Jumlah ATM Terbatas, Kios Agen Layanan Perbankan jadi Andalan Karyawan di IMIP

IWIP Kebut Pengembangan Kawasan Industri untuk Komponen Baterai Kendaraan Listrik
Agen BRILink di sekitar kawasan industri pengolahan nikel IMIP, Bahodopi, Morowali, Sulawesi Tengah. Rabu, 27 Juli 2022 | 07:54 WIB
Reporter: Fransiska Firlana Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - MOROWALI. Seorang lelaki bersepatu boots berwarna cokelat baru saja menyandarkan sepeda motornya di depan kios agen transaksi keuangan. Dengan berlari kecil karena menghindari hujan pagi itu,  lelaki berhelm proyek berwarna kuning itu masuk ke kios agen perbankan.

Dia lantas  menyodorkan kartu ATM berwarna biru pada petugas jaga agen. Tak sampai tiga menit, lelaki pekerja di kawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) itu sudah mendapatkan uang tunai sebesar Rp 150.000. Cepat-cepat dia memasukkan uang  itu ke dalam dompet dan melanjutkan perjalanan ke tempatnya bekerja. 

Transaksi penarikan tunai yang dilakukan karyawan salah satu pabrik di kawasan industri nikel itu membawa rejeki perdana bagi Wahyuningsih pagi itu, Jumat (22/7). Setelah melayani transaksi tersebut, Wahyuningsih, penjaga agen layanan perbankan itu lantas melanjutkan merias diri. Maklum, Wahyuningsih baru saja membuka kiosnya. 

"Ini kios kedua, dan baru dua bulan dibuka," jelas Wahyuningsih yang membuka kios setiap jam setengah tujuh pagi.  

Layanan keuangan yang tampak di kawasan IMIP di Bahodopi, Morowali mayoritas memang kios-kios keagenan. Paling banyak kios agen BRIlink. Di sepanjang jalan utama maupun jalan desa, agen-agen BRIlink betebaran. Hampir di setiap jarak 50 meter agen BRIlink ada. Tak hanya berdampingan tapi juga berseberangan jalan. 

Baca Juga: Nikel, Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Baterai EV dan Wajah Baru Bahodopi

Bentuk usaha agen BRIlink ini ada yang menempel dengan usaha lain seperti toko kelontong, kios bahan bakar eceran, atau toko sembako. Namun tidak sedikit yang berdiri sendiri. 

Menjamurnya agen BRIlink di Bahodopi, khususnya di Desa Bahodopi, Desa Keurea, dan Desa Fatufia ini dikarenakan jumlah anjungan tunai mandiri (ATM) di kawasan ini masih sangat terbatas. Masih terhitung jari.

"Kalau pun ke ATM juga bakal repot. Apalagi kalau ada yang butuh transfer besar atau pas masa-masa gajian," jelas Ayu, panggilan akrab Wahyuningsih. 

Wanita berkerudung itu bilang, nilai transaksi melalui ATM sangat terbatas. Sementara ada juga kebutuhan orang yang melebihi batas transaksi dari bank. 

Selain itu, ada puluhan ribu karyawan yang bekerja di kawasan IMIP yang membutuhkan layanan perbankan. Belum lagi masyarakat yang tinggal di Bahodopi.

"Kalau pas gajian antrian ATM bisa mengular. Paling kesal kalau sudah lama antre, nggak tahunya uang di ATM habis," kata Ayu yang pagi itu mengenakan kemeja hitam dengan motif bunga-bunga.

Asal tahu saja, bank yang ada di kawasan IMIP baru ada Bank BRI, Mandiri, BNI, dan Bank Sulteng denga jumlah ATM tak sampai 7 titik.

Transaksi Besar 

Sekalipun baru buka dua bulan, kios agen BRILink Kost Azis yang dijaga Ayu bisa melakukan transaksi sampai Rp 50 juta sehari. 

“Selain tarik tunai, banyak juga yang digunakan untuk bayar-bayar cicilan atau bayar belanja di belanja online,” jelas Ayu.

Manisnya bisnis layanan transaksi keuangan ini juga membuat Marwah Ayu Lestari dan orangtuanya hijrah dari Makasar menuju Morowali. Tiga tahun lalu, dia mendirikan kios agen BRILink dengan nama Mega Kembar. Dan dalam kurun waktu tersebut, Marwah bisa membuka cabang hingga 7 kios keagenan. 

“Awalnya dirintis orangtua. Saya lanjutkan sekarang. Kami lihat banyak karyawan di sini dan banyak yang butuh transaksi, kami bukalah usaha yang memang kios khusus agen BRILink,” jelas Marwah yang baru berusia 26 tahun itu. 

Marwah mengungkapkan, usaha keagenan ini sangat menguntungkan. Setiap transaksi sesama BRI, dia akan mendapatkan komisi Rp 3.000. Sementara transaksi antar bank dia akan dapat fee Rp 6.500.

“Dari BRI kami dapat fee setiap transaksi ditambah dapat biaya charge dari konsumen,” jelas Marwah yang baru saja membuka kios itu.

Baca Juga: Ribuan Motor Pekerja di IMIP Dorong Usaha Bengkel di Bahodopi

Untuk transaksi di bawah Rp 1 juta, Marwah mengenakan charge Rp 5.000 per transaksi. Sementara di atas Rp 1 juta charge yang dikenakan Rp 10.000 per transaksi. Dan asal tahu saja, setiap tanggal muda, atau setiap tanggal 31,1, dan 2 saban bulan biaya ini akan dinaikkan. Transaksi di bawah Rp 1 juta menjadi Rp 10.000 per transaksi.

“Ya harga charge masing-masing agen beda-beda, karena kita sediakan modal sendiri. Yang pasti kalau modal kita besar ya bisa layani banyak nasabah,” jelas Marwah. 

Asal tahu saja, di hari biasa, setiap hari bisa mengantongi pendapatan dari biaya charge sekitar Rp 800.000 sampai Rp 1 juta. Itu artinya sebulan dia bisa menghasilkan Rp 24 juta hingga 30 juta hanya dari biaya charge. Sementara fee dari BRI bisa mencapai Rp 12 juta per bulan. 

“Itu hanya untuk hari-hari biasa saja, kalau pas tanggal muda bisa lebih besar,” jelas Marwah. Untuk tanggal gajian mulai tanggal 31, 1, dan 2, untuk semalam saja, Marwah bisa mendapatkan penghasilan dari charge Rp 8 juta sampai Rp 10 juta. 

Untuk mencapai hasil yang besar itu, Marwah harus menyediakan dana segar Rp 200 juta hingga Rp 300 juta per hari. Sementara untuk tanggal gajian, dia menyediakan dana minimal Rp 1 miliar per hari. 

“Kalau transaksi kebanyakan memang penarikan. Apalagi kalau pas tanggal muda, penarikan semua,” ujar Marwah.

Tag
Berita Terkait Jelajah Ekonomi Hijau Kontan
Jumat, 15 Desember 2023 | 10:12 WIB JELAJAH EKONOMI KONTAN
Jumat, 21 Juli 2023 | 19:32 WIB JELAJAH EKONOMI DESA
Senin, 17 Juli 2023 | 05:05 WIB JELAJAH EKONOMI DESA
Minggu, 16 Juli 2023 | 10:05 WIB JELAJAH EKONOMI DESA
Minggu, 16 Juli 2023 | 06:30 WIB JELAJAH EKONOMI DESA
Jumat, 14 Juli 2023 | 07:42 WIB JELAJAH EKONOMI DESA
Jumat, 07 Juli 2023 | 13:46 WIB JELAJAH EKONOMI DESA
Didukung oleh:
Barito Pacifik
GSI International Tbk
Bank Bukopin
Pertamina
Widodo Makmur Perkasa
pupukkaltim
Bank Mandiri
PLN
BNI
Telkom
BRI
Bank Mandiri
Blue Bird
INPP
Tokio Marine
Hotel Santika
Canon