajib memiliki legalitas usaha, pengalaman minimal satu tahun, dan bebas dari daftar nasabah bermasalah (DHN). Lalu syarat bagi kelompok tani adalah wajib memiliki legalitas dari dinas terkait, struktur organisasi, dan pencatatan keuangan sederhana.
BNI menekan risiko kredit macet di sektor pertanian melalui restrukturisasi, pencadangan CKPN, dan asuransi. “Langkah ini mengantisipasi cuaca ekstrem, lemahnya usaha, kredit informal, dan fluktuasi harga,” imbuh Okki.
Senada, Bank Rakyat Indonesia (BRI) berkomitmen memperkuat ketahanan pangan nasional lewat pembiayaan. Agustya Hendy Bernama, Sekretaris Perusahaan BRI mengungkapkan, portofolio kredit BRI sektor pertanian, kehutanan dan perikanan Maret 2025 sudah mencapai Rp 208,2 triliun. Itu menyumbang 16,9% terhadap total kredit BRI
Hendi tak merinci nilai kreditnya khusus di sektor pertanian. Namun, sepanjang lima bulan pertama 2025, BRI sudah menyalurkan KUR ke sektor pertanian sebesar Rp30,63 triliun atau 43,88% dari total realisasi KUR BRI yang mencapai Rp 69,8 triliun. Tahun 2025, BRI mendapatkan mandat dari pemerintah menyalurkan KUR sebesar Rp 175 triliun.
Hendi bilang, besarnya penyaluran ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam memperkuat sektor-sektor strategis yang mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya sektor yang berperan dalam mendukung ketahanan pangan.
BRI menilai pembiayaan sektor pertanian masih menghadapi banyak tantangan, mulai dari ketergantungan petani pada musim, cuaca ekstrem, fluktuasi harga panen, keterbatasan akses informasi dan literasi keuangan, hingga minimnya jaminan yang layak bank.
Untuk menjawab tantangan itu, BRI mengakselerasi pembiayaan berbasis klaster dan pemberdayaan petani lewat program Klasterku Hidupku serta Desa BRILian. Pembiayaan klaster diarahkan pada kelompok usaha sejenis di satu wilayah untuk mendorong kolaborasi dan penguatan bisnis bersama. “Hingga akhir Juni 2025, BRI telah mendukung 41.217 klaster usaha, dengan 47,63% di antaranya bergerak di sektor pertanian,” ujar Hendi.
Adapun Desa BRILian adalah program inkubasi desa terpadu yang digulirkan sejak 2020. Fokus utamanya mencakup penguatan BUMDes sebagai motor ekonomi lokal, digitalisasi layanan termasuk keuangan digital BRI, inovasi solusi untuk tantangan desa, dan pembangunan berkelanjutan.
Bank Mandiri, yang selama ini lebih fokus dalam pembiayaan segmen wholesale, juga memberikan perhatian terhadap sektor pertanian. Total kredit berlogo pita biru ini di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sudah mencapai Rp 123,31 triliun per Maret 2025, tumbuh 3,72% secara tahunan. Portofolionya meningkat signifikan akhir 2019 yang baru mencapai Rp 84,16 triliun.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri M Ashidiq Iswara menyampaikan kualitas aset Bank Mandiri di sektor itu terus mengalami perbaikan. Hal itu tercermin dari rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) yang terjaga rendah di level 0,75%.
Sementara menurut data Bank Indonesia (BI), total kredit Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan industri perbankan nasional tercatat mencapai Rp 571 triliun per Mei 2025, atau tumbuh 7,33% secara tahunan. Itu terdiri dari kredit investasi Rp 301,9 triliun dan kredit modal kerja sebesar Rp 269,1 triliun. NPL kredit sektor ini ada di level 1,95%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News