KONTAN.CO.ID - MAROS. Waktu belum menunjukkan pukul 11.00 WITA, tetapi Windy dan teman-temannya sudah sampai di Stasiun Mandai, Sulawesi Selatan, Sabtu (24/8). Dia dan ketiga temannya ingin mencoba berwisata ke Kabupaten Barru dengan menggunakan kereta api Makassar-Parepare.
Walaupun kereta tersebut baru dijadwalkan berangkat pukul 12.35 WITA, mereka sengaja datang lebih awal agar tak kehabisan tiket seperti beberapa hari sebelumnya.
Kereta ini memang hanya memiliki 2 jadwal keberangkatan dari Stasiun Mandai per harinya. Bahkan, kapasitasnya hanya sekitar 275 penumpang, baik yang duduk maupun berdiri. Sudah datang satu setengah jam lebih awal saja, Windy dan rombongannya tetap tak berhasil mendapatkan tempat duduk, mereka terpaksa harus berdiri sepanjang perjalanan.
“Tadi kami diberitahu dapat tiket yang berdiri. Ini pun kami sudah dapat tiket yang terakhir,” terang Windy.
Windy mengaku ini menjadi pengalaman pertamanya naik kereta api Makassar-Parepare. Berbekal informasi yang didapatkannya dari media sosial, dia ingin menjajal kereta api ini sekaligus berwisata. Dia tak menyangka bahwa peminat kereta ini membludak.
“Ini kedua kali kami ke sini. Rabu lalu, kami juga sudah ke sini untuk mencoba naik kereta untuk jalan-jalan. Waktu itu kami datang jam 11.30 WITA, dan tiketnya sudah habis. Kami pikir seharusnya sepi karena hari kerja, ternyata tetap ramai. Akhirnya kami pulang,” terang Windy.
Baca Juga: KA Trans Sulawesi Beroperasi, Pengusaha Optimis Investasi Masuk Lebih Deras
Dia melanjutkan, mereka datang dari Makassar dengan menggunakan sepeda motor. Sepeda motor tersebut diparkir sementara di Stasiun Mandai, Nantinya, mereka akan kembali dengan menumpangi kereta yang sama lantaran sudah mengantongi tiket pulang.
Berdasarkan rencana, sesampainya di Barru, mereka akan mencari tempat yang bisa disambangi. Ada waktu sekitar 3 jam yang bisa dimanfaatkan, mengingat kereta dari Barru akan berangkat pukul 17:51 WITA.
Kereta api menjadi moda pilihan karena waktu tempuh yang lebih cepat dan harga yang lebih terjangkau. Menurut mereka, bila menggunakan sepeda motor atau mobil, waktu tempuh ke Kabupaten Barru bisa mencapai 3 jam, bahkan bisa lebih karena akhir minggu. Sementara, dengan kereta api, waktu tempuhnya bisa kurang dari dua jam. Tak hanya itu, mereka juga berharap bisa lebih menikmati perjalanan dengan pemandangan yang disajikan.
Bukan hanya Windy dan teman-temannya, di saat yang sama, Fitri Wahyuni pun akan memanfaatkan kereta api ini untuk berwisata dengan romobongannya. Dia bersama 14 orang lain, telah merancang perjalanan ini sejak beberapa hari yang lalu.
Dia mengaku berhasil mendapatkan 10 tiket duduk, meski 5 orang lainnya harus berdiri. “Tadi pukul 10.00 WITA sudah ada yang siap di sini. Jadi sudah ada yang mewakili untuk membeli tiket,” kata Fitri.
Ini juga menjadi pengalaman Fitri menaiki kereta api ini walaupun merupakan warga sekitar. Namun, berbeda dengan Windy dan teman-temannya, mereka hanya ingin merasakan naik kereta api ini tanpa menyambangi tempat lain di Barru. Apalagi, menurutnya, mereka belum terlalu familiar dengan daerah tersebut.
“Seandainya pemerintah daerah Barru melakukan promosi, kami ke sana bukan hanya untuk pulang-pergi saja, tapi juga bisa bermalam atau kami bisa jalan pagi dari sini, pulangnya sore,” ujar Fitri.
Menghubungkan dengan destinasi wisata Sulsel
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sulawesi Selatan Muhammad Arafah mengatakan, adanya kereta api Trans Sulawesi ini memang diharapkan bisa mendukung pariwisata Sulawesi Selatan.
“Kami ingin kereta makassar ini menjadi pendukung bagi pariwisata. Jadi teman-teman dari luar, yang dilewati jalur kereta api itu, itu termotivasi ini untuk menuju akses tempat pariwisata,” ujar Arafah.
Menurutnya, dari jalur kereta api yang dilalui kereta api, ada berbagai titik destinasi wisata. Misalnya, di Kabupaten Barru terdapat wista alam Lappa Laona yang menghadirkan padang rumput yang indah, ada pulau Dutungan, hingga beberapa pantai yang bisa jadi pilihan.
Baca Juga: Pengusaha Optimis Sektor Ini Ketiban Berkah dari Pembangunan KA Trans Sulawesi
Sementara itu di Kabuoaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep), menawarkan berbagai destinasi wisata berupa gua-gua tua yang banyak diminati masyarakat untuk berekreasi. Ada pulau Kapoposang yang menjadi tempat wisata bagi wisatawan lokal maupun mancanegara, hingga wisata gugusan karst terbesar kedua yang ada di dunia.
“Di Maros Pangkep itu terbentang karst yang luar biasa indahnya dan bagusnya. Itu dilewati jalur kereta api, bahkan di atas kereta api kita bisa melihat pemandangan itu dengan cantiknya,” ujar Arafah.
Dia juga mengatakan di Kabupaten Maros ada taman wisata alam Bantimurung yang ramai dikunjungi saat akhir minggu serta Rammang-Rammang yang juga menghadirkan wisata karst bagi para pengunjungnya.
Tak hanya itu, dia juga mengatakan banyak juga wisatawan yang memanfaatkan kereta api ini meski berasal cukup jauh dari rel kereta. Namun, mereka masih tetap menggunakan kendaraan pribadi mereka. Misalnya, mereka yang berasal dari Sidrap, memilih menggunakan kereta untuk menuju Makassar. tetapi ingin berwisata ke Sidrap.
“Misalnya dari Sidrap butuh waktu kurang lebih 2 jam menempuh Stasiun Garongkong di Barru. Mereka naik kereta api, sementara supirnya disuruh menjemput di tujuan, yaitu ada di Mandai. Nanti dari Mandai, mereka akan ke Kota Makassar untuk menikmati kuliner atau ke tempat wisata budaya,” ujarnya.
Namun, dia juga menyadari, akses kereta api yang hingga kini belum sampai ke Makassar turut membatasi gerak wisatawan. Pasalnya, untuk menuju Makassar, wisatawan masih harus menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi online, walaupun memang sudah terdapat shuttle yang menghubungkan Stasiun Mandai ke titik di Makassar.
Sementara itu, Iwan Dento, pegiat lingkungan di kawasan Rammang-Rammang mengaku masih sulit untuk mengukur dampak kereta api ini ke peningkatan jumlah wisatawan Rammang-Rammang. Selain karena layanan kereta masih baru, belum bisa dipastikan bahwa mereka yang naik kereta menuju Rammang-Rammang.
“Jadi belum sepenuhnya mereka yang naik kereta itu ingin ke Rammang-Rammang. Lalu karena kami lebih banyak tamunya domestik dan mancangeara, maka sebenarnya konektivitas yang bagus untuk kami itu adalah kereta ini terkoneksi dengan bandara,” tambah Iwan Dento.
Meski begitu, dia juga tak mau mengatakan bahwa kehadiran kereta api ini tak berdampak bagi pariwisata Rammang-Rammang. “Saya masih susah mengukurnya, tetapi saya tidak mau mengatakan bahwa tidak ada efeknya. Karena memang untuk mengukurnya masih terlalu dini,” ujar Iwan.
Baca Juga: BPKA Sulsel Targetkan 220.000 Orang Naik KA Makassar-Parepare Tahun Ini
Lain lagi dengan Rapid yang merupakan penjual hiasan kupu-kupu di Taman Nasional Bantimurung. Dia berpendapat, pengunjung yang datang ke kawasan ini bukan disebabkan oleh penumpang kereta. Pasalnya, wisatawan yang datang ke tempat ini masih menggunakan kendaraan pribadi.
Bila melihat dari sisi jarak, dari Stasiun Rammang-Rammang ataupun dari Stasiun Maros ke Taman Wisata Bantimurung harus menempuh jarak belasan kilometer.
Tambah frekuensi perjalanan
Untuk mendukung geliat wisata dengan adanya kereta api ini, Arafah pun berharap pengelola kereta api di Sulawesi Selatan ini bisa meningkatkan frekuensi perjalanan, khususnya di akhir minggu untuk bisa mengakomodasi seluruh penumpang.
“Di weekend itu kita berharap mungkin bagusnya 5-6 kali, karena memang tiketnya murah, masyarakat senang berekreasi dengan kereta api,” ujarnya.
Dia menambahkan, bila nantinya pariwisata di sekitar jalur kereta api ini meningkat tetapi frekuensi perjalanannya tak bertambah, ini malah menjadi bumerang bagi pariwisata. Apalagi kereta api ini selalu penuh.
“Saya khawatir masyarakat kita mindset-nya berubah. Mereka berpikir, percuma kita naik kereta toh antreannya panjang tidak bisa dapat tiket. Kalau itu viral kan tidak bagus. Orang malah menjadi tidak antre lagi,” kata Arafah.
Dia juga berharap adanya shuttle-shuttle bus di sekitar jalur kereta yang bisa mengantarkan wisatawan ke tempat wisata terdekat.
Baca Juga: Genjot Penumpang, BPKA Sulsel Sosialisasikan Kereta Api Lewat Kearifan Lokal
Sementara itu, Kepala Balai Pengelola Kereta Api (BPKA) Sulawesi Selatan, Deby Hospital menjelaskan bahwa pengoperasian enam perjalanan kereta api Makassar-Parepare yang ada saat ini kembali pada kebutuhan pada masyarakat.
“Tentu kalau ada kebutuhan di situ, kami akan dukung. Tapi sejauh ini dari data kami, sepertinya cukup sampai enam perjalanan. Dari empat perjalanan (sebelumnya) menjadi enam. Dan ini sudah sangat signifikan dari tren okupansinya hingga pendapatannya. Ini sudah sangat signifikan,” ujar Deby.
Dia juga mengatakan pihaknya masih terus meninjau seperti apa efektivitas enam perjalanan tersebut sejauh ini, hingga meningkatkan pelayanan yang ada.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News