KONTAN.CO.ID - POLEWALI MANDAR. Sejak pagi, pasar Sentral Pekkabata di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat sudah riuh. Pengunjung hilir mudik memenuhi lorong-lorong sempit, suara tawar-menawar saling bersahutan dan aroma bahan pangan serta makanan khas Sulawesi menguar memenuhi udara.
Di tengah hiruk-pikuk itu, outlet sembako bernama Sentral Beras tampak mencolok. Dengan bangunan yang lebih luas dibandingkan toko-toko sejenis di sekitarnya, gerai kemitraan dengan Perum Bulog melalui program Rumah Pangan Kita (RPK) tersebut tampak lebih tertata dan bersih.
Di dalam toko, lalu lintas pembeli tak pernah sepi. Setiap tiga hingga lima menit, konsumen datang dan pergi bergantian sambil membawa pulang kebutuhan pokok. Pemilik toko, Ilham Nurdin, bersama sang istri dan tiga karyawan, tampak lincah melayani pembeli satu per satu dengan ramah. Tanpa jeda panjang, transaksi demi transaksi terjadi.
Ilham sudah lebih dari satu dekade menekuni usaha jual-beli sembako di pasar ini. Usaha yang ia rintis sejak tahun 2006 itu kini berkembang menjadi salah satu pilihan utama masyarakat sekitar memenuhi kebutuhan pangan harian.
Baca Juga: Upaya Menjaga Stabilitas Pasokan dan Harga Beras
Program RPK merupakan inisiatif Bulog memperluas akses distribusi pangan pokok melalui kemitraan engan pelaku usaha lokal. Ilham bergabung menjadi mitra RPK sekitar sepuluh tahun lalu.
Ketika mendapat tawaran, tanpa pikir panjang, ia langsung menyambut. "Pasokan dari Bulog itu selalu ada. Ini membantu usaha juga," ujarnya, saat ditemui Kontan, akhir Juni lalu.
Sebagai mitra RPK, Ilham menyediakan berbagai kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng dan gula dengan harga lebih murah dibanding harga pasar pada umumnya. Beras dari Bulog, misalnya, bisa selisih harga hingga Rp 5.000 lebih murah.
Ia mendapat beras dari Bulog seharga Rp 14.400 per kilogram (kg), lalu dijual ke konsumen sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) nasional yaitu Rp 14.900 per kg. Minyak goreng dijual seharga Rp 15.500 per liter dan gula pasir seharga Rp 18.200 per kg.
Minyak goreng kemasan satu liter menjadi favorit, terutama saat hari pasar, yakni Selasa dan Jumat. Saat itu penjualan bisa menembus 50 dus per hari. Sedangkan untuk beras, ia biasa menyimpan stok hingga tiga ton, menyesuaikan permintaan.
Pasokan menjadi kunci bisnis sembako. Ilham mengaku, selama menjadi mitra RPK, belum pernah mengalami kesulitan berarti. Kalaupun ada keterlambatan pengiriman, hanya sementara dan tidak sampai mengganggu operasional toko.
Dari sisi keuntungan, ia mengaku omzet toko meningkat sejak bergabung dengan RPK. Sayang, ia tak menyebutkan secara rinci berapa kenaikan untung setelah menjadi RPK. "Alhamdulillah, ada peningkatan omzet. Besarannya itu rahasia," ucapnya sambil tersenyum.
Baca Juga: Memanfaatkan Limbah Sekam Padi Menjadi Bahan Bakar
Ia membuka gerai sejak pukul 06:00 hingga 21:00. Ia mengelola bisnisnya secara tradisional tanpa sistem pencatatan digital. Namun, tetap teliti dalam mengatur stok. Barang yang mulai habis segera ditambah. Meski belum menjual secara daring, Ilham membuka peluang digitalisasi ke depan jika kondisi sudah memungkinkan.
Melalui program RPK, Ilham berharap terus menjalin kemitraan jangka panjang dengan Bulog. Ia ingin membantu menyediakan pangan murah dan berkualitas bagi masyarakat Polewali Mandar.
Hal tersebut diutarakan pula oleh Nurbaya, salah satu pelanggan gerai RPK Ilham. Perempuan yang sehari-hari berjualan nasi kuning ini mengaku terbantu dengan beras dari Bulog, yang ia beli dari lapak Ilham.
Ia menyebut, beras Bulog berbeda dari jenis beras lain karena teksturnya pulen dan rasa yang cocok untuk masakan khas seperti nasi kuning.
Selain berkualitas, beras Bulog relatif terjangkau di tengah tren kenaikan harga pangan saat ini. Nurbaya mengaku, dalam sehari ia bisa membeli hingga tujuh kg beras baik untuk kebutuhan berjualan dan konsumsi rumah tangga.
Keberadaan beras Bulog, lanjutnya, bukan hanya membantu dari sisi kualitas, tapi menjaga stabilitas harga makanan yang ia jual. Nurbaya berharap, Bulog terus menyediakan beras dengan harga stabil agar para penjual seperti dirinya bisa terus bertahan dan membantu masyarakat mendapatkan makanan terjangkau. "Mudah-mudahan harga beras Bulog selalu terjangkau," imbuh Nurbaya.
Lain lagi pendapat Indah. Ia mengaku belum pernah mencoba beras dari Bulog. Alasannya, ia sudah cocok dengan merek beras langganannya. Belakangan ia merasakan dampak lonjakan harga kebutuhan sehari-hari. "Kalau bisa harga di bawah Rp 60.000 per 5 kg. Sekarang tembus Rp 85.000, terlalu mahal," keluhnya. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Terkait
Jelajah Ekonomi Pangan