KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya pemerintah untuk mendorong perusahaan mengembangkan industri hijau disambut kalangan pengusaha. Sejumlah perusahaan saat ini mulai fokus mengembangkan industri hijau atau green energi.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid, mengatakan, hingga Juni 2021, ada 152 dari 16.000 perusahaan industri yang turut menjadi peserta penghargaan industri hijau tahun 2021.
"Dari 152 perusahaan tersebut, telah mencapai penghematan energi sebesar Rp 3,4 triliun dari efisiensi listrik dan Rp 228,9 miliar dari total efisiensi air," ujar Arsjad menjawab pertanyaan KONTAN secara tertulis beberapa waktu lalu.
Arsjad melanjutkan, ada empat perusahaan di Indonesia yang menjadi leading pengembangan industri hijau atau green industry culster yakni pertama, PT Indika Energy Tbk, kedua, PT Adaro Energy Tbk, ketiga, PT TBS Energi Utama Tbk dan keempat, PT Bogasari Flour Mills.
Baca Juga: Pupuk Kaltim Rancang Energi Pendamping Biomassa, Manfaatkan Limbah Sawit Anak Usaha
Sebagai contoh, Arsjad yang juga Direktur Utama Indika Energy ini mengatakan, perusahaan yang dia pimpin telah menetapkan target untuk meningkatkan 50% pendapatan dari sektor batubara pada tahun 2025 dan mencapai netral karbon 2050.
Selama tahun 2021, Indika Energy berhasil mengurangi intensitas gas rumah kaca scope 1 sebesar 2,8% ke level 0,022 Ton CO2-eq/ton produksi batubara.
Indika Energy juga mendirikan Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS) yang merupakan perusahaan penyedia solusi tenaga surya terintegrasi di Indonesia pada Maret 2021 melalui kemitraan Bersama dengan Fourth Partner Energy.
Kemudian, Arsjad melanjutkan, Adaro Energy juga telah membangun smelter aluminium senilai US$ 728 Juta di Kawasan Industri Hijau Indonesia. Hal ini dilakukan karena sejalan dengan komitmen Adaro Energy melakukan transformasi bisnis melalui green initiative jangka Panjang.
"Investasi ini dilakukan guna mendukung program hilirisasi industri yang dicanangkan pemerintah," ujar Arsjad.
Adaro Energy juga memanfaatkan energi baru terbarukan dalam proses produksi dan pengembangan di smelter tersebut yang berasal dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
"Langkah ini dilakukan dalam melihat peluang industri aluminium yang semakin maju di kemudian hari dalam pengembangan kendaraan listrik," terangnya.
Baca Juga: Manfaatkan Limbah Batubara FABA Untuk Timbunan Tanah, Pupuk Kaltim Klaim Jadi Pionir
Sementara itu, TBS Energi Utama melakukan diversifikasi usaha, dengan sikap siap menggelontorkan dana yang cukup besar untuk memulai proyek bisnis energi baru terbarukan (EBT).
TBS Energi Utama mengumumkan komitmen untuk mencapai emisi nol bersih atau Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2030.
Sedangkan PT Bogasari Flour Mills selama rentang tahun 2019 hingga Juni 2021 sudah melakukan penghematan energi sebesar 130.674 GJ dan mengurangi total emisi Gas Rumah Kaca (GRK) hingga 20.325 ton CO2-eq (Carbon Dioxide Equivalent) sehingga mendapatkan penghematan biaya sebesar Rp 28,7 miliar.
PT Bogasari Flour Mills juga memiliki fasilitas daur ulang air antara lain instalasi pengolahan air limbah domestik dan program Rain Harvesting sejak tahun 2018, pertama menjalankan system manajemen energi yang terstandarisasi ISO 50001.
Sampai dengan tahun 2021 juga telah terbit 31 peraturan menteri seputar standar industri hijau, dan 44 industri manufaktur yang telah tersertifikasi.
Dari program penurunan emisi gas rumah kaca (GRK), berdasarkan hasil capaian yang telah diverifikasi untuk tahun pelaporan 2021, sampai dengan 2020 telah berhasil dilakukan penurunan emisi hingga 2.730.564,26 ton karbon dioksida setara dengan 99,3% dari target Nationally Determined Contribution (NDC) tahun 2030 sektor industri (sama dengan 2,75 juta ton karbon dioksida).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News