KONTAN.CO.ID - CIKARANG. Dari banyak perusahaan otomotif di Indonesia, baru PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) yang menanamkan investasi untuk bikin perakitan mobil listrik di Indonesia. Perusahaan asal Korea Selatan itu memilih lokasi pembangunan pabrik di kawasan Industri Deltamas yang berlokasi di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Di lokasi itu, Hyundai membeli lahan senilai Rp 1,4 triliun untuk lahan seluas 77,7 Ha. Dari luas lahan yang dibeli itu, terpakai buat bangunan pabrik tercatat seluas 18,8 Ha. Di lokasi itulah, Hyundai mendirikan pabrik perakitan, pengecatan, pusat pelatihan safety training, yang mengadopsi teknologi virtual reality (VR) dan juga Mobility Innovation Center.
“Temasuk pusat riset Hyundai Asia Pacific juga dibangun di kawasan ini,” kata Iwayan Bagiarta, Head Group Pruction Hyundai Motor Manufacturing Indonesia yang ditemui tim Jelajah Ekonomi Hijau KONTAN di pabrik Hyundai pada Senin (11/7). Iwayan menceritakan, pusat riset milik Hyundai tersebut semula ada di Malaysia, kemudian dipindahkan ke kawasan Industri Deltamas yang dikelola oleh Greenland International Industrial Center atau kerap disebut GIIC milik PT Puradelta Lestari Tbk.
Baca Juga: Simak Aneka Pilihan Mobil dan Motor Listrik di Pameran PEVS 2022
Tentu ada lasan dari Hyundai memilih GIIC menjadi lokasi membangun pabrik mobil listrik di lokasi perusahaan berkode saham DMAS itu. Salah satu alasannya adalah, GIIC menjadi kawasan industri milik DMAS yang dikelola dengan konsep hijau. Konsep hijau itu terlihat dalam visi dari perusahaan GICC yang tertuang dalam laporan keberlanjutan perusahaan.
Konsep hijau dibangun atas komitmen pemilik saham terbesar dari DMAS, yakni PT Sumber Arusmulia dari Sinarmas Land dan Sojitz Corporation asal Jepang. Dalam laporan yang dipublikasikan dalam websitenya, kawasan industri GIIC memelihara lingkungan kawasan industri dengan cara meminimalisasi dampak lingkungan dari kegiatan perusahaannya.
Selain itu, DMAS juga mengembangkan sebuah pusat pembibitan untuk memastikan penghijauan di kawasan Kota Deltamas. Di samping itu, Perseroan mengoperasikan fasilitas pengolahan air bersih untuk memastikan kualitas pasokan air bagi pelanggan, dan fasilitas pengolahan limbah.
Kota Deltamas tempat GIIC dilengkapi fasilitas pengolahan limbah cair (WWTP) untuk mengolah limbah cair seluruh industri yang ada di GIIC. Ada dua pengolahan limbah yang beroperasi di kawasan industri GIIC, masing-masing dengan kapasitas 6.500 m3/hari dan 5.500 m3/hari yang dikelola oleh DMAS. Tahun 2021 DMAS berencana membangun satu unit lagi dengan kapasitas 5.500 m3/hari seiring dengan meningkatnya aktivitas industri.
Dua unit pengolahan limbah cair itu mampu mengolah limbah sebanyak 1,2 juta m3 limbah cair, rata-rata sebanyak 102.000 m3 limbah cair per bulan di tahun 2020.
Baca Juga: Ekosistem Mobil Listrik Menggeliat, Pameran Mobil Listrik Perdana Dihelat
Selain mengolah limbah cair, Kota Deltamas juga mengelola limbah beracun dan berbahaya (B3) berupa lumpur padat. Dalam hal penanganan Limbah B3, Kota Deltamas hanya melakukan penyimpanan saja dalam penampungan sementara limbah (TPS B3) yang terletak di setiap WWTP untuk proses selanjutnya bekerjasama dengan vendor pihak ketiga.
Konsep hijau lainnya yang diusung oleh DMAS untuk GIIC adalah, adanya fasilitas pengolahan air bersih (WTP) dengan kapasitas 24.700 m3/hari. Air baku untuk proses WTP bersumber dari Sungai Tarum Barat, artinya bukan dari air sumur dalam. Air bersih hasil olahan disalurkan melalui sistem distribusi air bersih ke pelanggan industri, komersial dan hunian.
Tahun 2020 lalu, DMAS memproduksi sebanyak 4,0 juta m3 air bersih yang didistribusikan ke pelanggan industri, serta pelanggan komersial dan hunian. Konsep hijau lainnya yang diadopsi oleh DMAS adalah, adanya penggunaan sebagian energi di kawasan Kota Delamas dengan menggunakan energi matahari.
Baca Juga: Diserbu Pembeli, Daftar Tunggu Pesan Mobil Listrik Hyundai IONIQ 5 Semakin Panjang
Dengan visi lingkungan inilah, DMAS optimistis masih bisa menorehkan pendapatan tahun ini. Tondy Suwanto Direktur DMAS bilang, perusahaan menargetkan marketing sales tahun ini sebesar Rp1,8 triliun. Target ini setelah mempertimbangkan perolehan marketing sales semester pertama tahun 2022 dan permintaan akan lahan industri yang cukup tinggi, khususnya dari sektor otomotif.
“Permintaan tersebut berasal dari berbagai sektor industri, diantaranya data center, industri otomotif, industri pangan, maupun industri perlengkapan rumah tangga,” ujar Tondy dalam pernyataan tertulisnya pada Senin (11/7). Pada Semester I tahun 2022, DMAS mengantongi pendapatan sebesar Rp995 miliar, atau setara 55,3% dari target.
Untuk mengejar target, strategi DMAS adalah, berupaya melakukan inovasi untuk mengembangkan kawasan industri GIIC menjadi kawasan industri hijau modern yang ramah lingkungan dan berteknologi tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News