KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sampah menjadi salah satu solusi jitu mengurai masalah pengelolaan sampah. Ada aspek sosial-ekonomi yang bisa digali saat warga berdaya memilah sampah di lingkungannya. Barang bekas pakai yang tak lagi bernilai, diubah menjadi berkah.
Sejak pukul 09:00 WIB, Rudi Sutedi (50) dan Siti Rohana (46) sudah sibuk melayani nasabah Berkah Usaha Bersama (BUB). Saat "Tim KONTAN Jelajah Ekonomi Hijau" berkunjung ke bank sampah tersebut, Jum'at (12/8), ada lima warga mengantre menimbang barang yang sudah mereka pilah.
BUB ini merupakan bank sampah RW 12 di Kelurahan Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan. Meski berlokasi di gang sempit dengan area seluas lapangan voli, tapi Rohana bercerita bahwa warga RW 12 antusias berpartisipasi.
Berdiri pada Maret 2022, saat ini sudah 110 warga yang menjadi nasabah aktif BUB. "Mereka merasa terbantu. Barang bekas tadinya menumpuk jadi sampah, sekarang bisa dikumpulkan, ada nilai ekonominya," kata Rohana yang merupakan Bendahara BUB.
Baca Juga: Energi Hijau, Bikin Pebisnis dan Perbankan Semakin Terpukau
Kehadiran BUB juga mengajak warga untuk giat menabung. Uang hasil jual sampah bisa langsung diambil secara tunai atau ditabung pada rekening nasabah. BUB juga melayani jika ada yang mau menabung tunai dengan nominal yang kecil.
"Kita tanya, mau ditabung atau diambil? di sini ada buku tabungannya juga. Jadi kalau mereka butuh uang, silakan diambil," ujar Rohana.
Rudi menambahkan, uang yang terkumpul nantinya disetor ke rekening BUB di Livin' by Mandiri. Nasabah bisa mengambil jika suatu waktu ada keperluan.
Kata Rudi, BUB sudah melakukan tujuh kali penimbangan besar dengan volume barang hampir 1 ton. Keuntungan yang bisa dipungut BUB pun akan kembali kepada nasabah dalam bentuk kas warga.
"Seperti sekarang ini 17 Agutus-an, untungnya buat kegiatan warga juga. Kita adakan acara, lomba-lomba. Karena dana berasal dari nasabah, kembali untuk nasabah," kata Rudi yang menjabat sebagai Wakil Ketua BUB.
Adapun Bank Sampah BUB RW 12 Kebon Baru dibangun oleh warga bersama Nara Synergy dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Keduanya berperan mulai dari edukasi, pembukuan, pemasaran, serta pengadaan alat seperti timbangan hingga mesin biodigester.
Dengan biodigester, imbuh Rudi, warga bisa mengolah limbah organik menjadi biogas dan pupuk cair. Dengan skala yang masih mini, biogas baru bisa dipakai menyalakan kompor di BUB. Harapan Rudi, nantinya bisa mengalirkan biogas ke rumah warga sekitar.
"Untuk pupuk cair bisa dipakai buat tanaman. Kami juga ada produk-produk kerajinan daur ulang sampah, nantinya bisa dibantu oleh Nara Synergy pemasarannya," terang Rudi.
Angeline Callista selaku Managing Director & Co-Founder Nara Synergy menjelaskan, sejak Maret 2022 pihaknya bekerjasama dengan Bank Mandiri lewat program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) #MandiriPilahSampah, untuk membangun dan mengembangkan bank sampah.
"Kami membantu edukasi untuk memilah sampah, lalu bagaimana nantinya menjadi nilai ekonomi. Kami turut memfasilitasi dan memonitor bagaimana perkembangan masing-masing bank sampah," terang Angeline.
Wilayah yang tengah dijajaki program ini berlokasi di Kelurahan Kebon Baru dan Mampang Prapatan. Dari dua kelurahan tersebut, Nara Synergy membantu mengelola bank sampah di 10 lokasi.
Dua bank sampah yang dibangun dari awal bersama Nara Synergy berlokasi di RW 01 Mampang Prapatan dan RW 12 Kebon Baru. Sisanya, Nara Synergy ikut mengembangkan bank sampah yang sudah ada.
Dari 10 bank sampah yang dibina Nara Synergy, ada 800 nasabah yang tergabung. 33 ton sampah sudah terkelola sejak bulan Maret, dengan nilai ekonomi yang dihasilkan dari penjualan sampah mencapai Rp 95 juta.
Nara Synergy ikut memfasilitasi penyaluran sampah-sampah yang sudah tertampung ke bank sampah induk atau pembeli lainnya. Dalam satu tahun ini, Nara Synergy akan terus melakukan edukasi agar program ini bisa terus berkesinambungan secara mandiri.
"Harapannya, saat Nara Synergy sudah nggak monitor, program ini terus berlanjut. Karena memang nantinya dari masyarakat sendirilah yang akan menjalankan bank sampah ini," kata Angeline.
Kelola Sampah untuk Membina Anak Putus Sekolah
Mengelola bank sampah bersama Bank Mandiri, Nara Synergy tak berdiri sendiri. Nara Synergy merupakan bagian dari Nara Kreatif, kewirausahaan sosial (social enterprise) yang punya fokus menjawab permasalahan angka putus sekolah.
Sayap bisnis Nara Kreatif mengepak pada usaha pengelolaan sampah dan lingkungan (waste & environmental management). Didirikan tahun 2013 oleh Nezatullah Ramadhan, Nara Kreatif merupakan jawara Wirausaha Sosial Mandiri 2014 bidang usaha kreatif pengelolaan limbah organik.
Kepala Sekolah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Nara Kreatif, Ani Nur bercerita, social enterprise ini mengawali kiprah dengan mendaur ulang sampah kertas. Sambil mengedukasi anak-anak jalanan di sekitaran Kramat Jati, Jakarta Timur.
Seiring berjalan waktu, Nara Kreatif mengembangkan program pendidikan gratis hingga Sekolah Kejar Paket Nara untuk Paket A, B, dan C, setara SD, SMP dan SMA. "Antusiasme menyambut program kejar paket ini banyak banget," kata Ani.
Sejak 2013, sudah ada sekitar 2.000 anak didik yang dibina oleh Nara Kreatif, dan telah meluluskan 1.300 peserta. Saat ini prorgam pendidikan Nara Kreatif diikuti sekitar 500 anak didik yang tersebar di 20 titik Jakarta Timur dan Selatan.
Selain menggarap bank sampah di Kebon Baru dan Mampang Prapatan dengan Nara Synergy, Bank Mandiri juga mendukung program pendidikan gratis Nara Kreatif di dua kelurahan tersebut. Di sana, ada 100 peserta didik Nara Kreatif.
"Jadi secara bisnis dan lingkungan dapat, dampak sosial untuk menyekolahkan anak-anak dan warga sekitar Kelurahan Mampang dan Kebon Baru juga dapat," imbuh Ani.
Baca Juga: Salurkan Kredit Hijau, BNI Dorong Pengembangan PLTS di Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News