KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transisi ke energi baru dan terbarukan penting dilakukan untuk mencapai kemandirian energi. Harapannya ketergantungan pada energi fosil bisa berkurang. Apalagi EBT dianggap lebih ramah lingkungan. Karena itu kini banyak perusahaan mulai mengembangkan bisnis energi baru terbarukan.
Pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi fokus utama dari sejumlah perusahaan di Indonesia. Tak sekedar ikut memenuhi target pemerintah agar bisa mencapai bauran EBT 23% di tahun 2025, transformasi energi penting untuk menjaga bumi tetap bersih dengan ekosistem terjaga dan seimbang.
PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) misalnya berkomitmen mengembangkan panas bumi. Hingga kini, total kapasitas terpasang milik PGE mencapai 1.877 MW. Terdiri dari 672 MW yang dimiliki sendiri dan 1.205 MW hasil operasi gabungan dengan perusahaan lain.
Baca Juga: Arkora Hydro (ARKO) Optimistis Cetak Pendapatan Rp 300 Miliar Di 2022
PGE juga telah menerapkan teknologi binary. Teknologi ini memungkinkan PGE menghasilkan lebih banyak listrik dengan memanfaatkan brine atau cairan (air dari panas bumi) yang seharusnya dibuang, namun bisa dimanfaatkan kembali dengan cara dimasukkan kembali ke perut bumi untuk dapat menghasilkan listrik.
Sejak tahun 2019, PGE telah mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Binary Cycle dengan kapasitas 500 kW di Tomohon, Sulawesi Utara. "Jika melihat potensi dengan sumber daya yang kita miliki, ke depan ada peluang besar pengembangan bisnis geothermal di Indonesia," kata Ahmad Yani, General Manager PT Pertamina Geothermal Energy Area Lahendong.
Yani menjelaskan, saat ini Indonesia menduduki posisi kedua terbesar berdasarkan kapasitas terpasang panas bumi di dunia. Total kapasitas terpasang pembangkit listrik panas bumi secara global mencapai 15.854 MW. Di Indonesia total kapasitas terpasang mencapai 2.276 MW. "Kita di posisi kedua setelah Amerika Serikat (AS) yang memiliki kapasitas terpasang 3.722 MW," papar dia.
Tapi secara potensi, Indonesia memiliki potensi panas bumi 24 GW. Ini artinya kapasitas yang terpakai kurang dari 9%. "Kami bisa saja mengembangkannya tapi semua akan bergantung pada permintaan," kata dia. Maklum investasi pengembangan pun tidak sedikit dan berisiko tinggi.
Baca Juga: Tampelas, Desa Terpencil di Kalimantan Tengah, Segera Nikmati Fasilitas PLTS
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengaku telah mendorong penjualan listrik. Untuk pelanggan rumahtangga misalnya membuat program bundling dan promo tambah daya. PLN juga mendorong penerapan gaya hidup sehari-hari atau electrifying lifestyle, seperti mendorong kendaraan listrik berbasis baterai dan penggunaan kompor induksi.
Tak hanya itu, PLN juga terus menggali ceruk pasar potensial di berbagai sektor. Misalnya, program electrifying agriculture dan electrifying marine sektor pertanian, peternakan, perkebunan, dan perikanan serta kelautan. Hasilnya, PLN mencatat kenaikan volume penjualan listrik sebesar 133,87 terrawatt hour (TWh) pada semester I-2022, dari periode sama tahun sebelumnya 125,49 TWh.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo rilis menjelaskan, kenaikan penjualan tenaga listrik ini ditopang pertumbuhan pelanggan industri dengan penambahan volume penjualan listrik 5,4 TWh atau 14,3% hingga akhir Juni 2022.
Peningkatan permintaan ini memungkinkan PLN untuk meningkatkan bauran energi EBT. Tahun 2021, PLN menambah 624 MW pembangkit EBT. Tahun ini PLN menargetkan penambahan kapasitas terpasang pembangkit EBT sebesar 648 MW, terdiri dari pembangkit tenaga surya, air, panas bumi, angin hingga sampah.
Di tahun ini PLN berharap bisa menambah kapasitas EBT melalui penambahan pembangkit EBT co firring biomassa. Jika sebelumnya kapasitas mencapai 12 MW, di tahun ini ditargetkan bisa mencapai 43 MW. PLN juga berharap ada penambahan dari energi mix EBT. Tak hanya itu, PLN juga mengembangkan pembangkit lisrik tenaga surya atap. Hingga Juni 2022, jumlah pelanggan PLTS atap ini mencapai 5.848 pelanggan.
Beberapa perusahaan lain yang serius menggarap EBT adalah PT Star Energy Geothermal. Perusahaan ini telah mengelola PLTP dan lapangan uap berkapasitas 875 MW. Ada tiga pembangkit, yakni PLTP Wayang Windu di Bandung dengan kapasitas listrik terpasang 227 MW, PLTP Darajat di Garut dengan kapasitas listrik terpasang 271 MW, dan PLTP Salak di Sukabumi dengan total kapasitas listrik terpasang 377 MW. Ke depan, Star Energy memiliki misi menghasilkan listrik 1.200 MW di 2028 dari energi bersih dan ramah lingkungan.
Baca Juga: Tagihan Energi Naik dan Gas Rusia Buntu, Scholz Janjikan Paket Bantuan Baru Jerman
Terbaru ada PT United Tractors Tbk (UNTR) menambah kepemilikan saham di PT Arkora Hydro Tbk (ARKO). Sekretaris Perusahaan United Tractors Sara K. Loebis mengatakan, investasi di ARKO untuk menambah portofolio di bisnis EBT.
Unit bisnis Grup Astra ini berharap ke depan, kompetensinya di EBT meningkat, terutama dari hydro dan rooftop solar PV. Ke depan UNTR terbuka menjajaki potensi EBT lainnya, seperti PLTS Terapung (floating solar panel), geothermal, waste to energy dan pembangkit listrik tenaga bayu. ARKO yakin masuknya UNTR mempermudah mendapat proyek dengan skala lebih besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News