KONTAN.CO.ID - POLEWALI MANDAR. Kabut tipis masih menyelimuti Desa Darma Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Sinar matahari pun masih malu-malu muncul di balik awan. Namun, di pagi itu, Kamis (25/6), para petani mulai terlihat melakukan aktivitas tanam padi di lahan sawahnya.
Sektor pertanian masih menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat di Polewali. Dari total 361.442 penduduk usia kerja, sekitar 43% di antaranya menggantungkan hidupnya dari bertani. Selebihnya, masyarakat desa Darma menggeluti profesi sebagai buruh dan nelayan.
Salah satu petani di Desa Darma adalah Irwan. Saban hari, pria yang kini berusia 28 tahun tersebut menggarap sawah milik orangtuanya. Ia mengelola lahan seluas kurang lebih 30 are atau setara 3.000 meter persegi untuk ditanami padi varietas Ciherang. Varietas padi jenis ini diklaim memiliki produktivitas tinggi dan hasil panen yang berlimpah.
Varietas padi Ciherang juga tergolong cepat panen hanya 97 hari masa tanam mulai dari fase pembibitan hingga panen. Irwan bilang, di daerahnya, jenis tanaman padi umumnya dipanen dua kali dalam setahun, yakni pada Maret dan Agustus. Sekali panen, Irwan bisa memetik hasil sekitar 2,47 ton gabah dari sawahnya.
Irwan mengaku, hasil panen dari sawahnya biasa dijual ke pengepul atau diserap Perum Bulog. Umumnya, harga gabah di daerahnya dijual di atas harga acuan pemerintah dengan standar Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 6.500 per kilogram (kg).
Baca Juga: Memanfaatkan Limbah Sekam Padi Menjadi Bahan Bakar
Di masa awal panen, kata Irwan, harga gabah bisa di atas harga pemerintah Rp 6.500 per kg, bahkan sampai Rp 7.000 per kg. "Kalau sudah akhir panen turun, tapi enggak pernah pas di harga Rp 6.500 per kg," kata Irwan saat ditemui Kontan, belum lama ini.
Dia mengklaim, menjual gabah ke Bulog lebih menguntungkan dibandingkan melalui pengepul. Pasalnya, Bulog tidak melakukan potongan harga. Sebagai contoh, satu karung gabah dengan berat rata-rata 135-140 kilogram dapat dijual secara penuh ke Bulog tanpa pengurangan.
Sebaliknya, jika dijual ke pengepul, biasanya ada potongan sekitar 10 kg per karung, yang berdampak pada harga jual lebih rendah. Dalam sekali panen, Irwan mengaku bisa mengantongi keuntungan sekitar Rp 6 juta, setelah dikurangi biaya produksi seperti pupuk, jasa sewa traktor, pestisida, dan obat tanaman.
Pendapat Irwan dibenarkan oleh Erwin, petani padi lainnya di Desa Darma, Polewali Mandar. Sama seperti Irwan, Erwin juga membudidayakan padi varietas Ciherang dengan pola tanam dua kali panen dalam setahun. Menurut pria kelahiran 42 tahun silam ini, ia menjual hasil panen ke penggilingan padi atau Bulog.
Hanya saja, menurutnya, penjualan ke Bulog cenderung lebih selektif lantaran hanya menerima gabah dengan kualitas yang baik. Berbeda dengan penggilingan yang lebih fleksibel dalam menerima hasil panen. Harganya pun berada di atas harga patokan pemerintah. "Harga gabah di sini biasanya di kisaran Rp 7.000 per kg," ujar Erwin.
Sebagai petani, Irwan dan Erwin merupakan mata rantai sistem distribusi beras dari hulu hingga ke segmen hilir di Tanah Air. Segmen hilir adalah muara dari perjalanan panjang komoditas pertanian sejak dipanen. Mulai dari pengepul, distributor besar, pedagang eceran, pasar, sampai konsumen akhir seperti rumah tangga dan industri makanan.
Proses ini menentukan dua hal krusial, yaitu ketersediaan dan keterjangkauan harga pangan. Namun, dinamika di segmen hilir kerap menghadirkan tantangan tersendiri. Ketika terjadi lonjakan harga pangan, misalnya, yang paling pertama terdampak adalah konsumen akhir. Padahal, di sisi lain, petani sebagai produsen sering tidak menikmati kenaikan harga tersebut. Dus, masih ada distorsi nilai dalam distribusi hasil tani, yang sebagian besar terjadi di segmen hilir.
Nah, Perum Bulog memegang salah satu peran vital dalam sistem pangan nasional. Ruang lingkup bisnis perusahaan milik negara ini meliputi usaha logistik, pergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan karung plastik, usaha angkutan hingga perdagangan komoditi pangan dan usaha eceran.
Baca Juga: Beras Organik yang Wangi dan Menyehatkan
Direktur Bisnis Bulog, Febby Novita menegaskan, tata niaga beras dari hulu ke hilir merupakan sistem yang saling terkait. Sebagai operator yang ditunjuk pemerintah, Bulog memegang dua fungsi utama, yakni menjaga harga pembelian di tingkat petani agar sesuai dengan HPP.
Bulog juga bertugas mengendalikan harga jual di tingkat konsumen agar tetap berada dalam batas HET yang ditetapkan pemerintah. Dus, untuk menjaga pasokan maupun harga di tingkat konsumen, Bulog menyalurkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Program tersebut juga melibatkan berbagai pihak baik melalui Operasi Pasar, Gerakan Pangan Murah (GPM) maupun kegiatan bazar lainnya. Selain itu, Bulog juga melindungi masyarakat tingkat bawah dengan program Bantuan Pangan dimana penerima bantuan tersebut telah ditentukan oleh Pemerintah.
Secara rinci, Feby juga menuturkan ada tiga upaya Bulog dala mengelola stok pangan untuk memastikan ketersediaan cukup stabil. Pertama, pengelolaan jumlah stok pangan yang dikuasai sesuai penugasan Pemerintah. Kedua, melakukan perawatan kualitas komoditas yang disimpan dengan meotde Pengelolaan Hama Gudang Terpadu (PHGT).
Ketiga, menyebar stok pangan dari daerah surplus ke daerah defisit. Bulog juga menjalani kolaborasi lintas sektor untuk menjaga stabilitas harga pangan. Dengan petani, Bulog memberikan jaminan penyerapan hasil panen sesuai dengan HPP yang ditetapkan pemerintah.
Bulog juga bermitra dengan penyedia jasa logistik, asosiasi penggilingan padi, dan jaringan pengecer. Ini untuk memastikan rantai pasok pangan berjalan efisien dan tepat sasaran. "Untuk meningkatkan ketersediaan pangan, Bulog berkomitmen meningkatkan kemampuan manajeman stok, infrastruktur dan sistem, serta distribusi," kata Febby, Rabu (2/7).
Sebagai bagian dari upaya memperkuat jaringan distribusi pangan pokok, Perum Bulog mendorong partisipasi masyarakat melalui Program Rumah Pangan Kita (RPK). Program ini menjadi strategi penting untuk memperluas akses pangan langsung ke tangan masyarakat.
Tim KONTAN sempat menyambangi dua Rumah Pangan Kita (RPK) di Polewali Mandar, akhir Juni lalu. Salah satunya RPK Sentral Beras di kawasan Pasar Sentral Pekkabata, jantung aktivitas perdagangan di Polewali Mandar. Selain itu, RPK Hj. Salmia yang beroperasi di area pemukiman warga, menyasar langsung konsumen rumah tangga.
Baca Juga: Peran Vital Si Penyangga Ketahanan Pangan Nasional
Febby menerangkan, program RPK bertujuan menjaga stabilitas harga bahan pokok seperti beras, gula dan minyak goreng agar terjangkau masyarakat, khususnya kalangan menengah ke bawah. Program ini juga memperkuat ketahanan pangan nasional lewat jaringan distribusi yang menjangkau pelosok negeri.
Hingga 1 Juli 2025, jumlah outlet RPK Bulog sudah ada 28.000 unit, yang tersebar di seluruh Indonesia. Menariknya, 74% dari total outlet tersebut ada di luar Jawa, sisanya 26% di wilayah Jawa.
Melalui jaringan RPK, masyarakat di berbagai daerah, termasuk di wilayah terpencil, dapat memenuhi kebutuhan pangan tanpa harus jauh-jauh ke pusat kota. Bulog juga mengoptimalkan distribusi atau memasok pangan ke RPK melalui 1.500 gudang yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan distribusi hingga mencapai tingkat kecamatan.
Bulog masih memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk bergabung sebagai mitra RPK. Persyaratannya mudah. Calon mitra RPK hanya diwajibkan untuk memiliki lokasi atau tempat usaha untuk membuka outlet penjualan.
Lalu, isi formulir pendaftaran dengan melampirkan identitas diri seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan Nomor Induk Berusaha (NIB) untuk perdagangan eceran.
Baca Juga: Pangkas Ongkos Distribusi, Produsen Beras Raja Bakal Ekspansi ke Jawa Timur
Calon mitra juga perlu melakukan pembelian awal sejumlah komoditas sebagai bagian dari proses pendaftaran. Setiap RPK ditargetkan memiliki kapasitas minimal 1-2 ton beras, namun dapat disesuaikan dengan kapasitas penyimpanan masing-masing mitra RPK.
Keuntungan jadi mitra RPK, antara lain, gratis biaya pendaftaran, modal ringan, pembinaan usaha dari Bulog, promosi, hingga bebas biaya pengiriman dengan syarat dan ketentuan berlaku. "Prinsipnya murah, mudah, dan cepat. Masyarakat bisa mendaftar langsung ke kantor cabang Bulog terdekat atau melalui aplikasi myRPK," ungkap Febby.
Dalam pengembangannya, Bulog juga berkolaborasi dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mendukung penguatan Koperasi Desa Merah Putih (KDMP), dengan mengintegrasikan RPK sebagai salah satu unit usaha koperasi desa tersebut.
Adapun target Bulog ke depan untuk memperkuat jaringan RPK. Antara lain, berkolaborasi dengan stakeholder terkait dan terus melakukan program-program pembinaan, pemberian reward. pengembangan inovasi produk serta didukung ekosistem digital yang baik.
Dalam menjaga stabilitasi harga dan pasokan pangan, Bulog tidak sendiri. Sejumlah pemerintah daerah (pemda) dilibatkan. Contohnya di Polewali Mandar. Aco Musadad, Kepala Dinas Komunikasi Polewali Mandar mengatakan, untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan, Pemda Polewali Mandar meluncurkan berbagai program.
Salah satunya program Gerakan Pasar Murah (GPM), di mana beras dijual Rp 5.000 per kg saat hari besar atau musim paceklik. "Kami kerja sama dengan Bulog untuk memastikan stok dan harga stabil," tutur Aco, saat ditemui KONTAN di sela kesibukannya, Kamis (26/6).
Pemkab Polewali Mandar juga menyalurkan bantuan sosial (bansos) beras 10 kg per keluarga kepada sekitar 50.000 keluarga penerima manfaat. Program bansos ini jadi jaring pengaman sosial sekaligus upaya menjaga daya beli masyarakat. Untuk jangka panjang, pola distribusi beras ditata agar lebih efisien.
Gabungan kelompok tani (Gapoktan) seperti Sipatuwo dan Cahaya Lampoko turut memainkan peran sentral. Gapoktan tidak hanya memproduksi, tapi juga memiliki penggilingan sendiri. Dus, petani bisa menjual gabah langsung ke penggilingan tanpa perantara. Gabah kemudian disalurkan ke Bulog dengan harga pembelian pemerintah Rp6.500/kg.
Dengan skema tersebut, kata Aco, petani bisa mendapatkan harga yang layak, dan konsumen juga diuntungkan. Distribusi pun dijalankan melalui kios tani, pasar murah, dan pengawasan rutin oleh satgas pangan. Bila ditemukan lonjakan harga atau penimbunan, pemerintah daerah langsung turun tangan.
Salah satu inovasi terbaru yang dilakukan Pemkab Polewali Mandar adalah peluncuran aplikasi "Halo ASSAMI", yang punya singkatan Aspirasi Solusi dan Sistem Aduan Masyarakat Interaktif. Program ini memungkinkan warga menyampaikan keluhan. Termasuk jika menemukan pedagang yang menjual beras dengan harga tak wajar di pasaran.
Baca Juga: Penyangga Tatanan Negara Indonesia, Itulah Petani
Aplikasi Halo ASSAMI terhubung dengan sistem E-lapor, sehingga mempermudah pelaporan digital dan pengambilan keputusan cepat oleh pemerintah daerah. "Laporan masyarakat langsung kami tindak. Kebijakan ini bagian dari komitmen pemerintah menjaga kepercayaan publik," tegas Aco.
Langkah digitalisasi lain yang menarik adalah "SAPA PETANI," yakni aplikasi pemetaan sarana dan prasarana pertanian berbasis Google Maps. Digagas oleh Dinas Pertanian, SAPA PETANI memungkinkan pemantauan langsung terhadap distribusi bantuan, akses jalan tani, serta kondisi geografis wilayah.
Sistem SAPA PETANI juga mendorong transparansi, dimana petani dan penyuluh bisa melihat wilayah mana yang sudah atau belum mendapat bantuan. Sistem ini terbukti efektif untuk kebutuhan berbasis wilayah. "Kami dorong agar semua usulan dan perencanaan pembangunan sektor pertanian ke depan berbasis data dan wilayah," imbuh Aco.
Polewali Mandar sendiri terbagi dalam tiga kawasan geografis seperti highland, midland, dan lowland. Kebutuhan petani di tiap zona berbeda-beda. Dengan SAPA PETANI, distribusi bantuan lebih tepat sasaran.
Ke depan, SAPA PETANI akan dikoneksikan dengan aplikasi "Polman 1 Data", yaitu sistem informasi terpadu yang dikelola Dinas Komunikasi Polewali Mandar. Dengan integrasi ini, semua aplikasi OPD, termasuk pertanian, dapat disinkronkan. Alhasil, perencanaan pembangunan bisa lebih efisien dan terukur.
Petani pun mulai merasakan manfaat dari pendekatan berbasis data ini. Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah telah menyosialisasikan SAPA PETANI secara langsung ke lapangan, mengajarkan cara penggunaannya kepada para petani. Sistem ini akan dilakukan bertahap, dari kelompok tani ke kelompok tani.
Dengan beragam program yang ada, Polewali Mandar berhasil menyuplai sekitar 54% kebutuhan padi Sulawesi Barat. Untuk kelapa, kontribusinya mencapai 55%, dan kakao sekitar 50%. Komoditas lain yang menjanjikan, ikan cakalang, udang vaname, dan ayam kampung yang populasinya mencapai 1,6 juta ekor.
Ke depan, Polewali Mandar siap membidik pasar baru, yakni Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Letak strategis Polewali Mandar yang berhadapan langsung dengan Kalimantan Timur menjadikannya pemasok potensial bahan pangan IKN.
Pelabuhan Tanjung Tulopomba di Sulawesi Barat akan didorong jadi penghubung logistik langsung wilayah di Kalimantan Timur.
Saat ini, kata Aco, Pemda Polewali Mandar sudah menjalin komunikasi dengan Pemeritah Kota Balikpapan dan Pemeritah Provinsi Kalimantan Timur untuk memasok berbagai bahan pangan ke wilayah tersebut. Rencana ini juga melibatkan pemetaan potensi tiap desa di Polewali Mandar, dan sumber daya alam yang bisa dikirim ke IKN.
Tak hanya itu, sektor industri rumah tangga juga berkembang, terutama tenun sutra khas Mandar atau lipasakbe. Produk budaya ini bukan sekadar kain, tetapi bagian dari siklus hidup masyarakat setempat: dari lahir, khitanan, hingga pernikahan. Sutra mandar juga memiliki pasar tersendiri yang bisa didorong menjadi produk unggulan ekspor budaya.
Di tengah geliat modernisasi, Polewali Mandar memilih untuk tetap menanam, menyemai, dan memanen harapan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Terkait
Jelajah Ekonomi Pangan